News  

Tertipu Oleh Aksi Demo 114

Harapan publik begitu besar. Opini yang terbangun dalam aksi demonstrasi mahasiswa dan elemen masyarakat kemarin (11/4) di gedung DPR dan patung kuda berakhir antiklimaks. ‘Perang’ opini di media sosial berhasil menggiring opini pendukung anti rezim.

Publik tertipu. Massa pro perubahan yang datang dari berbagai daerah juga tertipu. Aksi demo 114 tidak sesuai harapan. Ada yang bilang masuk angin. Ada pula yang menyebut buah karya kakak pembina. Banyak kejanggalan.

Aksi demo yang dikenal dengan 114 itu menyisahkan pertanyaan besar. Dugaan aksi 114 settingan pihak tertentu menguat. Casingnya kontra rezim. Jeroannya pro rezim. Korbannya anti rezim.

Selentingan banyak beredar setelah BEM SI mengalihkan lokasi aksi demo memantik berbagai spekulasi. Semula depan istana. Last minute berubah. Pindah ke DPR. Lima tuntutan mahasiswa BEM SI pun bertolak belakang dengan tuntutan aktivis pro perubahan.

Semula pusat aksi BEM SI di istana namun tiba-tiba dialihkan ke gedung DPR. Hal ini kemungkinan terjadi untuk menghindari ‘penyatuan’ massa BEM SI dengan ARM karena perbedaan isu yang dibawa dan aktor intelektual dibelakang kedua aksi. Konsentrasi massa 114 terpecah, DPR dan istana tapi tertahan di patung kuda karena dipasang kawat berduri.

Ditambah pula dengan selentingan soal Aliansi Rakyat Menggugat (ARM). Banyak rumor tak sedap menimpa ARM yang getol menyuarakan pergantian rezim Jokowi. Ada sesuatu dibalik isu panas yang selalu diangkat dalam aksi demo ARM. Kritik keras dan keberanian terhadap rezim mulai dari soal vaksin, PCR, minyak goreng hingga turunkan Jokowi tak pernah tersentuh hukum. Toh aktivis ARM aman-aman saja. Tidak pernah diciduk aparat keamanan. Ada apa?

Inilah pertanyaan yang sering mengemuka di kalangan aktivis pro perubahan. Belum lagi aksi demo 114 kemarin di patung kuda, tak tampak sama sekali aktivis pro perubahan ditengah-tengah massa ARM. Aneh.

Aksi demo 114 yang membawa harapan besar publik akhirnya kandas. Massa pro perubahan yang mengharapkan perubahan tertipu. Pasalnya, dua titik aksi 114 di kawasan patung kuda dan gedung DPR penuh drama.

Aliansi Rakyat Menggugat mengusung tema besar Turunkan Jokowi tanpa tembakan gas air mata. Sementara mahasiswa yang tergabung dalam BEM SI, dari lima tuntutan tak satupun menyinggung turunkan Jokowi malah dapat tembakan gas air mata dan insiden Ade Armando. Ada semacam upaya mendegradasi BEM SI.

Banyak cerita drama mengawali aksi 114. Beredar baik foto maupun video di media sosial sebelum aksi 114. Seolah-olah aksi 114 akan berhasil menumbangkan rezim Jokowi. Ternyata nol besar. Propaganda buzzeRp berhasil. Aktivis pro perubahan gigit jari.

Massa murni yang sebagian besar menginginkan perubahan ‘TERJEBAK’ dan ‘DIJEBAK’. Kedua titik konsentransi massa diduga permainan pihak tertentu. Masuk perangkap permainan isu yang dibuat pro rezim.

Beredar selentingan di kalangan aktivis pro perubahan. Massa ARM dan BEM SI yang terbangun dalam persepsi publik sebagai kontra rezim hanya kamuflase untuk mengelabui aktivis anti rezim.

Yang agak aneh adalah soal Ade Armando di depan gedung DPR. Insiden pengeroyokan Ade Armando menuai kecurigaan. Ade Armando sengaja ‘diumpan’. Bagian dari settingan untuk menutupi aksi murni yang sebenarnya diusung oleh aktivis pro perubahan. Setidaknya, panggung sandiwara insiden Ade Armando membuat pendukung pro perubahan berpuas hati. Mirisnya, substansi perjuangan tersisihkan.

Belanda masih jauh. Jauh panggang dari api tuntutan massa pro perubahan. Kekhawatiran itu terjadi. Terbawa irama orkestra pro rezim.

Jakarta, 10 Ramadhan 1443/12 April 2022
Tarmidzi Yusuf, Pegiat Dakwah dan Sosial