News  

Miris! Bocah 11 Tahun di Tasik Meninggal Usai Dipaksa Teman-Temannua Setubuhi Kucing

Seorang anak laki-laki berusia 11 tahun di Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Jabar, meninggal dunia pada Minggu (17/7).

Dia meninggal usai mengalami kekerasan diduga penganiayaan dan depresi karena dipaksa rekan sebayanya menyetubuhi kucing.

Manajer Program Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jabar Diana Wati mengatakan, institusinya sudah menerima informasi mengenai kasus itu.

“Si anak sebelum terjadi perundungan itu dan sebelum terjadi proses meninggal, si anak itu dikenai kekerasan dulu, ya, perundungan oleh teman-temannya begitu sampai ke arah si anak diminta untuk melakukan hubungan seksual ke binatang,” kata Diana kepada wartawan pada Kamis (21/7).

Diana mengatakan anak itu mengalami depresi setelah dipaksa oleh rekan sebayanya untuk menyetubuhi kucing.

Kemudian, momen ketika anak itu menyetubuhi kucing disebar oleh para terduga pelaku di media sosial.

Anak itu pun lalu mengalami trauma dan depresi tak mau makan dan minum serta murung hingga meninggal dunia.

Dia tentu mengalami trauma yang hebat atau gejolak yang hebat.

-Diana Wati dari LPA

Anak itu diduga tak berani menceritakan soal kasus yang dialaminya ke orang tuanya sehingga tertekan.

Meskipun demikian, Diana mengatakan, pihaknya masih mencoba melakukan sejumlah pendalaman agar dapat mengetahui kronologi peristiwa itu secara rinci.

“Kami sedang mencari info lain apakah ada penyakit lain yang diderita anak atau murni dari dia enggak mau makan karena saking tertekannya,” ujar Diana.

Selain melakukan pendalaman, Diana juga meminta ke pihak perlindungan anak di Kabupaten Tasikmalaya agar mulai menjalin komunikasi dengan para terduga pelaku yang diduga mengakibatkan kematian korban.

Jangan sampai ada korban lain yang diakibatkan ulah dari para terduga pelaku yang masih anak-anak.

“Mencoba untuk diskusi juga dengan anak-anak yang menjadi pelaku, khawatir ada korban lain dari mereka atau bahkan ada pelaku orang dewasa yang melakukan hal tersebut,” kata Diana.

Lebih lanjut, Diana menilai adanya kejadian itu terjadi karena imbas dari pola asuh salah yang dilakukan orang tua.

Di sisi lain, dia juga menyayangkan sistem perlindungan digital bagi anak-anak di Indonesia oleh pemerintah belum begitu baik.

Tidak ada perlindungan digital yang dilakukan oleh pemerintah karena hampir semua anak-anak kita mempunyai handphone dan memang saat ini dunia digitalnya sangat mengkhawatirkan, itu menjadi faktor utama kenapa hal tersebut terjadi pada anak-anak kita.
-Diana Wati dari LPA

(Sumber)