Hetifah Nilai Bahasa Indonesia Layak Jadi Bahasa ASEAN

Malaysia mengusulkan bahasa Melayu sebagai bahasa kedua di ASEAN. Wakil Ketua Komisi X DPR RI dari Fraksi Golkar Hetifah Sjaifudian menilai Bahasa Indonesia justru lebih layak menjadi bahasa ASEAN.

“Menurut saya, Bahasa Indonesia lebih layak sebagai Bahasa ASEAN,” kata Hetifah dalam keterangannya, Sabtu (2/4).

Ada beberapa alasan yang disampaikan Hetifah mengenai usulannya itu. Salah satu alasannya karena jumlah penduduk Indonesia lebih banyak dari negara-negara di Asia Tenggara lainnya.

“Selain jumlah penduduk Indonesia yang jauh lebih banyak, saat ini hanya Indonesia yang menjadi satu-satunya negara G20 di ASEAN,” katanya.

Hetifah menambahkan alasan lain mengapa Bahasa Indonesia layak menjadi bahasa kedua ASEAN. Alasan dimaksud, yaitu karena ekonomi Indonesia sangat berkembang.

“Selain itu, ekonomi Indonesia sangat berkembang. Jadi, seharusnya bahasa yang digunakan dalam keperluan diplomasi ASEAN adalah Bahasa Indonesia,” katanya.

Perdana Menteri (PM) Malaysia Ismail Sabri Yaakob menyebut Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) setuju memperkuat bahasa Melayu yang diharapkan Sabri menjadi bahasa resmi kedua ASEAN.

Ismail Sabri Yaakob menjelaskan, bahasa rumpun Melayu digunakan di Malaysia, Indonesia, Brunei Darussalam, Thailand selatan, etnis Champa di Kamboja, Filipina, dan Singapura.

Menteri Luar Negeri RI Retno Lestari Priansari Marsudi menjelaskan Malaysia baru sebatas menyampaikan usulan ke RI, persetujuan belum diputuskan RI.

“PM Malaysia menyampaikan usulan tersebut, yang tentunya masih memerlukan kajian dan pembahasan lebih lanjut,” kata Menlu RI Retno Marsudi dalam keterangannya kepada detikcom, Jumat (1/4).

“Kalau dilihat dari sisi penutur (demografi), bahasa Indonesia adalah bahasa dengan penutur terbesar di Asia Tenggara,” kata Retno. {moeslim}