Sederet SPBU swasta kompak menurunkan produk BBM per 1 November 2022, tidak terkecuali PT Shell Indonesia. Salah satu produknya yakni Shell Super (RON 92) kini bahkan dibanderol lebih murah dari Pertamax.
Saat ini harga Shell Super berkisar Rp 13.550-13.840 per liter. Sementara Pertamax dengan kadar oktan yang sama, awal bulan ini harga tidak turun, masih Rp 13.900-Rp 14.200 per liter.
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi, mengatakan pada dasarnya Shell dan SPBU swasta lainnya menjual BBM sesuai harga keekonomian seiring dengan tren harga minyak dunia.
“Kalau Pertamina menjual BBM lebih mahal dari mereka, maka menurut saya itu indikasi bahwa Pertamina itu menjual kemahalan di atas harga keekonomian, yang barangkali bertujuan untuk meraup keuntungan yang besar,” ujarnya kepada kumparan, Sabtu (5/11),
Fahmy melanjutkan, kondisi ini tidak akan berdampak besar kepada kinerja bisnis Pertamina. Sebab bisnis SPBU di Indonesia bukan sebuah pasar persaingan sempurna di mana harga menjadi komponen penting untuk bersaing.
“Dominasi Pertamina khususnya di SPBU itu lebih besar. Pertamina jadi market leader artinya harga Pertamina berapa pun ya dia tetap laku, karena SPBU yang dimiliki Pertamina itu di seluruh indonesia itu jauh lebih besar mencakup berbagai daerah pelosok,” jelas dia,
Sementara itu, lanjut dia, SPBU swasta itu hanya terletak di kota-kota besar, itu pun jumlahnya sangat kecil dibandingkan SPBU milik Pertamina. Dengan begitu, jika harga BBM swasta lebih mahal dari Pertamina dapat memengaruhi secara signifikan.
Namun sebaliknya, jika harga BBM Pertamina lebih murah maka SPBU swasta lain akan mengikuti dan mempertimbangkan harga produk perusahaan pelat merah tersebut agar konsumen memiliki pilihan lain.
“Memang terjadi beberapa konsumen rasional yang beralih, yang bisa menemukan SPBU, tapi kalau di luar Jakarta yang sulit mencari dan jauh dari tempat bekerja dan rumah ya dia mencari yang lebih dekat Pertamina,” tutur dia.
Fahmy menambahkan, karena harga Pertamax saat ini dinilai kemahalan, maka sebaiknya Pertamina menurunkan pula harganya mengikuti harga keekonomian lantaran saat ini harga minyak dunia sedang rendah.
“Kalau sekarang belum ada penurunan menurut saya ini jadi pertanyaan, apakah fair terhadap konsumen dan harganya lebih mahal dibandingkan Shell dan kawan-kawannya, artinya ini tidak terlalu mengganggu bisnis Pertamina dan mereka tenang-tenang saja,” ujarnya.(Sumber)