News  

Data Bicara Angka Kematian 2018 Dan Selama Masa COVID-19, Antara Pandemi dan Plandemi?

Seram, menakutkan dan bikin yang dengar dan baca merinding. Angka kematian karena Covid-19 diwartakan secara berulang-ulang baik melalui media mainstream maupun media sosial.

Belum lagi berita kematian di group WhatsApp dan FB tak berhenti dari waktu ke waktu. Bikin imun turun. Shock, panik dan stress. Drop lalu meninggal. Padahal, kondisi saat ini butuh support dan ketenangan. Iman dan imun harus kuat.

Kemarin (12/7), angka kematian harian karena Covid-19 di Indonesia tertinggi di dunia. Heboh.

Media mainstream mewartakan. Sebanyak 1.007 orang meninggal akibat Covid-19.

Menurut berita yang siarkan siang malam, Indonesia menduduki peringkat ke-16 negara dengan jumlah kasus Covid-19 terbanyak di dunia.

Tercatat, pada Senin (12/7/2021) pagi terdapat 36.197 penambahan kasus baru. Dengan demikian, total kasus Covid-19 di Indonesia tercatat mencapai 2.527.203 kasus.

Dari total kasus tersebut, 2.084.724 atau 82,6% di antaranya dinyatakan sembuh. Sekitar 14,8% masih dalam perawatan.

Sementara, total kematian akibat virus corona di Indonesia tercatat 66.464 kasus. 2,6% angka kematian karena Covid-19.

Faktanya, jauh dibawah penyebab kematian tertinggi di Indonesia, hipertensi 34,5%. Bahkan, masih dibawah angka kematian karena gagal ginjal kronis.

Lantas apa ada yang aneh? Ada. Rakyat begitu takut dengan Covid-19. Paranoid.

Ditambah dengan penerapan PPKM Darurat. Suasana makin mencekam dan menakutkan.

Kita coba buka data angka kematian di Indonesia. Kita ambil data dari BPS tahun 2018. Sebelum terjadi pandemi atau plandemi?

Jika ditelaah dari angka kematian pada 2018. Berdasarkan data dari BPS, angka kematian penduduk Indonesia mencapai 1,7 juta jiwa.

Itu artinya, angka kematian di Indonesia rata-rata 4.722 orang per hari. Angka kematian saat kondisi normal. Bukan saat pandemi seperti sekarang ini.

Sementara, yang meninggal karena Covid-19 kemarin 1.007 orang. Jauh dibawah rata-rata angka kematian harian tahun 2018, 4.722 orang atau 0,27% angka Kematian harian di Indonesia.

Anehnya, heboh sedunia. 2018 tidak ada pandemi. Tidak ada pula PPKM Darurat. Angka kematian harian jauh di atas angka kematian harian saat PPKM Darurat. Ada apa?

Kita bandingkan lagi dengan penyakit penyebab kematian tertinggi di Indonesia.

Menurut Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Angka kematian tertinggi di Indonesia disebabkan karena; hipertensi 34,5%, stroke 10,9%, diabetes melitus 8,5%, gagal ginjal kronis 3,8% dan kanker 1,8%.

Sementara, angka kematian karena Covid-19 sebanyak 2,6%. Berdasarkan data di atas, angka kematian karena Covid-19 menempati urutan keempat penyebab kematian setelah hipertensi, diabetes melitus, stroke dan gagal ginjal kronis.

Lagi-lagi anehnya, Covid-19 bagai monster. Banyak yang lebih takut Covid-19 dibandingkan takut kepada TUHANnya. Masjid tidak berkarpet dan shaff berjarak. Parahnya lagi, PSBB dan PPKM Darurat meniadakan kegiatan masjid. Laa haula wala quwwata illa billah.

Penyuara kebenaran tentang Covid-19 pun dibatasi. Dokter Lois Owien kemarin sempat ditangkap walaupun dibebaskan kembali. Ada deal agar tidak vokal?

Setidaknya, PSBB kini PPKM Darurat telah menelan banyak korban. Misalnya, Kerumunan dan menyembunyikan hasil swab. IB HRS dan pengurus FPI harus mendekam di penjara.

Wajar mulai ada suara kritis. Politisasi dan komersialisasi Covid-19. Pandemi bergeser menjadi Plandemi politik dan ekonomi.

Bandung, 3 Dzulhijjah 1442/13 Juli 2021
Tarmidzi Yusuf, Pegiat Dakwah dan Sosial