Mengenal Sosok Dedi Mulyadi, Anggota Fraksi Golkar DPR RI Asal Jawa Barat

Dedi Mulyadi merupakan nama yang tak asing bagi publik, tidak hanya publik Purwakarta atau Jawa Barat, tetapi namanya sudah dikenal secara nasional. Maklum saja jika Dedi Mulyadi dikenal luas oleh masyarakat, selain berkarir sebagai politisi di Partai Golkar, Dedi Mulyadi juga merupakan seorang youtuber dengan jutaan subscriber di akunnya.

Mantan Bupati Purwakarta dua periode tersebut membuat akun youtube untuk corong baginya bersuara. Dalam hampir seluruh video youtubenya, Dedi Mulyadi selalu menunjukkan bagaimana interaksinya dengan masyarakat. Baginya, video youtube menjadi sarana untuknya menunjukkan kesulitan masyarakat dalam hidup dan menyerap aspirasi.

Tidak mudah bagi Dedi Mulyadi untuk mencapai posisi ini, ia mengawali segalanya dari keadaan yang tiada menjadi ada. Pria kelahiran Kampung Sukadaya, Desa Sukasari, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 11 April 1971 ini merupakan putra bungsu dari sembilan bersaudara.

Ayahnya, Sahlin Ahmad Suryana merupakan pensiunan Tentara Prajurit Kader sejak usia 28 tahun akibat sakit yang diderita sebagai dampak racun mata-mata kolonial. sementara ibunya, Karsiti yang tidak pernah mengenyam bangku sekolah adalah aktivis Palang Merah Indonesia.

Sejak kecil, Dedi sudah terbiasa hidup dengan penuh perjuangan dan bekerja keras. Dia sering membantu ibunya menggembala domba dan berladang.

Dedi Mulyadi menempuh sekolah dasar di SD Subakti Subang hingga tahun 1984. Setelah itu dia melanjutkan ke SMP Kalijati, Subang yang dia selesaikan pada tahun 1987 lalu dia lanjutkan ke SMA Negeri Purwadadi, Subang dan lulus pada tahun 1990.

Setelah tamat SMA, Dedi memutuskan hijrah ke Purwakarta untuk melanjutkan studinya ke bangku kuliah di Sekolah Tinggi Hukum Purnawarman jurusan hukum yang dia selesaikan pada tahun 1999.

Semenjak masih berstatus sebagai mahasiswa, Dedi Mulyadi memang dikenal giat dalam aktifitas berbagai organisasi. Walaupun masih muda, sebagai aktivis Dedi sudah diperhitungkan berbagai kalangan, baik mahasiswa maupun birokrat dan politikus. Kemampuannya dalam berdebat, beretorika dan berdiplomasi membuatnya selalu menang dalam berbagai argumen dengan lawan bicaranya.

Bahkan pada tahun 1993, Dedi sudah dipercaya untuk menjadi penulis pidato ketua partai Golkar Purwakarta, almarhum Babisni. Tahun 1994, dia dipercaya untuk menjabat sebagaiĀ  Ketua Umum HMI Cabang Purwakarta.

Dedi juga pernah diminta untuk menjabat posisi Wakil Ketua DPC Federasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSPSI) pada tahun 1997. Setahun kemudian, dia ditunjuk untuk menjadi Sekretaris Pimpinan Pusat Serikat Pekerja Textil, Sandang dan Kulit Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (PP SPTSK KSPSI).

Selain kedua organisasi itu, Dedi Mulyadi juga sempat memiliki jabatan yang mentereng di organisasi lainnya, di antaranya adalah sebagai Sekretaris PP SPTSK KSPSI (1998), Wakil Ketua GM FKPPI Tahun (2002), Ketua PC Pemuda Muslimin Indonesia (2002), Sekretaris KAHMI Purwakarta (2002), Ketua Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Purwakarta (2005-2015),

Karena sejak masa kuliah Dedi Mulyadi sudah sangat berpengalaman dalam dunia organisasi, pasca lulus kuliah menamatkan gelar sarjana hukum di Sekolah Tinggi Hukum Purnawarman ia langsung terjun ke dunia politik. Dimulai ketika ia terpilih menjadi Anggota DPRD Purwakarta pada Periode 1999-2004 dan menjabat sebagai Ketua Komisi E.

