Tak Pernah Keluar Rumah, Erros Djarot Terpapar COVID-19 Lewat Kontak Uang Kertas

Erros Djarot terpapar COVID-19. Seniman dan politikus terkenal itu terpapar dari kontak dengan uang kertas.

“Asli. Saya tidak pernah ke luar rumah. Tidak ada bertemu orang selain orang di rumah. Benar-benar saya kena karena sentuh uang kertas,” Erros meyakinkan dalam percakapan via ponsel, Sabtu petang. (24/7).

Erros terpapar virus, 17 hari lalu. Sekarang sudah membaik. Ia mengaku, hanya lima hari merasakan gejala tidak enak badan. Ia tidak mengalami gejala berat seperti batuk, pusing disertai sesak napas, seperti yang dialami umumnya pasien yang terjangkit virus.

“Ini juga asli, saya hampir tidak merasakan apa-apa. Sebelumnya pun begitu. Makanya, heran juga hasil swab Antigen mendeteksi saya, positif,” sambung pria berkumis lebat yang 22 Juli kemarin menginjak usia 71 tahun.

Mengungsi di Puncak

Pemilik nama asli Soegeng Djarot itu lahir di Rangkasbitung, 22 Juli 1950. Dia anak kedua dari tiga bersaudara, pasangan Djarot Djojoprawiro (ayah)dan Ennie Tanudiredja (Ibu).

Belum sebulan, tepatnya 27 Juni lalu, Erros kehilangan adiknya Budi Djarot, yang terpapar COVD-19. Keadaan itu mengguncangnya. Sang adik, seperti ditulis di Instagramnya, adalah “Adikku, sobatku, kawan seperjuanganku”.

Selama percakapan Erros terus berpesan kepada masyarakat supaya berhati-hati. Ini serius. Mengingatkan semua teman. Supaya keluarga tingkatkan kewaspadaan.

“Anda juga. Hati-hati deh. Kita sudah pada tua. Virus ini gawat. Jangan main-main, Saya sudah kehilangan adik,” wanti-wanti seniman musik dan film, adik aktor ternama Slamet Rahardjo Djarot itu.

Tren sekeluarga terpapar

Erros benar. Banyak orang terjangkit virus dari kejadian sepele, tak terduga-duga. Hari-hari ini viral di media sosial, seorang pria tertular COVID-19 dari kontaknya dengan ballpoint. Ballpoint?

Waktu mau vaksin, dia menggunakan ballpoint panitia untuk mengisi data. Setelah itu tangannya mengucek matanya yang gatal. Pria itu sebenarnya sudah merasakan firasat saat itu bakal kena. Apa yang dia lakukan tadi keliru.

Dan, benar. Dua hari kemudian dia demam dan sesak. Dalam testimoni videonya, dia juga menceritakan perjuangan kerasnya memperoleh rumah sakit.

Di Jakarta, minggu lalu Gubernur DKI mengumumkan ada 1.900 pasien mengantre di lorong-lorong RS karena seluruh ruang perawatan penuh. Virus varian baru yang muncul sebulan terakhir ini memang ganas. Menurut ahli, virus telah bermutasi lebih ringan.

Karena ringan, virus berukuran sepermiliar meter itu semakin cepat menjangkau sasaran. Hanya butuh waktu 5-10 detik menulari korban. Kuat pula bertahan di udara (aerosol) selama 16 jam.

Itu yang menyebabkan tren penularannya borongan, satu rumah atau satu keluarga. Satu kantor, juga bahkan satu kampung. Menambah kesulitan perawatan isolasi di rumah.

Karena alasan itu, antara lain, mendorong Erros memutuskan menyingkir ke villa-nya di Gadog, Puncak, Jawa Barat. Sebulan lalu. Tapi siapa sangka, justru di pengungsian itulah dia terpapar.

Padahal menurut sutradara film “Tjoet Nya’ Dhien” itu, boleh dibilang ia dan keluarganya hanya mengurung diri di dalam rumah selama di Puncak.

Ihwal mengetahui dia terpapar secara kebetulan. Hari itu ia bermaksud ke Jakarta untuk berkonsultasi rutin dengan dokternya. Sang Dokter sedang tidak enak badan. Ia menganjurkan sebelum bertemu Erros swab Antigen.

“Lha, hasil tes saya ternyata positif. Istri juga,” cerita suami Dewi Triyadi Surianegara.

Erros penasaran. Dia pun mencoba tracing sendiri. Mengingat-ingat kejadian seminggu atau sepuluh hari terakhir. Dugaannya kuat sumber penularan berasal dari kontak dengan uang kertas. Hanya itu satu-satunya jejak dia.

“Saya pernah suruh pembantu pergi belanja. Beli apa gitu. Mungkin di uang kembalian itu menempel virus,” duga Erros.

Erros berusaha tenang selama terpapar virus. Ia fokus mendekatkan diri kepada Tuhan, Sang Maha Pencipta. Dia memasrahkan diri saja. Ia haqul yakin Tuhan tidak akan memberi cobaan kepada umatnya melebihi kemampuan memikul cobaan itu.

Ayah Banyu Biru dan Sekar Putih pun menjalani masa isolasi mandiri dengan membangun positif thinking. Ia menganggap mendapat kesempatan baik untuk beristirahat sejenak. Makan banyak, tidur cukup, dan minum obat serta vitamin. Obat cacing ivermectim, salah satunya.

“Alhamdulilah saya sudah pulih. Dewi juga sudah berangsur membaik,” ungkapnya.

Percaya obat cacing itu? “Faktanya banyak yang sembuh karena minum obat itu. Minimal, kalau toh pun kena gejalanya tidak berat,” kata dia.

“Obat itu yang banyak saya bagikan ke teman-teman. Kebetulan saya pernah beli banyak. Selama pandemi ini kerja saya kayak relawan membantu teman-teman yang terdampak. Makanya lucu, malah saya yang kena,” tutup Erros. {kumparan}