Titiek Jadi Wakil Ketua MPR, Golkar Nostalgia Orba?

Wakil Ketua MPR

Partai Golkar memutuskan mengganti Wakil Ketua MPR dari Mahyudin ke Titiek Soeharto dalam rapat pleno DPP Golkar, Minggu (18/3). Namun, sejumlah kalangan memberikan kritik terkait pergantian posisi tersebut.

Koordinator Komite Pemilih Indonesia (TePI), Jerry Sumampouw, menilai posisi Wakil Ketua MPR merupakan jabatan yang strategis. Dengan keputusan ini, Jerry menduga Golkar sengaja mengembalikan kekuasaan Orde Baru.

Sebab, Titiek merupakan puteri dari Presiden ke-2, Soeharto yang berkuasa lebih dari 30 tahun di era Orde Baru.

“Saya mempertanyakan jabatan tersebut diambil oleh Titiek Soeharto. Ini Golkar akan kembali lagi ke Orde Baru, menggunakan ikon-ikon keluarga cendana. Apakah karena ada partai yang secara sengaja memang sedang mendorong itu,” ujar Jerry dalam diskusi ‘Menyorot Wajah Golkar Bersih di Bawah Kepemimpinan Airlangga Hartarto’ di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Senin (19/3).

Selain itu, Jerry menduga pergantian dilakukan karena Partai Golkar tak ingin kehilangan pemilihnya yang pro Orde Baru. Kemunculan Partai Berkarya yangdipimpin Tommy Soeharto dikhawatirkan akan membuat beralih pemilih Golkar yang ingin Cendana kembali berkuasa.

“Ini pasti akan punya pengaruh juga bagi partai Golkar dalam pemilu nanti, dan juga di internal partai Golkar,” katanya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif dari Jenggala Center, Syamsuddin Rajab menilai pergantian posisi Wakil Ketua MPR lebih karena alasan politis.

“Menurut saya rotasi itu tidak didasarkan pada dasar dan analisis untuk peningkatan kinerja MPR. Tetapi untuk bagi-bagi kekuasaan di internal partai hasil munaslub dengan terpilihnya Airlangga Hartarto,” kata Syamsuddin.

Senada dengan Jerrry, Syamsyuddin Rajab mengatakan, perlu diwaspadai kebangkitan orde baru melalui penempatan Titiek sebagai wakil ketua MPR.

“Menurut saya memang harus dicurigai dengan hadirnya dua partai yang berbau rezim orde baru itu, kemudian sekarang ini dengan penempatan posisi keluarga cendana di Golkar melalui kedudukan wakil ketua MPR itu patut diduga kuat ada rekonsolidasi yang akan berhadap-hadapan dengan kekuatan reformasi,” tutupnya.