News  

Mabes Polri Diserang, GEMUVI Desak DPR Evaluasi Kinerja BNPT, Polri dan Densus 88

Mabes Polri diserang seorang perempuan 25 tahun, Rabu (31/3/2021) kemarin. Ia menodongkan senjata airsoft gun ke sejumlah petugas polisi yang tengah berjaga.

Tak lama pelaku dilumpuhkan hingga tewas di tempat. Perempuan berinisial ZA itu meninggal setelah terkena tembakan di bagian jantung. Aksi teror ini masih dalam penyelidikan dan pengrmbangan Polisi.

Pemerintah pun diminta untuk segera mengevaluasi kinerja aparat penegak hukum dari BNPT, Baharkam, Baintelkam

Permintaan tersebut tegas disampaikan oleh Direktur Eksekutif Gerakan Muda Visioner, Teofilus Mian Parluhutan.

“Dengan melihat beberapa peristiwa terakhir seperti bom bunuh diri di makassar dan penyerangan di mabes polri , Kami bertanya tanya apakah BNPT dan Densus 88 masih bisa diandalkan untuk mendeteksi terrorisme?” dan kami bertanya2 apakah intelijen polri masih di jadikan ujung tombak kepolisian sebagai mata dan telinga? Atau hanya sekedar ABS (Asal Bapak Senang) saja?” ujarnya.

Desakan ini, lanjut teofilus, tentunya muncul menyusul serangkaian serangan teror di Indonesia, beberapa waktu terakhir.

Beberapa peristiwa yang menjadi sorotan, antara lain penyerangan mabes polri dan serangan bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar.

Maka dari itu Teofilus Mian Parluhutan selaku Direktur Eksekutif Gerakan Muda Visioner mendesak Komisi III DPR-RI untuk mengevaluasi kinerja BNPT dalam melakukan cegah dini dan deteksi dini intelijen dalam penanganan terrorisme

“Saya berharap Pimpinan di Komisi III DPR-RI bisa mengevaluasi kinerja Kepala BNPT ataupun jajarannya, baik dari segi kepemimpinan, pelaksanaan teknis, maupun anggaran. Mungkin kinerjanya kurang maksimal karena banyak anggarannya yang dialihkan dan dipakai untuk penanganan Covid-19 dan pemotongan-pemotongan anggaran opsnal untuk kepentingan pribadi pimpinan” tutur Teofilus.

Tidak hanya BNPT, Teofilus juga meminta Komisi III DPR-RI juga mengevaluasi lembaga lain yang bertanggung jawab dengan pemeliharaan keamanan dan penanganan tindak pidana terrorisme yakni Polri khususnga Baharkam sebagai pengamanan mako, Baintelkam sebagai mata dan telinga / ujung tombak Polri dan Tim Densus 88 Anti Teror Polri

Teo mengatakan, sebagai Baintelkam seharusnya bisa melakukan deteksi intelijen secara dini untuk mencegah gangguan keamanan dalam aksi terror belakangan ini

Menurutnya, hal itu bertujuan agar beban Polri dalam menjaga keamanan di Indonesia lebih ringan, mengingat kemungkinan aksi terrorĀ akan terus berlanjut

“Jika deteksi dini dan cegah dini gangguan keamanan bisa dilakukan. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa intelijen merupakan garda terdepan dan ujung tombak serta mata dan telinga bagi Polri yang bertugas menjaga keamanan negara Indonesia,” kata Teo

“Penyerangan di Mabes Polri itu adalah salah satu peringatan kepada baharkam dan tim densus 88 anti terror , bagaimana kalian bisa menjaga keamanan dan ketertiban di masyarakat dari serangan terrorisme sedangkan di kantor kalian sendiri kalian kecolongan” tegas Teofilus

Menurut Teofilus , Salah satu hal yang akan menjadi pertanyaan kepada lembaga-lembaga itu, yakni mengapa antisipasi seringkali terlambat. Peristiwa terjadi lebih dulu, baru diikuti dengan langkah pencegahan hal ini benar benar nyata adanya, ujar Teofilus.

Maka dari itu menurut Teofilus penanggulangan terorisme di Indonesia ke depannya harus sinergis, komprehensif, dan berkelanjutan.

“Kita ingin satu koordinasi. Betul-betul koordinasi yang terintegrasi. Harus lebih dikoordinasikan antara pihak BNPT dan POLRI, Koordinasi yang luar biasa di mana pencegahan yang kita tahu cepat diatasi dan langsung ke titik sarangnya dan langsung dideradikalisasi,” Tutup Teofilus