Tembus 8 juta Penonton, Ini Faktor Keberhasilan Film KKN di Desa Penari

Kehadiran film KKN di Desa Penari berhasil menghebohkan industri perfilman tanah air.

Pasalnya, film yang telah ditunggu-tunggu selama dua tahun ini sukses meraup 8 juta lebih penonton dalam waktu kurang dari satu bulan penayangan sejak 30 April 2022.

Maka tak heran, film arahan produser Manoj Punjabi ini mendapatkan gelar Film Horor Terlaris Sepanjang Masa.

Merespons kesuksesan film tersebut, Pakar Kajian Sinema Universitas Airlangga Igak Satrya Wibawa, mengatakan, bahwa popularitas film KKN di Desa Penari menjadi sebuah momen bagus bagi industri perfilman setelah dua tahun menghadapi tantangan pandemi.

“Keberhasilan film KKN di Desa Penari ini menurut saya adalah sebuah momentum yang tepat buat para film maker untuk kembali kepada track yang benar,” kata Igak, Minggu (8/5).

Igak menuturkan, bahwa ada beberapa faktor yang memengaruhi keberhasilan film KKN di Desa Penari. Pertama yakni adanya thread Twitter terkait cerita KKN tersebut yang membuat banyak warganet penasaran.

Menurutnya, utas Twitter sudah tentu berpengaruh karena bagaimanapun orang sudah mengetahui dan memahami utas itu sama halnya dengan novel atau cerpen yang sukses. Bedanya ini adalah sebuah utas.

Kedua, rasa keingintahuan dan ketidaksabaran penonton untuk mengetahui bentuk visual dari utas viral itu karena film KKN di Desa Penari sempat menunda penayangannya beberapa kali.

“Ada yang bilang penundaan banyak dari marketing. Sebetulnya tidak juga karena memang momennya dalam tanda kutip ‘pas’.

Mereka mau tayang, tapi karena pandemi, jadinya banyak larangan. Walaupun kapan hari mau dibuka, tapi tetap terbatas,” jelas Igak.

Terkait penundaan penayangan film, produsen bioskop pasti memikirkan soal nilai ekonomi. “Kalau ditayangkan langsung waktu itu mungkin tidak akan sesukses ini karena orang masih takut pandemi,” tambahnya.

Ketiga, pada saat yang bersamaan tidak banyak film-film Indonesia lain yang muncul. Sehingga momentum ini sangat pas bagi film KKN di Desa Penari.

Oleh karena itu, banyak orang berbondong-bondong untuk menyaksikan film tersebut.

Di samping itu, Igak menerangkan bahwa tema horor menjadi sebuah pasar di mana sumber-sumber di dalamnya tidak akan habis karena dapat digali secara terus-menerus.

“Katakanlah orang Bali dengan kekuatan magisnya, maka mereka merasa dekat secara personal.

Termasuk juga setan-setan seperti kuntilanak, genderuwo, pocong, tuyul, atau sejenisnya. Itu bagian dari mitos dan kepercayaan karena kita tahu dan dekat sehingga kita akan berbagi kedekatan secara psikologis juga,” terangnya.

Ia menuturkan, bahwa film horor cenderung tidak memerlukan usaha berpikir, berbeda dengan film lainnya. Hal tersebut juga menjadi sebab mengapa film horor digemari banyak orang.

“Ending film horor akan sama. Kita menikmati rasa takut, merasa dikejutkan, setannya akan kalah atau muncul di akhir sebagai suatu yang possible.

Itu wajar-wajar saja karena itu memenuhi kebutuhan psikologis penonton yang memang ingin melihat sesuatu, kemudian selesai. Itulah bagian dari adrenalin. Sama dengan film action,” pungkasnya.(Sumber)