News  

Massa Aksi Solidaritas Untuk Kanjuruhan Corat-Coret Tembok Polda DIY ‘Pembunuh’

Sejumlah elemen masyarakat yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Bergerak atau ARB menggelar aksi solidaritas untuk korban tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang. Aksi tersebut digelar di depan Mapolda DIY, Rabu (5/10).

Pantauan kumparan di lokasi, sejumlah massa mulai berkumpul sekitar pukul 20.30 WIB. Mereka menyampaikan sejumlah orasi.

Selain berorasi, para peserta aksi juga menyalakan lilin. Namun, aksi solidaritas itu diwarnai dengan mencoret tembok Polda DIY. Massa membuat tulisan ‘pembunuh’ menggunakan pilox.

“Acara hari ini acara simbolik yang kita sama-sama inisiasi dari Aliansi Rakyat Bergerak secara kolektif memperingati ataupun merespons kejadian yang terjadi di Stadion Kanjuruhan. Karena kita merasa stadion Kanjuruhan yang terjadi bukan hanya sebuah tragedi tetapi sebuah permasalahan kemanusiaan yang harus sama-sama kita respons,” kata Wales, salah satu perwakilan ARB.

Dia mengatakan, peserta aksi ingin siapa yang menjadi pelaku dalam tragedi kemanusiaan ini dapat bertanggung jawab diadili secara tuntas.

Dia mengecam narasi yang keluar dari pemerintah maupun aparat yang justru menyalahkan berbagai pihak. Hal itu pula yang menjadi alasan massa menggelar aksi di depan Polda DIY.

“Dan kita turun ke sini pun kami pikir bahwa polisi inilah sebagai pelaku utama dari pada kejadian ini. Makanya meminta untuk mengusut tuntas sampai ke akar-akarnya. Polisi harus bertanggung jawab atas insiden kemarin,” ujarnya.

“Karena polisi inilah tragedi kemanusiaan bisa terjadi seperti itu dan memakan banyak korban, kita bersedih dan marah atas persoalan ini,” jelasnya.

Menurutnya, pencopotan sejumlah oknum polisi terkait tragedi Kanjuruhan belum cukup karena harus ada sistem yang dibersihkan.

“Selain polisi, PSSI juga harus bertanggung jawab. Ini merupakan kejadian yang semua pihak di situ harus tanggung jawab nggak adil sebatas copot-copot. Usut tuntas bagaimana kita mendapatkan keadilan dari pemerintah saat ini,” katanya.

Peserta aksi lainnya, Ye, mengatakan kejadian di Kanjuruhan bukan hanya pelanggaran SOP. Menurutnya, tetap ada komando dalam aksi penembakan gas air mata tersebut.

“Kejadian kemarin bukan sekadar pelanggaran SOP. Tidak mungkin sebuah institusi atau anggota polri melakukan tindakan tanpa komando yang jelas. Artinya secara sistem ataupun secara komando ada yang melatarbelakangi hal itu terjadi,” kata Ye.

“Karena kita tahu bahwa sesuai statuta FIFA tidak boleh institusi kepolisian atau keamanan membawa gas air mata atau senjata api untuk mengamankan masa aksi dalam kondisi apa pun. Tidak ada alasan karena banyak yang masuk lapangan terus menembakkan gas air mata sehingga menyebabkan kematian,” pungkasnya.

Terkait aksi corat-coret tembok oleh massa, petugas kepolisian yang berjaga belum bersedia memberikan pernyataan.(Sumber)