News  

Tolak Vaksin Impor, Pemuda Madura Ajak Seluruh Pesantren Pakai Vaksin Nusantara

Puncak penyebaran Covid-19 Gelombang kedua terjadi pada Juli dan awal agustus 2021. Ribuan korban terpapar dan banyak yang meninggal dunia.

Tertanggal 5 september 2021, sesuai data Kemenkes RI, Kasus Aktif Jawa Tengah masih berjumlah 625 dan Kasus aktif Jawa timur masih 448 ditengah berlangsungnnya kebijakan PPKM sesuai zona dan level kasus aktif masing masing daerah.

Dari data tersebut, Pemuda Madura menegaskan bahwa bahwa Pandemi Covid-19 belum berakhir. Kebijakan vaksinasi yang diterapkan oleh pemerintah dinilai jauh dari hasil maksimal.

Ketua Umum Pemuda Madura Nur Khalis mengatakan, cakupan vaksinasi di banyak daerah hanya berkisar memenuhi 50% – 70%. Kata Khalis, berdasar hasil survei yang ditemukannya, ada banyak penolakan dari masyarakat terhadap vaksinasu.

“Paling banyak ditemukan pada orang-orang dengan tingkat keberagamaan tinggi dan alasan paling banyak karena percaya terhadap disinformasi vaksin-19, unsur kehalalan dan seterusnya,” tuturnya.

Ia menjelaskan, pada selasa 31 Agustus 2021 WHO ( World Health Organization ) telah mengumumkan ada varian baru Covid-19 bernama MU. Pertama kali ditemukan di Kelombia pada Januari lalu.

Varian baru tersebut disebut memiliki tingkat mutasi tinggi dan menunjukkan resiko resistensi terhadap vaksin yang sudah ada dan beredar.

Hal ini, sambung Khalis, diperkuat oleh pernyataan Menteri PNN/Kepala Bapenas Suharso dikantornya pada 04 september 2021.

Varian MU tersebut sudah ditemukan di kawasan asia yaitu di Jepang dan Hong Kong. Bahkan informasi yang beredar sudah menyebar di 39 negara.

Khalis menilai, hal itu akan menimbulkan kekhawatiran terjadinya potensi gelombang ketiga Covid-19. Berdasar alasan di atas, Khalis mengajak selurug pesantren se-Indonesia kompak menyukses Vaksinasi Nusantara.

Menurut Khalis, Vaksin Nusantara telah lolos uji klinis tahap I dan II. Hal itu dijadikan dasar bahwa Vaksin Nusantara layak untuk dipakai dalam mengantisipasi kedatangan Covid-19 gelombang III.

“Testimoni para relawan yang terdiri dari parah tokoh dan ahli kesehatan belum ada data kematian dari semua relawan yang mendapatkan suntikan vaksin Nusantara akibat Covid-19 dari semua varian,” urainya.

Khalis mengklaim, Vaksin Nusantara dinilai juga mampu memberikan kekebalan tubuh delapan kali lipat dibangding vaksin impor.

Tidak tanggung-tanggung, Pemuda Madura mengajak seluruh pesantren dan masyarakat untuk kompak menolak impor vaksin dari negara luar apapun jenisnya.

“Kami meminta pemerintah untuk serius dan berkomitmen mengembangkan vaksin dalam negeri yaitu vaksin nusantara sebagai karya ilmuwan bangsa sendiri,” tegasnya.

Alasan Khalis mengajak pesantren berperan aktif dalam vaksina karena dinilai sebagai entitas penting di Indonesia.

“Kami melihat pesantren adalah bagian terpenting entitas bangsa ini yang mempunyai nasionalisme yang kuat dan tinggi serta teruji dalam sejarah bangsa ini dalam perjuangan kemerdekaan dan menjaga kedaulatan bangsa,” tegasnya.

“Disisi lain cakupan vaksinasi dikalangan pesantren masih sangat rendah sekali, rendahnya cakupan vaksinasi dipesantren bisa jadi karena beberapa faktor, pertama karena faktor nasionalisme yang kuat,

akibatnya masih meragukan program vaksinasi pemerintah yang stok vaksinya 100% impor dari negara luar. Sehingga pesantren lebih banyak memilih jalan religi dalam menghadapi covid-19 dengan membaca Sholawat Burdah dan istighosah lainnya,” imbuhnya. {santrinews}