Ngeri-ngeri sedap baca salah satu portal berita online. Oligarki akan borong semua partai. Menyisakan 2 hingga 3 partai saja. Potensi head to head seperti 2019 bakal terulang kembali. Calon yang didukung pun dua-duanya boneka oligarki. Kecurangan di depan mata. Presiden kardus jilid dua.
Anies Rasyid Baswedan bakal dikunci oligarki agar tidak lolos presidential threshold. Pasalnya, NasDem yang disebut-sebut bakal mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden dari NasDem dilobby untuk putar haluan mendukung Ganjar Pranowo. Rayuan maut oligarki. Semudah itukah? Terus terang saya ragu.
Alasannya sederhana. Nama Ganjar Pranowo termasuk Anies Baswedan memang masuk radar calon presiden dari NasDem. NasDem sendiri baru akan menggelar Rakernas 15-17 Juni 2022 telah menyebut 3 (tiga) nama yang akan diusung di Pilpres 2024. Ketiga nama tersebut adalah Anies Rasyid Baswedan, Ganjar Pranowo dan Andhika Perkasa.
Adalah Muhammad Said Didu yang mengungkapkan. Bahwa ia dapat info, “Infonya calon ini yang disepakati Pak Dhe dengan para cukong,” tulis Said Didu dikutip dari Twitter, Senin (23/5/2022)
Semula Said Didu hanya menanggapi postingan yang memperlihatkan poster pasangan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Menteri BUMN Erick Thohir yang akan dipasangkan dalam pilpres 2024. Said Didu kemudian menyebut bahwa dirinya mendapatkan informasi, Presiden Jokowi sudah sepakat dengan pemodal untuk mengusung pasangan itu.
Lalu partai apa yang akan mengusung duet Ganjar-Erick? Menurut Said Didu, partai politik pengusung juga sudah disiapkan untuk mengusung pasangan calon tersebut. Tidak lain adalah partai yang tergabung dalam koalisi Indonesia Bersatu (KIB). “Partainya sudah disiapkan yaitu koalisi Partai Golkar, PPP, dan PAN. Ayo rakyat cerdas,” imbuhnya.
Partai Golkar, PAN dan PPP akan bergejolak bila nekad mengusung Ganjar-Erick. Pasalnya, dua-duanya bukan kader Partai Golkar, PAN dan PPP. Bisa-bisa suara PAN dan PPP bakal tergerus di Pileg 2024. Lain halnya dengan Partai Golkar, diprediksi tetap lolos ke Senayan.
Bagaimana dengan PAN? Bila benar PAN mendukung Ganjar-Erick, alamat PAN tidak akan lolos parliamentary threshold atau ambang batas minimal perolehan kursi DPR RI yakni 4 persen. Sebelumnya, PAN sudah ditinggal beberapa simpatisan dan kadernya pindah ke Partai Ummat besutan Amien Rais dan Partai Pelita pimpinan M. Din Syamsuddin.
Demikian pula dengan PPP yang pada Pileg 2019 berada di garis kritis ambang batas minimal perolehan kursi DPR, yaitu hanya meraih 4,52 persen. Bila benar, PAN dan PPP akan menanggung akibat dari keputusannya mendukung Ganjar-Erick. Gagal lolos parliamentary threshold di Pileg 2024. Sebuah keputusan yang harus dibayar mahal oleh PAN dan PPP.
Apakah Partai Golkar akan mengalami hal yang sama dengan PAN dan PPP? Belum tentu. Partai Golkar sudah sangat berpengalaman main dua kaki. Bisa saja pucuk pimpinan Golkar mendukung Ganjar-Erick walaupun Ganjar-Erick harus ‘berdarah-darah’ merebut tiket Golkar. Tentu saja Airlangga Hartarto dan Faksi JK tidak akan tinggal diam.
Tidak menutup kemungkinan sejarah Partai Golkar di Pilpres 2004 bakal terulang kembali di Pilpres 2024. Saat itu, Partai Golkar mengusung duet Wiranto-Salahuddin Wahid harus menelan pil pahit. Kalah dari SBY-JK yang tidak diusung Partai Golkar. Tidak menutup kemungkinan skenario ini akan terulang kembali. Ganjar-Erick akan dikalahkan oleh Anies Rasyid Baswedan. Kabarnya, faksi JK dan Aburizal Bakrie (ARB) di Golkar lebih cenderung ke Anies Rasyid Baswedan.
Jokowi sendiri mulai terang-terangan mendukung Ganjar Pranowo di Pilpres 2024. Hal ini terbaca oleh publik saat keduanya tampil bersama di acara Rakernas Projo, Sabtu (21/5) pekan lalu di Balai Ekonomi Desa (Balkondes) Ngargogondo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Jokowi mulai ‘menggoda’ PDIP. Massa pendukung dan relawan Jokowi berharap tiket Pilpres 2024 dari PDIP jatuh ke Ganjar Pranowo. Meski berat. Jokowi dan para cukong kabarnya tidak akan menyerah. Akankah Megawati Soekarnoputri tergoda? Pertaruhan hidup mati trah Soekarno. Salah langkah, sama halnya menggali kuburan bagi trah Soekarno. Atau seperti kata isu yang berkembang. Konflik Jokowi dan Megawati hanya sandiwara politik untuk meningkatkan elektabilitas PDIP.
Bila Ganjar Pranowo gagal mendapatkan tiket dari PDIP, kabarnya Partai Golkar dan PAN akan menjadi perahu bagi Ganjar-Erick. Tidak menutup kemungkinan oligarki memborong 6 (enam) partai parlemen sehingga menyisakan Gerindra, PKS dan Demokrat.
Bagaimana dengan Anies Rasyid Baswedan? Benarkah partai-partai lain akan dibeli para pemodal? Harapan satu-satunya ada di PKS dan Demokrat yang hanya memiliki 104 kursi DPR atau baru 18,1 persen. Kurang 1,9 persen lagi agar lolos presidential threshold 20 persen. Peluang Gerindra merapat masih ada bila rencana Koalisi PDIP dan Gerindra layu sebelum berkembang.
Kita akan lihat siapa yang kuat. Oligarki atau rakyat Indonesia? Waktu yang akan menjawabnya, September 2023.
Kawasan Pendidikan Tinggi Jatinangor, 23 Syawal 1443/24 Mei 2022
Tarmidzi Yusuf, Pegiat Dakwah dan Sosial