News  

Jin Buang Anak

Jika maling ngaku, penjara penuh. Penjahat pasti ngeles dulu. Istilah “Tempat Jin Buang Anak” ngga pernah berarti “Jauh” & “Sepi”. Mediterania Boulevard Pantai Indah Kapuk selalu sepi. Mewah. Elite. Ga ada preman nongkrong gitaran. Ga pas disebut “Tempat Jin Buang Anak” lho. Dari Surabaya ya “Jauh”.

Arti metafora yang paling paz adalah “Angker”, tempat yg menyeramkan, penuh roh-roh anak kecil yang dibuang Jin, dangerous zone. Sehingga “hanya monyet” yang mau tinggal di situ. Pasarnya aja “Kuntilanak” & “Gendruwo”.

Alasan orang Batavia kerap menggunakan frase metaporic tersebut juga ngga pas. “Tempat Jin Buang Anak”, “Pasarnya Kuntilanak”, dan “Hanya Monyet” keluar di momentum informal & canda-canda.

Tapi pesan-nya serius. Don’t go there. Serem. Bisa cilaka. Karena angker, pasti sepi. Tempat begal membagi hasil rampokan.

Nah, Konferensi Pers Oposisi yang membuat Orang Kalimantan marah kan perhelatan serius. Sampe ngatain Jokowi Boneka Partai & Sering Bohong. Lalu menghina Menhan Prabowo sebagai kucing & bodoh.

Pasal membuat keonaran memang elastis dan subjektif. Statement biasa-biasa aja tapi bila ada sekelompok orang tersinggung & marah ya kena-lah itu Gerombolan Oposisi Karduz.

Takut kehilangan Job-demo bila Ibukota pindah ke Kalimantan adalah alasan utama. Ga bisa makan nas-bung lagi. Korlap Demo makannya di Resto Padang.

Selain itu, ada yang bilang, gerakan Tolak IKN digerakan oleh Sindikat Oligarki Global. Targetnya bikin chaos dan kudeta Jokowi. Akibat Pemerintah ngga mau lagi export nikel dan raw materials. Jadi Kepentingan Amerika cs terganggu. Dan selalu tersedia para penghianat bangsa yang siap melakukan apa saja demi menjadi Oligarkhi Baru. Rakusnya minta ampun.

Zeng Wei Jian