Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menyampaikan mahasiswa kritis bukan musuh pemerintah sehingga para rektor dan dosen tidak perlu membungkam mereka.
Mahfud MD juga memberikan masukan kepada rektor dan pimpinan kampus agar memfasilitasi para mahasiswa yang mau bersuara, sekaligus difasilitasi untuk berfikir rasional dan bertanggung jawab.
“Kita tidak pernah menganggap mahasiswa yang kritis itu musuh pemerintah, kita juga waktunya terbatas untuk ngurus negara, yang akan meneruskan kita anak-anak yang kritis ini,” kata Mahfud MD saat berdialog dengan para rektor, Jumat, 6 Agustus 2021.
“Sama sekali kita tidak boleh membungkam sikap kritis mahasiswa, dosen dan lain sebagainya, tapi diarahkan untuk bertanggung jawab,” ujar dia.
“Kalau ada orang ktiris itu saya senang, karena mewakili hati nurani saya juga,” kata Mahfud.
Lebih lanjut, Mahfud MD menyebutkan, pemerintah tidak bisa menolak kritik yang disampaikan para mahasiswa.
Sebab kata dia, akan sulit untuk mengambil kebijakan yang berkaitan dengan kepentingan publik apabila tidak ada kritik dari masyarakat yang tentu diwakili mahasiswa.
“Kita tidak menolak kritik sama sekali, jika tidak ada kritik, maka kita sulit mengambil kebijakan mengatasnamakan kepentingan publik,” kata dia.
Rektor Universitas Andalas, Yuliandri, mengatakan tantangan utama perguruan tinggi di masa pandemi adalah peran perguruan tinggi dalam mendukung kondusifitas, terutama aspek politik, hukum, dan keamanan.
Yuliandri juga mengusulkan agar langkah kebijakan pemerintah tersampaikan dengan baik ke masyarakat.
“Memang tanpa kita sadari hambatan utama adalah soal komunikasi yang belum terbangun dengan baik, misalnya antara perguruan tinggi dengan mahasiswa,” ujar Yuliandri.
Sementara Rektor Universitas Muhammadiyah Tangerang, Ahmad Amarullah menyampaikan, perlu ada kepastian terkait dengan kemerdekaan berbicara. Jangan sampai sedikit vokal malah bisa berurusan dengan aparat hukum.
“Perlu ada kepastian, kaitan dengan kemerdekaan berbicara dan kebebasan mimbar, apakah nanti karena sedikit vokal, karena kondisi pandemi orang-orang sedang sensitif, nanti persoalannya berhadapan dengan aparat. Sehingga orang takut untuk menyampaikan pendapat,” kata dia {PR}