News  

Merger Bank Syariah Plat Merah, Ini Dampaknya Terhadap Nasabah, Karyawan dan Pemegang Saham

Merger bank syariah milik pemerintah resmi dimulai. Apakah merger bank syariah ini akan menguntungkan atau merugikan bagi nasabah, karyawan dan pemegang saham?

Merger bank syariah ini melibatkan tiga anggota himpunan bank negara (Himbara) yaitu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).

Mereka telah teken perjanjian conditional merger aqusition (CMA) untuk menggabungkan PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS), PT Bank Mandiri Syariah, dan PT Bank BNI Syariah.

Merger bank syariah ini ditargetkan bisa diselesaikan pada Februari 2021 mendatang. Meski merger bank syariah ini ditarget rampung cepat, operasional tiga bank syariah tersebut tak bakal terganggu, dan akan berjalan seperti biasa.

“Nasabah tidak perlu khawatir, kami memastikan layanan dan operasional kepadanasabah akan tetap berjalan normal,” kata DIrektur Utama Bank Mandiri Syariah Toni EB Subari dalam keterangan resminya, Rabu (14/10).

Ia juga memastikan, tiga bank syariah bersama masing-masing induknya berkomitmen untuk tak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) pekerja masing-masing bank meskipun ada merger bank syariah.

Meski demikian, dalam jumpa pers daring, Selasa (13/10) Wakil Direktur Utama Bank Mandiri sekaligus Ketua Tim Project Management Office Hery Gunardi menjelaskan akan tetap dilakuan penyesuaian operasional dalam rangka merger bank syariah ini.

Misalnya terkait kantor cabang, Hery bilang, jika ditotal ketiga bank syariah tersebut setidaknya punya 1.200 kantor cabang di Indonesia.

“Sebelumnya ketiga bank ini kan kompetitor, nah kami cabang-cabang yang berdekatan ini akan dipindahkan ke lokasi lain agar lebih efektif jika meger rampung,” ujar Hery.

Selain itu, Hery juga bilang bakal menintegrasikan produk-produk serupa yang dimiliki ketiga bank ini. Meski demikian, hery kembali memastikan sampai proses merger bank syariah rampung, nasabah masing-masing bank tetap tak perlu khawatir, lantaran operasional mereka akan berjalan normal.

“Nasabah tak perlu khawatir, tidak akan ada berubah sama sekali sampai merger berlaku efektif. Setelah efektif pun, baru kita akan relokasi cabang, product mapping, kalau berkaca pada pengalaman Bank Mandiri prosesnya bisa sampai satu tahun,” sambung Hery.

Sedangkan untuk pemilik saham, yakni saham BRIS, merger bank syariah ini memberi dampak dua sekaligus. Para analis memastikan kepemilikan saham publik di BRI Syariah (BRIS) bakal terdilusi setelah merger bank syariah.

“Jika melihat anggaran dasar BRIS saat ini, porsi kepemilikan investor publik memang pasti akan terdilusi, sehingga sebelum merger bank syariah perlu ada persetujuan dari otoritas,” ujar Analis Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi kepada KONTAN, Selasa (13/10).

Memang Nafi bilang BRI Syariah bisa mengubah anggaran dasar perseroan guna menghindari terdilusinya porsi publik lebih dalam. Atau dua bank yang akan digabung yaitu BNI Syariah dan Mandiri Syariah bisa mengambil porsi publik untuk masuk ke BRI Syariah.

Namun Nafi bilang hal tersebut cukup sulit terealisasi, apalagi jika ada penambahan atau pengurangan kepemilikan saham. Sehingga kepemilikan publik dipastikan terdilusi pasca merger bank syariah.

Sementara Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji bilang meski berpotensi tinggi terdilusi, investor publik bisa dapat kompensasi dari kenaikan harga saham BRIS akibat sentimen merger bank syariah.

Dalam perdagangan Selasa (13/10) saham BRIS tercatat tersangkut auto reject atas (ARA) lantaran telah melonjak 25%. Transaksi BRIS dilakukan dibuka pada harga Rp 920, dan ditutup pada harga Rp 1.125.

“Meski demikian, kenaikan harga saham selanjutnya akan bergantung terhadap sejuah mana emiten bisa meningkatkan kinerjanya secara fundamental,” ungkap Nafan.

Sebelumnya, Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Hery Gunardi sekaligus Ketua Tim Project Management Office Hery Gunardi bilang bank hasil merger bank syariah bahkan bisa masuk jajaran sepuluh besar bank syariah berkapitalisasi pasar teratas di dunia.

“Tujuan merger bank syariah ini untuk memiliki bank syariah yang besar, dan berdaya saing global. Bank hasil merger juga bisa masuk 10 bank terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar di dunia,” kata Hery saat jumpa pers daring Selasa (13/10).

Dengan target penyelesaian merger bank syariah pada Februari 2021 mendatang, Hery menaksir total aset bank hasil merger bakal mencapai hingga Rp 220 triliun-Rp 225 triliun dengan laba Rp 2,2 triliun.

Sedangkan dengan asumsi konservatif, sampai 2025 aset hasil merger bank syariah diproyeksi bisa mencapai Rp 390 triliun, pembiayaan Rp 272 triliun, dan DPK senilai Rp 335 triliun.

Sayangnya Hery masih enggan membeberkan rancangan penggabungan usaha dari merger bank syariah tersebut. Ia hanya bilang para pihak bakal secara resmi mengumumkan prospektus terkait pada 20 Oktober 2020 mendatang.

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan merger bank syariah ini agar Indonesia bisa menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah di dunia.

“Menjadi satu keluarga besar. Langkah ini merupakan tonggak sejarah untuk kita semua. Tonggak pertama persiapan dan tinjauan-tinjauan untuk merealisasikan rencana penggabungan bank bank syariah nasional,” kata Erick dalam video yang berdurasi singkat, yang dikutip Selasa (13/10).

Erick Thohir meyakini merger bank syariah ini semakin mendekatkan Indonesia dengan tujuan ekonomi syariah yakni keadilan.

Erick menilai keadilan dan transparansi dinilai telah membuat bank-bank syariah mampu bertahan di tengah krisis pandemik Covid-19, bahkan mampu menorehkan kinerja yang positif. {kontan}