Airlangga Hartarto Optimis Ekonomi Indonesia Bakal Tumbuh Lebih Tinggi Dari Global

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto

Capaian ekonomi Indonesia pada Triwulan I-2022 berhasil tumbuh positif di angka 5,01 persen secara tahunan (year on year/yoy). Jika dibanding dengan ekonomi global, ekonomi nasional terbilang baik.

Begitu intisari keterangan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, saat menjelaskan capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) di Jakarta, Senin kemarin (9/5).

Ketua Umum Partai Golkar ini menjelaskan, pertumbuhan ekonomi global diramal terkoreksi beberapa kali oleh lembaga keuangan dunia. Sementara Indonesia diprediksi lebih tinggi.

Pada kenyataannya, proyeksi ekonomi yang dilakukan oleh lembaga keuangan dunia seperti IMF, Bank Dunia, hingga OECD tampak dari realiasasi pertumbuhan ekonomi Indonesia di Triwulan I-2022.

“Dari segi pertumbuhan ekonomi global tahun ini diperkirakan 3,6 hingga 4,5 persen.

Namun dari berbagai lembaga di dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia antara 5 sampai dengan 5,4 persen,” ujar Airlangga dalam jumpa pers virtual yang disiarkan kanal Youtube Sekretariat Presiden yang dikutip Redaksi, Selasa (10/5).

Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) ini juga menjelaskan sumbangsih sejumlah indikator pertumbuhan positif ekonomi nasional, yang mana didukung oleh berbagai sektor serta jumlah tenaga kerja yang tercipta.

Bahkan dia mencatat, selama bulan Ramadhan tahun ini indeks konsumsi masyarakat meningkat cukup tiggi, yaitu mencapai 31 persen dibandingkan dengan Ramadhan tahun lalu, dan terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia.

“Di Kalimantan meningkat 199,6; Sumatra 178; Jawa 13; Maluku dan Papua 145,5; dan Bali-Nusa Tenggara 72,9,” bebernya.

Lebih lanjut, Airlangga juga menyampaikan kinerja penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional. Katanya, realisasi anggarannya mencapai 15,4 persen atau Rp 70,37 triliun.

Khusus di bidang kesehatan sendiri sebesar 9,7 persen atau Rp 11,87 triliun dialokasikan untuk insentif tenaga kesehatan dan klaim pasien.

“Penguatan pemulihan ekonomi sekitar 5,2 persen atau Rp 9,2 triliun, baik itu di sektor pariwisata, dukungan UMKM, dan perpajakan,” tandasnya.(Sumber)