Orde Baru Lebih Baik

Orde Baru Lebih Baik Radar Aktual

Dahulu, mudah bagi kita mengecam Pa Harto, TNI dan Orde Baru. Sebabnya, komparasi yang diinserted ke dalam otak masyarakat adalah angan-angan. Pelakunya, ya liberal, komunis, klik Pater Beek dan sebagainya.

Orde Baru dibandingkan dengan surga dan utopia komunis; sebuah masyarakat adil dan beradab. Tanpa perang. Gemah ripah loh jinawi. Classless society. No State. Free access. Common ownership of the means of production. Ngga ada exploitasi buruh.

Thus, ngga ada orang miskin sekaligus ngga ada yang kaya. Sama rasa sama rata. Polpot banget kan?

Pa Harto dibandingkan dengan seorang “benevolent monarch”. A Dharmaraja in Buddhist text; seorang penguasa bijak yang dikirim oleh Dewata.

Ya pasti kalah Pa Harto dan Orde Baru. Sayangnya, semua itu utopia, angan-angan, fantasi, dan isapan jempol.

Mestinya, Orde Baru dikomparasi dengan Orde Lama. Pa Harto dengan Bung Karno. Baru, based on fact. Apple to apple.

Sekarang, banyak ex mahasiswa 98 mengalami “paradigm shifting”. Mereka terlibat gerakan reformasi. Anti Orde Baru. Jadi pion CIA, New Left, Progresif dan tokoh-tokoh nasional haus kekuasaan.

Dulu itu, bahan bacaan kurang. Usia muda. Darah masih panas. Buktinya; jerawatan. Pengalaman terbatas. Jarang mikir. Yang penting: Lawan…!! Gampang dihasut, ditipu, dibohongin. Plus, di-imposed slogan: Anti Orba itu keren. Makin menjadi-jadi kita.

To be progressive is cool. Makanya banyak yang suka T-Shirt Che Guevara. Ngga taunya, Che Guevara pernah membunuh anak usia 14 tahun di Penjara La Cabana.

In total, di penjara itu, Che Guevara diperkirakan mengeksekusi sekitar 500 orang tahanan tanpa pengadilan.

Orang tua mana yang ngga elus dada bila anaknya mengidolakan “Che Guevara”. Alih-alih seorang freedom fighter, Che Guevara adalah penyeru kebencian.

Dia pernah bilang, “Hatred as an element of struggle; unbending hatred for the enemy, which pushes a human being beyond his natural limitations, making him into an effective, violent, selective, and cold-blooded killing machine. This is what our soldiers must become…”

Nah, seperti itu tuh dulunya aktifis 98. Sekarang, sebagian dari mereka mulai dewasa. Ada yang jadi anggota DPR, Gubernur, Walikota, Dirjen Kebudayaan, Komisaris, buzzer, dosen dan chebong.

Ada yang jadi aktifis NGO. Jadi antek USAID dan Open Soceity George Soros.

Sebagian lagi, balik arah. Jadi Pro Orde Baru. Mereka nyekar dan minta maaf ke makam Pa Harto.

Sekarang, bacaan mereka komplit. Usia hampir matang. Pengetahuan meluas. Tambah bijak.

Komparasi nyata mesti dilakukan. Komunis, Progresif, Sosialist, dan liberal amoral freesex ngga bisa lagi manipulasi utopia. Masa Orde Baru bisa diperbandingkan dengan rezim-rezim sesudahnya.

Era Habibie, Timor Timur lepas. Perang rasial pecah di Ambon. Zaman Gus Dur, ada jargon “Gitu aza repot”. Seakan negara ngga mau puyenk. Semasa Megawati Presiden, BUMN dijual dan swastanisasi dilakukan.

Zaman sekarang: No Comment..!! Takut dianggap makar.

Menurut Prof Mahfud MD, KKN Zaman Now lebih parah dibanding Orde Baru. Tau dunk artinya KKN? Itu lho Korupsi, Kolusi & Nepotisme. Gap antara kaya-miskin semakin lebar sekarang. Brainless Chebong Masih berani bilang Era Reformasi lebih baik dari Orde Baru. Dia pasti Anak PKI.

Bagi saya, ada satu hal yang paling membedakan antara Era Pa Harto dan Masa Reformasi.

Dulu saat Pa Harto berkuasa, tidak ada satu pun taipan yang berani sama Pa Harto. Wibawa presiden dan seni bernegara (statecraft) masih ada. Pasca Pa Harto tumbang, negeri ini dikuasai konglomerat. Negara dikoptasi swasta. Dan itu, bagi saya, IRONIC.

Tidak ada yang sempurna. Orde Baru dan Pa Harto juga begitu. Tapi bila dibandingkan dengan rezim-rezim sebelum dan sesudahnya, overall Pa Harto dan Orde Baru masih lebih baik.

THE END

Zang Wei Jian