Dedi Mulyadi urung menyelesaikan periode masa jabatannya, sebab pada tahun 2003, ia mencalonkan diri dan lalu terpilih sebagai Wakil Bupati Purwakarta Periode 2003-2008 berpasangan dengan Lily Hambali Hasan.

Karir politiknya semakin cemerlang ketika pada tahun 2008, ia mencalonkan diri sebagai Bupati Purwakarta Periode 2008-2013 berpasangan dengan Dudung B. Supardi, dan menjadi Bupati Purwakarta pertama yang dipilih langsung oleh rakyat. Pada periode selanjutnya, ia terpilih kembali menjadi Bupati Purwakarta Periode 2013-2018 berpasangan dengan Dadan Koswara.

Di tahun 2016, loyalitas dan dedikasinya pada Partai Golkar membuatnya terpilih secara aklamasi sebagai Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Periode 2016-2020 menggantikan Irianto MS Syafiuddin atau biasa yang dikenal dengan nama Yance.

Selama menjabat sebagai Bupati Purwakarta selama dua periode, banyak kebijakan yang membuat namanya melambung dan disukai oleh publik, tetapi tak sedikit juga yang kontra terhadap aturan yang dibuatnya. Seperti misalnya kebijakan dengan larangan berpacaran atau bertamu di atas jam 9 malam. Bagi pelanggar, atau masyarakat yang tidak patuh terhadap aturan tersebut, akan dihukum secara adat.

Kebijakan lainnya yang cukup menimbulkan kontroversi yang kali ini terjadi dii kalangan pengusaha kecil adalah larangan usaha “online game” dan PlayStation. Semua warnet (warung internet) yang ada di Purwakarta dilarang menyediakan layanan “online game”, dengan alasan berdampak pada sifat dan karakter anak/pelajar yang cenderung berperilaku negatif.

Kebijakan lainnya lagi adalah pembuatan patung-patung di Purwakarta sebagai simbol estetika dan seni dalam pembangunan. Atas kebijakannya memperindah Purwakarta sedemikan rupa seperti itu, Dedi Mulyadi sempat bersitegang dengan organisasi keagamaan seperti FPI. Bahkan ketika itu, Imam besar FPI, Rizieq Shihab sempat turun langsung ke Purwakarta untuk menegur Dedi Mulyadi.

Namun Dedi Mulyadi bukan tidak mengindahkan teguran Rizieq Shihab, ia bersikeras dengan prinsipnya bahwa keberadaan patung-patung itu untuk keindahan kota bukan untuk disembah. HIngga sekarang, Purwakarta berhasil menjelma sebagai salah satu kabupaten tujuan pariwisata apalagi setelah Dedi Mulyadi membuat pertunjukkan air mancur Sri Baduga di Situ Buleud setiap malam minggu.

Atas konsistensinya pada bidang kebudayaan, pariwisata dan pendidikan moral masyarakat, Dedi Mulyadi pun dianugerahi penghargaan Satyalencana Kebudayaan. Kini Purwakarta dipimpin oleh istrinya, Ratna Anne Mustika yang tak kalah piawai dalam memimpin daerah yang terkenal dengan penganan Sate Marangginya tersebut.

DI tahun 2018, Dedi Mulyadi sempat hendak mengadu peruntungan dengan mencalonkan diri sebagai kepala daerah untuk Provinsi Jawa Barat. Pencalonannya sempat terhalang ketika rekomendasi DPP Partai Golkar diberikan pada Ridwan Kamil.

Namun lagi-lagi, nasib baik berpihak pada Dedi Mulyadi, adanya polemik di internal DPP Partai Golkar hingga membuahkan pergantian Ketua Umum Golkar, membuat rekomendasi untuk Pilgub Jabar kembali ke tangannya.

Dedi Mulyadi sebagai Cawagub Jabar, kemudian berpasangan dengan Deddy Mizwar sebagai pasangannya. Sayangnya mereka harus kalah di Pilgub Jabar 2018 dari pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum.

