Golkar, Nasdem dan PKS Diprediksi Bakal Berkoalisi usung Anies Baswedan di Pilpres 2024

Berbagai wacana mengenai bakal calon presiden yang akan berlaga di Pilpres 2024 terus bermunculan. Sejumlah nama kini mulai disebut-sebut akan bertarung memperebutkan kursi RI 1.

Meski masih tiga tahun lagi, beberapa nama bahkan sudah dideklarasikan oleh sejumlah pihak. Salah satunya Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

Anies Baswedan diprediksi berpeluang mendapat dukungan dari Golkar dan Nasdem untuk maju di Pilpres 2024.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta ini diperkirakan sulit maju di Pilpres 2024 karena bukan petinggi partai politik. Masa jabatan Anies Baswedan di Jakarta juga akan berakhir tahun depan.

Namun, prediksi terbaru, Anies Baswedan akan mendapat dukungan Golkar, Nasdem, dan kemungkinan PKS.

Pengamat Politik yang juga Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute, Gun Gun Heryanto mengungkapkan sudah ada pertemuan antara Airlangga Hartarto dan Surya Paloh.

Pertemuan tersebut diyakini berkaitan dengan langkah kedua partai menuju Pilpres 2024. Sekadar informasi, nama Anies Baswedan konsisten berada di 3 besar dalam berbagai survei elektabilitas tokoh menuju Pilpres 2024.

Elektabilitas Anies Baswedan bersaing ketat dengan Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.

Dilansir dari Kompas TV, potensi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk diusung oleh Partai Golkar dan Partai Nasdem pada Pemilihan Presiden atau Pilpres 2024 terbuka cukup besar.

Hal itu disampaikan oleh Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute, Gun Gun Heryanto, dalam Sapa Indonesia Malam Kompas TV, Senin (1/11/2021). “Saya melihat potensi (diusung oleh Nasdem dan Golkar) itu ada, besar,” ucapnya.

Analisis Gun Gun tersebut bukan tanpa alasan. Gun Gun menilai sejak awal sudah ada komunikasi yang terbuka antara Partai Golkar dan Partai Nasdem.

Tepatnya sejak pertemuan antara Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto dengan Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh, beberapa waktu lalu.

Analisis selanjutnya adalah kedekatan antara Partai Nasdem dan Anies Baswedan, yang dinilainya akan menjadi jangkar dari kedua partai. “Ya, itu jangkar itu akan saling ketemu,” jelasnya.

Dia juga berpendapat, nama Anies Baswedan sama halnya dengan nama Ganjar Pranowo, telah menjadi magnet elektoral, yang tentu akan dihitung mempunyai potensi untuk dimajukan.

Meski demikian, pada akhirnya akan melibatkan faktor yang sangat penting dan krusial, antara lain adalah keputusan yang sifatnya aksi reaksi di partai politik.

“Seperti misalnya sekarang kenapa Anies Baswedan menjalin komunikasi dengan Partai Golkar, Partai Nasdem, bahkan dengan partai lain seperti PKS.”

Menurutnya, ini juga merupakan konteks untuk menjadikan semacam pintu bagi probabilitas perolehan suara yang ada pada diri Anies Baswedan.

Hal itu kemudian dipertimbangkan oleh kekuatan real politics, antara lain adalah Partai Golkar. Sebagai partai politik yang memiliki pengalaman dalam menghitung peluang politik, pada akhirnya akan tiba pada dua pertimbangan.

Meskipun saat ini Golkar sudah memutuskan untuk mengusung Airlangga Hartarto sebagai calon presiden. Pertama, kata Gun Gun, probabilitas perolehan suara.

Baik itu Airlangga Hartarto atau siapa pun yang kemudian nantinya akan dinegosiasikan dengan mitra yang potensial.

“Pada akhirnya sosok tokoh yang benar-benar punya konsistensi dalam konteks persepsi publik itu di-ranking sebagai figur yang punya modal elektabilitas tinggi.”

Kedua, lanjutnya, internal Partai Golkar akan punya pertimbangan keuntungan dalam potensi kekuatan di kemudian hari. Sebab, Partai Golkar tentu saja mempunyai agenda di 2024 dan seterusnya, dan itu belum tentu cocok dengan figur yang akan diusungnya.

“Misalnya, Pak Anies, sekarang bertemu dengan Partai Golkar, apakah kemudian deal dengan ragam skema Partai Golkar di 2024,” ucapnya.

Dia menambahkan, jika Partai Golkar bernegosiasi dengan Nasdem atau partai lain, tentu Golkar akan bertemu dengan banyak sekali kekuatan politik real.

Pada akhirnya, nanti menjelang nominasi hanya akan muncul satu atau dua nama dari beberapa opsi yang ada. “Itu tinggal satu atau dua nama, dan itu akan dieksekusi menjelang injury time.” {tribun}