News  

Banyak Nakes Keluhkan Efek Samping Vaksin Moderna, Pemerintah Dinilai Kurang Edukasi

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin membeberkan banyak tenaga kesehatan (nakes) yang ragu menerima suntikan dosis ketiga vaksin corona sebagai booster dengan vaksin Moderna.

Keraguan ini muncul lantaran jenis vaksin yang digunakan berbeda (mixing vaccine) pada vaksinasi pertama, yakni Sinovac.

Keraguan ini juga bertambah melihat efek samping vaksin Moderna juga lebih banyak ketimbang vaksin sebelumnya.

“Acceptance dari nakes sudah jauh lebih tinggi. Pada saat pertama kali, kita belum bisa mendapatkan penerimaan yang full dari nakes karena takut ada dampak karena itu mixing. Tapi [kini] penerimaannya jauh lebih tinggi,” ungkap Budi Gunadi dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI, Rabu (25/8) kemarin.

Terkait kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) atau efek samping yang ditimbulkan vaksin Moderna, pemegang gelar doktor molekuler dan biologi seluler dari Universitas Adelaide, Dr. Ines Atmosukarto, justru menegaskan tak ada kaitannya dengan pencampuran vaksin.

Ia justru menilai pemerintah kurang memberikan penjelasan terkait munculnya efek samping usai pemberian vaksin Moderna.

“Tidak [ada kaitan pencampuran vaksin dengan KIPI]. Sekali lagi, pemerintah kurang melakukan edukasi bahkan kepada nakes,” kata Ines kepada kumparan, Kamis (26/8).

Ia menambahkan, KIPI yang dirasakan penerima vaksin tersebut memang banyak dilaporkan. Hanya saja, efek samping itu hanya dirasakan sementara.

Menurut Ines, yang namanya vaksin pasti akan menimbulkan efek setelahnya karena cenderung ‘menantang’ sistem imun di dalam tubuh. Sehingga, seharusnya masyarakat tak perlu takut dengan munculnya efek samping usai divaksin Moderna.

“Side effect Moderna memang sudah dilaporkan luas di negara lain. Tetapi patut diingat bahwa side effect ini sifatnya sementara. Side effect ini tidak lepas dari cara kerja vaksin yang memang fungsinya adalah menantang sistem imun,” jelasnya.

“Jadi, kalau ada KIPI seperti pusing, panas, menggigil, sakit sendi dan lain-lain, itu semua adalah KIPI yang sudah dilaporkan dan tidak perlu ditakutkan. Bisa diantisipasi dengan memastikan 24 jam setelah vaksinasi tidak merencanakan hal yang penting,” imbuh dia.

Ines pun berhadap edukasi terkait KIPI maupun pencampuran vaksin ini bisa lebih masif dilakukan oleh pemerintah. Bahkan, jauh hari sebelum vaksin itu tersedia.

“[Pemerintah] kehilangan kesempatan untuk edukasi publik sebelum [vaksin] diluncurkan,” tutup Ines.

Capaian Booster Nakes

Pemberian suntikan booster kepada para tenaga kesehatan (nakes) telah berlangsung lebih dari 1,5 bulan menggunakan vaksin Moderna. Cakupannya baru sekitar 34 persen dari target 1,4 juta nakes.

Sejak awal pelaksanaannya, Kemenkes menyuntikkan vaksin booster dengan vaksin Moderna berbasis mRNA yang merupakan platform baru.

Selain dengan Moderna, pemberian vaksinasi dosis ketiga bagi nakes bisa menggunakan vaksin corona lain dengan platform yang sama dengan dosis pertama yang nakes terima, seperti Sinovac berbasis inactivated virus yang merupakan platform lama.

Sejumlah nakes di medsos menceritakan efek samping Moderna yang lebih serius dibanding Sinovac. Misalnya “serasa digebuki orang sekampung”, demam hingga sesak nafas. Namun, setelah KIPI terlewati, mereka kembali baik-baik saja seperti sediakala.

Saat ini, Moderna juga diberikan kepada masyarakat umum sebagai dosis pertama dan kedua. Vaksin ini memiliki efikasi (khasiat) yang tinggi, yaitu 94 persen. {kumparan}