Pasca kekalahan dari Pilgub Jabar, Dedi Mulyadi tak hendak berdiam diri. Pada Pemilu 2019, Dedi Mulyadi mencalonkan diri sebagai anggota legislatif DPR RI dari Dapil Jabar VII yang meliputi Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang dan Kabupaten Purwakarta. Popularitas dan ketenarannya membuat Dedi Mulyadi meraih suara terbesar di Dapil ini dengan raihan sebesar 206.621 suara, hingga Partai Golkar mendapatkan dua kursi.

Tidak hanya raihan suara di Dapil, tetapi Dedi Mulyadi juga menjadi Caleg dengan raihan suara terbesar di Partai Golkar. Suaranya bahkan melampaui nama tenar seperti Hasan Basri Agus (mantan Gubernur Jambi), Alex Noerdin (mantan Gubernur Sulsel), dan Sarmuji (Caleg DPR RI Petahana Dapil Jatim).

Di gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Dedi Mulyadi diamanahkan oleh Fraksi Golkar DPR untuk menduduki jabatan Wakil Ketua Komisi IV DPR RI. Komisi IV yang Dedi Mulyadi duduki membidangi urusan terkait dengan Pertanian; Lingkungan Hidup dan Kehutanan; dan, Kelautan.

Keberadaan Dedi Mulyadi di komisi ini sesuai dengan ketertarikannya kepada bidang pelestarian lingkungan. Karena sejak menjadi bupati dan mengenal falsafah budaya Sunda dari didikan orangtuanya, Dedi Mulyadi begitu gencar dalam keselarasan antara pembangunan dan kelestarian alam. Hal itu pula yang menarik dirinya untuk bisa berkontribusi lebih pada kelestarian alam di tingkat nasional.

Selama berada di Komisi IV DPR, Dedi Mulyadi sangat aktif dan selalu hadir dalam agenda rapat pembahasan maupun sekadar rapat dengar pendapat DPR. Sementara itu, salah satu produk perundangan yang dihasilkan oleh Dedi Mulyadi adalah Harmonisasi RUU tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (KSDAHE).

Ia juga cukup serius dan kritis terhadap permasalahan kebakaran hutan dan lahan dengan Pejabat Eselon I Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Kepala Badan Restorasi Gambut.

Kala itu Dedi mengatakan bahwa perlu diperbaiki terkait ego sektoral dari jajaran Pemerintah Pusat hingga Daerah. Upaya pencegahan bukan milik KLHK saja, namun milik seluruh elemen masyarakat. Dedi mengusulkan untuk membuat fokus rapat bersama agar tahun 2020 terkait tahun pencegahan kebakaran hutan.

Lalu Dedi Mulyadi juga terlibat aktif dalam penanganan ilegal, unreported unregulated fishing, permodalan bagi pelaku usaha perikanan dan isu-isu lainnya. Kemudian terlibat secara aktif dalam pembahasan pencemaran dan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas Pabrik PT Sumatera Prima Fibreboard di wilayah Kabupaten Ogan Ilir.

Masih banyak hal lagi yang dilakukan Dedi Mulyadi, salah satunya yang tersorot oleh publik dan menjadi viral adalah penebangan hutan bambu yang dimiliki oleh masyarakat dan dilakukan perusahaan swasta. Saat itu melalui akun youtubenya yang memiliki followers jutaan orang tersebut Dedi Mulyadi menunjukkan kerjanya sebagai anggota DPR RI dengan cara mengadvokasi dan membela warga dalam menghadapi perusahaan.

Dedi Mulyadi adalah sosok yang sebetulnya terlihat sederhana, kuno dan cenderung primitif. Tetapi yang terlihat sebagai kelemahan justru dijadikan sebagai kelebihan oleh Dedi Mulyadi. Primitifitas, hal kuno dan berbudaya yang seringkali dipandang sebelah mata orang modern mulai diperhitungkan serta diikuti banyak orang.

Salah satu hal yang membuktikan itu adalah semakin maraknya orang yang menggunakan iket Sunda setelah Dedi Mulyadi secara terus menerus menggunakan identitas itu, identitas tradisionalisme yang dibalut dengan modernitas eksistensi. {golkarpedia}