News  

Imbas Konflik Rusia-Ukraina, Harga Emas Diramal Meroket Hingga Rp.1,3 Juta

Setelah sempat anjlok beberapa waktu yang lalu, harga logam mulia terutama emas kini terpantau terus melonjak. Adapun harga emas Antam hari ini, Minggu (20/2), mencapai Rp 969.000 per gram.

Analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan penyebab harga emas sebelumnya merosot karena adanya spekulasi kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) pada Maret mendatang.

Namun, kondisi tersebut tidak berlangsung lama. Ibrahim mengatakan, ketegangan geopolitik di perbatasan Ukraina dalam satu bulan terakhir menyebabkan gejolak pada harga emas, terutama pada Sabtu kemarin ketika ada kontak senjata antara pemberontak Pro Rusia dengan Ukraina.

“Ini yang kemudian kemungkinan besar akan membawa harga logam mulia kembali lagi mengalami penguatan, Kita tahu bahwa kemarin harga emas dunia sempat di USD 1.106 per troy ons, kemudian terjadi koreksi,” ujar Ibrahim saat dihubungi kumparan, Minggu (20/2).

Sementara itu, situasi konflik geoolitik yang semakin memanas ini membuat The Fed kemungkinan besar menangguhkan kebijakan kenaikan suku bunganya. Ibrahim berkata, hal ini akan berbahaya karena AS ikut terlibat dalam konflik Rusia-Ukraina.

“Perang ini membutuhkan uang yang sangat besar, sehingga bank sentral AS pun berhati-hati menaikkan suku bunga, dengan kehati-hatian inilah kemungkinan logam mulia akan terus terbang, kemungkinan besar akan mencapai level di atas Rp 1 juta (per gram),” tuturnya.

Selain antara Rusia dan Ukraina, konflik geopolitik juga terjadi di kawasan Timur Tengah. Ibrahim menjelaskan, situasi perang bisa saja meningkatkan inflasi bisa mencapai level di atas 8 persen.

Apalagi jika situasi perang berlangsung hingga dua bulan ke depan, lonjakan harga emas akan terus terjadi. Ibrahim memprediksi harganya bisa mencapai Rp 1,3 juta per gram jika keterlibatan NATO dan AS membuat perang menjadi lama.

“Negara dengan cadangan emas terbesar di dunia adalah AS, Rusia, dan Eropa, pada saat perang ketiganya akan mengalami inflasi tinggi, membuat harga emas juga mengikuti lebih tinggi lagi harganya,” kata dia.

Dengan kondisi ini, Ibrahim menjelaskan masyarakat akan cenderung mencari investasi safe haven seperti logam mulia dan meninggalkan investasi saham. Hal tersebut karena pada saat kondisi perang, ada kemungkinan bursa saham diliburkan.

“Kemungkinan perang ini akan melebar, sekutu Rusia, Eropa, AS, seperti Perang Dunia II semua bursa tutup, semua obligasi, surat berharga itu tidak ada harganya. Pada saat perang, orang mencari cadangan emas, karena emas itu menjadi jaminan mencetak uang,” jelasnya. {kumparan}