Mengenal Sosok Bambang Soesatyo, Anggota Fraksi Partai Golkar DPR RI Asal Jawa Tengah

Bambang Soesatyo atau yang lebih dikenal dengan nama sapaan Bamsoet adalah anggota Fraksi Partai Golkar DPR RI yang berasal dari Dapil Jawa Tengah VII. Dapil Jawa Tengah VII meliputi Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purbalingga.

Nama seorang Bambang Soesatyo sudah tidak asing di kancah perpolitikan nasional, nama Bamsoet pernah bertengger sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar pesaing Airlangga Hartarto. Hingga waktu menyatukan keduanya dan kini Bamsoet duduk sebagai Ketua MPR RI.

Bamsoet lahir di Jakarta, 10 September 1962 silam. Lahir dari keluarga besar militer, Bamsoet muda memilih jalur pendidikan umum sebagai bekalnya hidup kelak. Ia menamatkan pendidikan menengahnya di SMA Negeri 14, Kramat Jati, Jakarta Timur.

Lantas pada usia 19 tahun, setelah ia menamatkan pendidikan menengahnya, Bamsoet memilih masuk jenjang pendidikan tinggi di Akademi Accounting Jayabaya Jakarta. Kemudian ia melanjutkan kembali gelar kesarjanaan S1 di Sekolah Tinggi Ekonomi Indonesia, Jakarta. Sementara S2-nya, ia selesaikan di IM Newport Indonesia.

Saat di Jayabaya lah Bamsoet mengenal secara intim dunia organisasi kemahasiswaan. Di sini ia meretas diri menjadi pemimpin kalangan mahasiswa, seperti menjadi Ketua Umum Senat Mahasiswa Akademi Akuntansi Jayabaya, Ketua Umum Badan Perwakilan Mahasiswa, Pemred Majalah Universitas Jayabaya, dan Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta se-Indonesia.

Segala kiprah Bamsoet di organisasi tersebut tidak bisa dilepaskan dari peran organisasi eksternal kemahasiswaan, HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) cabang Jakarta Raya. Dari sana kemudian secara perlahan Bamsoet menemukan diri sekaligus mendapatkan tempat mengaktualisasikan dirinya secara utuh.

Bamsoet juga sempat memegang tampuk jabatan di HMI dalam skala lebih besar. Ia pernah didapuk menjadi Wakil Sekretaris Koordinasi Komisariat HMI Universitas Jayabaya, dan Wakil Sekjen PB HMI.

Di luar HMI, Bamsoet juga tak lupa memoles kemampuan serta kegemarannya dalam bidang tulis menulis. Kelak, dari bidang ini pula ia menjadi besar. Kombinasi sempurna dari kompetensi dan jaringan yang terbentuk dari organisasi kemahasiswaan membuat karirnya menanjak cepat.

Tercatat, Bamsoet sempat menjadi pengurus di Ikatan Pers Mahasiswa, serta Ketua Umum Organisasi Mahasiswa Mapussy Indonesia. Bahkan pada medio tahun 1986-1987, ia diberi amanah untuk mengelola majalah HMI Cabang Jakarta sebagai pimpinan umum.

Lepas dari kegiatannya menjadi mahasiswa, Bamsoet memulai karier profesionalnya sebagai wartawan di Harian Umum PRIORITAS pada tahun 1985 hingga tahun 1991. Lalu pindah ke Majalah Vista beberapa tahun kemudian. Kariernya mulai menanjak ketika ia mendapat amanah untuk menjadi Pemimpin Redaksi (Pemred) majalah Info Bisnis pada usia 29 tahun.

Puncaknya, pada tahun 2004, Bamsoet didapuk menjadi Direktur PT. Suara Rakyat Membangun sekaligus sebagai Pemiminpin Redaksi Suara Karya. Kariernya terus merangkak. Pada tahun 2006, suami dari Lenny Sri Mulyani ini dipercaya menjabat sebagai Direktur Independen PT SIMA Tbk. dan setahun kemudian menjadi direktur Kodeco Timber.

Sementara keterlibatan Bambang Soesatyo di Partai Golkar dimulai sejak 1980 saat ia menjadi aktivis AMPI. Bahkan ia telah menjadi calon anggota legislatif sejak era Orde Baru. Namun, baru pada Pemilu tahun 2009, nasib menentukannya terpilih menjadi anggota DPR RI. Ketika menjadi anggota DPR di periode pertama inilah namanya mulai mencuat ke permukaan. Vokalnya suara Bamsoet kala menangani kasus Bank Century mencuri perhatian khalayak ramai.

Saat itu, DPR mengajukan hak angket kepada Presiden SBY mengenai kucuran dana talangan Bank Century yang membengkak. Bambang Soesatyo termasuk salah satu dari 9 orang anggota DPR-RI yang membentuk Panitia Khusus Hak Angket Bank Century dan memunculkan kasus tersebut secara gamblang ke hadapan publik. Jelas jika kemudian, publik mulai melirik kiprah Bamsoet di DPR RI atas daya kritus juga kevokalannya.

Pada pemilu berikutnya, atau pada tahun 2014, Bamsoet terpilih kembali menjadi anggota DPR RI untuk periode 2014-2019 dari Dapil yang sama seperti periode sebelumnya, yakni Jawa Tengah VII. Pengalaman dan apa yang ditunjukkanya di DPR, membuatnya ditunjuk oleh Partai Golkar untuk menjadi sekretaris Fraksi Partai Golkar.

