Tekno  

Ekonomi Digital Indonesia Diprediksi Tembus Ribuan Triliun di Tahun 2025

Laporan e-Conomy SEA yang disusun Google, Temasek, dan Bain & Company mengungkap ketangguhan ekonomi digital Indonesia.

Dalam laporan tahunan kelimanya, berjudul “At full velocity: Resilient and Racing Ahead”, ekonomi internet Tanah Air secara keseluruhan diperkirakan bernilai 44 miliar USD (Rp625 triliun) (GMV) pada 2020 dan diperkirakan mencapai 124 miliar USD (Rp1.761 triliun) pada 2025.

Memadukan analisis Google Trends, Temasek, dan Bain & Company serta sumber dari industri dan wawancara dengan pakar, laporan ini memerinci sektor mana saja yang menunjukkan performa terbaik dan yang paling terdampak pandemi.

E-commerce naik 54% menjadi 32 miliar USD (Rp454 triliun) pada 2020, dari 21 miliar USD (Rp298 triliun) pada 2019. Pertumbuhan momentum e-commerce di Indonesia juga tercermin dari peningkatan 5x lipat jumlah supplier lokal yang mencoba berjualan online karena pandemi.

“Laporan tahun ini menunjukkan ekonomi digital Indonesia terus bertumbuh dua digit, dipimpin oleh e-commerce dan media online,” jelas Managing Director Google Indonesia, Randy Jusuf, Selasa (24/11/2020).

“Dengan adanya pandemi, sektor tertentu seperti perjalanan dan transportasi memang terhambat, tetapi seperti yang ditunjukkan laporan ini, hingga 2025 keduanya diperkirakan akan bangkit dalam jangka pendek hingga menengah,” katanya.

Pertumbuhan ekonomi internet yang mantap seperti ini juga terjadi di Asia Tenggara. Laporan menemukan bahwa ekonomi digital kawasan ini bertumbuh kian cepat akibat pandemi, mencapai 100 miliar USD (Rp1.420 triliun) pada 2020 dan akan melampaui 300 miliar USD (Rp4.261 triliun) pada 2025.

Pada 2020, lebih dari sepertiga konsumen layanan digital di Asia Tenggara mulai menggunakan layanan online baru karena Covid-19. Di Indonesia pun, 37% konsumen digital menggunakan layanan baru karena wabah.

Lebih dari setengah konsumen digital baru di Tanah Air (56%) berasal dari daerah non-metro dan 93% dari mereka berkata akan terus menggunakan setidaknya satu layanan digital setelah pandemi berakhir.

Di samping itu, waktu online rata-rata per hari selama pandemi untuk tujuan pribadi tercatat meningkat, dari 3,6 jam sebelum pandemi menjadi 4,7 jam selama PSBB dan kemudian 4,3 jam setelah PSBB.

Laporan regional 2020 ini mencakup lima sektor: e-commerce, media online, transportasi online, perjalanan, dan layanan keuangan digital, serta menyentuh dua sektor baru: teknologi pendidikan dan kesehatan (EdTech dan HealthTech).

Dalam lima tahun ke depan, laporan memperkirakan adanya pertumbuhan 21% untuk sektor e-commerce Indonesia serta 28% untuk transportasi online dan pengantaran makanan.

Media online juga menunjukkan pertumbuhan positif sejauh ini pada 2020, dengan nilai 4,4 miliar USD (Rp62,5 triliun) atau naik 24% dari 3,5 miliar USD (Rp49,7 triliun) pada 2019. Sektor ini diperkirakan akan terus bertumbuh sebesar 18% menjadi 10 miliar USD pada 2025.

Sektor perjalanan online turun 68% menjadi 3 miliar USD pada 2020, dari 10 miliar USD (Rp142 triliun) pada 2019, walau diperkirakan akan bertumbuh dengan CAGR 36% dan mencapai 15 miliar USD (Rp213 triliun) pada 2025.

Pengantaran makanan dan transportasi juga turun 18% menjadi 5 miliar USD, dari 6 miliar dolar pada 2019.

“Covid-19 telah mengubah cara hidup banyak orang di Asia Tenggara. Perkembangan sektor layanan keuangan digital, HealthTech, dan EdTech diperlukan untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di tengah masyarakat,” ujar Alessandro Cannarsi, Partner and Leader dari Southeast Asia Private Equity Practice di Bain & Company.

“Indonesia tetaplah pasar ekonomi internet terbesar di Asia Tenggara dan menjadi medan persaingan utama bagi platform-platform teknologi. Oleh sebab itu, mereka sangat siap untuk menjadi pendorong utama inovasi digital di kawasan ini.”

“Meski masih terlalu dini untuk memastikan hasilnya, kami memperkirakan pertumbuhan dan percepatan akan terus berlanjut di sektor ini dalam beberapa tahun ke depan,” lanjutnya.

Pendanaan pun tetap solid di Indonesia, dengan dibukukannya 202 kesepakatan investasi senilai 2,8 miliar USD (Rp39,7 triliun) selama paruh pertama 2020, dibandingkan total 3,2 miliar USD (Rp45,4 triliun) dari 355 kesepakatan investasi sepanjang tahun 2019.

“Kami masih melihat potensi yang besar dari ekonomi internet Indonesia dengan pertumbuhan yang didorong oleh besarnya jumlah pengguna internet yang sangat aktif dan bahkan makin aktif menggunakan internet karena pandemi.”

“Selain itu, banyaknya pengguna baru teknologi berbasis internet serta e-commerce memunculkan prospek untuk usaha-usaha baru di Indonesia, sekaligus mendorong pertumbuhan untuk usaha yang sudah ada,” imbuh Rohit Sipahimalani, Chief Investment Strategist, Temasek.

“Kami juga terus melihat adanya peluang-peluang investasi pada ekonomi internet Asia Tenggara, yang sejalan dengan tren struktural kami untuk mendorong kemajuan sosial dengan memanfaatkan teknologi,” lanjutnya. {WE}