News  

Mensos Tanam Puluhan Ribu Mangrove di Kebumen

Mensos Idrus Marham Mangrove Kebumen

Menteri Sosial Idrus Marham akan menanam mangrove bersama 2.000 Taruna Siaga Bencana (TAGANA) dan berbagai unsur relawan kemanusiaan lainnya di Pantai Ayah, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah, Senin (2/4) sebagai bagian dari perayaan Hari Ulang Tahun TAGANA ke-14.

“Mitigasi bencana tidak hanya menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah. Namun masyarakat juga harus kita libatkan. Penanaman mangrove secara bersama-sama ini merupakan salah satu upaya mitigasi bencana dengan melibatkan seluruh stakeholder kita,” katanya usai menghadiri Dialog Nasional 9 Indonesia Maju di Sragen, seperti dirilis Humas Kemensos, Sabtu (31/3).

Menurut Mensos, Kebumen memiliki risiko bencana yang cukup besar yakni tsunami, longsor, banjir, dan angin puting beliung. Untuk itu, lanjutnya, momentum HUT Tagana ke-14 sekaligus menyadarkan semua pihak bahwa risiko bencana bisa dikurangi.

“Salah satu upayanya adalah dengan penanaman mangrove yang diharapkan akan dapat menjadi penghambat tsunami. Juga berdampak ekonomi, karena dengan penanaman mangrove akan banyak udang dan kepiting bisa berkembang luar biasa di sana,” katanya.

Kabupaten Kebumen dipilih menjadi tempat kegiatan karena di Pantai Ayah ini terdapat hamparan bakau seluas 55 hektare yang penanamannya diinisiansi oleh TAGANA Kebumen bernama Sukamsi yang juga merupakan TAGANA Teladan Nasional tahun 2017.

Penanaman mangrove ini, lanjutnya, merupakan upaya mitigasi bencana. Ide ini muncul setelah terjadinya tsunami Pangandaran.

Pada saat itu, lanjutnya, Sukamsi merangkul anak-anak jalanan, gelandangan, pengemis, pengamen, dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) lainnya untuk bersama-sama menanam mangrove.

Koordinator TAGANA Kebumen Sukamsi mengatakan upaya penanaman tumbuhan penghasil banyak karbon ini ia mulai tahun 2006. Saat itu ia mengajak 27 PMKS agar tidak lagi berada di jalanan.

Kamsi menampung mereka di “Rumah Singgah Empati” yang bernaung di bawah yayasan yang ia dirikan secara swadaya bernama Yayasan Nurani Bangsa.

“Tidak mudah mengajak mereka. Perlu pendekatan cukup lama karena mereka terbiasa berada di jalanan. Ngamen sebentar dapat uang. Kalau menanam mangrove harus menunggu bertahun-tahun tapi manfaatnya dirasakan masyarakat dan lingkungan. Keberadaan mereka memberi manfaat untuk sesama,” katanya.