Sementara di internal partai, Bamsoet sempat mendapat amanah menjadi Bendahara Umum DPP Partai Golkar periode 2014-2016. Pada tahun 2018, ia berada di puncak kariert politik dnegan menduduki kursi jabatan Ketua DPR RI menggantikan Setya Novanto yang mengundurkan diri.

Bamsoet bisa dikatakan sebagai representasi dari anggota dewan masa kini. Penampilannya yang flamboyan didukung kegemarannya pada dunia otomotif membuat ia banyak digandrungi kaum muda milenial. Ditambah dengan kesan kecerdasan yang dimilikinya, Bamsoet banyak dijadikan inspirasi bagi milenial yang hendak menerjunkan diri dalam dunia politik.

Hal itu pula yang kemudian ia adaptasi sebagai program di DPR RI ketika menduduki kursi Ketua DPR RI. Bahkan, di bawah kepemimpinannya, DPR RI menjadi lebih populis dengan tagline yang melekat sebagai ‘DPR Jaman Now’.

Selama duduk sebagai Ketua DPR RI di tahun 2018-2019, Bambang Soesatyo mengaryakan dirinya dalam banyak hal hingga lembaga DPR RI tidak lagi angker di mata publik. Baginya, peran legislasi DPR RI adalah hal utama dalam kerja setiap anggota dewan.

Ia mengatakan, ke depan pimpinan DPR akan secara aktif dan intensif mendorong lahirnya produk-produk legislasi yang relevan dengan kepentingan jangka panjang seluruh bangsa Indonesia. Selain itu, DPR juga akan melakukan pengawasan yang seksama dan responsif terhadap kebutuhan rakyat serta memastikan alokasi anggaran yang mampu mendorong kesejahteraan dan keadilan sekaligus.

Persoalan yang juga menyita perhatian Bamsoet sebagai Ketua DPR RI adalah persoalan kerjasama kelembagaan, antara institusi DPR sebagai legislatif dengan institusi presiden sebagai eksekutif. Ini merupakan hal yang substantif, karena tanpa adanya kesinambungan kinerja antar dua lembaga ini, bisa jadi sebuah pemerintahan akan lumpuh, terkesan mati suri dan tidak memiliki taji dalam mengeluarkan kebijakan. Itu berlaku bagi presiden maupun DPR RI secara kelembagaan.

Bamsoet juga menyinggung, peran yang akan dimainkan DPR RI adalah peran sebagai mitra strategis pemerintah. Sehingga institusinya akan mendorong berbagai program dan kebijakan yang memang dirasa baik dan perlu. Namun menurutnya, sebagai mitra strategis tentu DPR harus senantiasa bersiap dan sanggup mengingatkan, serta turut memberikan solusi bagi berbagai hal yang masih perlu dibenahi.

Di periode masa jabatan anggota DPR/MPR 2019-2024, kala Bamsoet terpilih kembali sebagai anggota DPR RI, ia diamanahi jabatan sebagai Ketua MPR RI. Bamsoet dilantik sebagai Ketua MPR RI pada Oktober 2019.

Karena berangkat dari dunia media dan jurnalistik, Bamsoet tahu benar bagaimana agar dirinya mendapat sorot kamera pemberitaan dan menjadi populer. Setiap ada isu strategis, selalu ada nama Bamsoet yang bertengger mengomentari pemberitaan itu. Dia tidak meminta, kebanyakan pemberitaan yang ada adalah todongan para pewarta. Bamsoet hanya berusaha menyajikan perspektif lain, perspektif yang berdasarkan wawasan kebangsaan.

Tentu itu adalah sekrup kerja MPR RI, tidak ada masalah Bamsoet banyak berkomentar mengenai berbagai hal tersebut. Justru berkat dirinya, Partai Golkar ikut terkena imbas baik dari masifnya pemberitaan tentang dirinya. Bamsoet menjadi salah satu dari sekian banyak figur di Partai Golkar yang menjadi key opinion leader.

Atas pengabdiannya di Partai Golkar, Airlangga Hartarto memberinya jabatan cukup strategis sebagai Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar. Tidak ada yang menyangsikan loyalitas Bamsoet pada partai ini.

Bahkan saat disodorkan ingin memilih menjadi Presiden RI atau menjadi Ketua Umum Partai Golkar, maka Bamsoet memilih pilihan yang kedua. Partai Golkar sudah melekat di hatinya hingga saat ini. Bukan tak mungkin suatu saat nanti, Bamsoet akan mewujudkan harapannya sebagai Ketua Umum Partai Golkar.

Melihat dari rekam jejaknya. Ayah dari delapan orang anak ini memang tumbuh sedari ia berada di dalam tanah, mencoba memijak, dipapah, berjalan, hingga sekarang bisa berlari sesuka hati. T

etapi sesungguhnya Bamsoet tidak pernah mengalami perubahan pribadi yang ekstrim. Ia tetap Bamsoet seperti dahulu, Bamsoet yang gandrung akan kata-kata dan dunia penulisan, Bamsoet yang fanatik pada literasi dan Bamsoet yang gemar menebar jejaring pada berbagai organisasi. {golkarpedia}