News  

Dagelan Koalisi Indonesia Bersatu dan Manuver Selamatkan Diri

Baru-baru ini muncul koalisi tiga partai. Golkar, PAN dan PPP membentuk koalisi yang diberi nama Koalisi Indonesia Bersatu. Koalisi tersebut minus PKB. Padahal PKB dan dua partai lainnya yaitu Golkar dan PAN pendukung pemilu ditunda. PKB diganti PPP. Sama-sama partai berbasis massa NU.

Koalisi yang disebut Koalisi Indonesia Bersatu itu membentuk koalisi usai ketiga pimpinan partai tersebut melakukan pertemuan pada Kamis (12/5/2022).

Ada beberapa kemungkinan dibalik koalisi tiga partai tersebut, yaitu:

Pertama, koalisi ‘cuci tangan’ Golkar dan PAN untuk memperbaiki citra pasca ditolaknya usulan penundaan pemilu. Untuk menghindari kecurigaan publik, PKB diganti oleh PPP.

Terutama Golkar dan PAN butuh ikhtiar politik untuk mempertahankan suara pasca diserang habis-habisan oleh publik setelah mendukung pemilu ditunda. PKB sengaja ditinggalkan untuk menepis kecurigaan publik.

Kedua, agak sulit ketiga ketua umum partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu benar-benar eksis secara politik. Belum lagi soal elektabilitas satu koma dan tersandera secara politik karena dugaan beberapa kasus korupsi yang mendera.

Kedua ketua umum tersandera kasus dugaan korupsi. Yang satunya tersandera kasus dugaan suap proyek pembangunan PLTU Riau-1. Yang satu lagi, tersandera dugaan korupsi alih fungsi hutan.

Digandengnya Ridwan Kamil hanyalah bumbu-bumbu politik untuk mengelabui publik dari agenda politik yang sesungguhnya. Disamping kepentingan ketiga partai politik dalam mempertahankan suara di Jawa Barat.

Ketiga, upaya Airlangga Hartarto memproteksi Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo muncul sebagai calon presiden dari Golkar. Bukan rahasia umum lagi dua faksi terbesar di Golkar sedang berebut tiket Golkar untuk pencalonan presiden dan wakil presiden. Airlangga Hartarto sedang bermain diantara pergulatan dua faksi besar tersebut. Berharap menjadi kuda hitam calon wakil presiden.

Airlangga Hartarto berupaya mendapatkan tiket Golkar dengan menggandeng Ridwan Kamil sekadar untuk cek gelombang. Mengingat elektabilitas Ridwal Kamil jauh diatas Airlangga Hartarto.

Keempat, Airlangga Hartarto menyadari tidak akan dicalonkan oleh Golkar. Kabarnya, sedang terjadi tarik menarik antara dua faksi besar di Golkar. Salah satu faksi lebih condong mendukung Anies Baswedan sebagai calon presiden dari Golkar. Sementara, faksi lainnya mendukung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden.

Berkembang desas-desus beberapa bulan terakhir tentang akan ‘bergejolaknya’ Golkar bila Airlangga Hartarto nekad nyapres. Lagian elektabilitas Airlangga Hartarto tak beranjak dari 1 persen. Ada kabar, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto akan menyerahkan tiket Golkar sebagai kompromi politik dengan seorang menteri senior pasca tertutupnya peluang Ganjar Pranowo diusung oleh PDIP.

Rumornya, dengan kompromi politik ini, peluang Ganjar Pranowo berpasangan dengan Ridwan Kamil atau Ganjar Pranowo-Erick Thohir diusung Golkar dan PAN makin terbuka. Total koalisi Golkar dan PAN 22,4 persen telah melebihi persyaratan minimum presidential threshold. Tidak menutup kemungkinan PKB juga merapat dengan koalisi ini.

Kabarnya, dugaan korupsi kardus durian akan dibuka kembali untuk menekan Muhaimin Iskandar. Beberapa hari lalu, KPK pun telah memberikan lampu hijau untuk membuka kembali kasus ini.

Tidak menutup kemungkinan saling buka kasus. Saling sandera. Jejak dugaan korupsi Erick Thohir di Telkomsel-GOTO sedang menjadi perbincangan publik. Calon presiden tersandera skandal mega korupsi e-ktp, sementara calon wakil presiden mengalami hal serupa dengan kasus yang berbeda.

Lalu siapa yang diuntungkan? Modus politik menteri senior mempertahankan kekuasaan dengan ‘menyandera’ calon presiden dan calon wakil presiden yang diskenariokan melalui Golkar, PAN dan PKB.

Wallahua’lam bish-shawab.

Bandung, 16 Syawal 1443/17 Mei 2022
Tarmidzi Yusuf, Pegiat Dakwah dan Sosial