Airlangga Sintesa Jokowi

APA yang salah dengan antitesis? Diksi yang belakangan memicu polemik dalam perbicangan politik nasional beberapa hari terakhir ini. Sebagai bagian dari proses dialektika yang dipopulerkan filsuf Jerman, Friedrich Hegel, antitesis tentu baik diucapkan.

Antitesis dimaknai sebagai pertentangan, atau lawan dari tesis (pernyataan, pendapat teori yang dikemukakan). Dari pertentangan tesis-antitesis muncul lah sintesis sebagai titik temu, yang akan mendamaikan pendapat yang saling bertentangan. Begitu seterusnya.

Dalam sejarah suksesi kepemimpinan di Indonesia, narasi soal tesis-antitesis hampir pasti terjadi. Hal itu lumrah diucapkan, sebagai gagasan pembeda dari pemerintahan sebelumnya dan atau patahana.

Jam Terbang Tinggi

Indonesia akan melakukan suksesi kepemimpinan pada tahun 2024. Karenanya saat menghadiri acara peringatan ulang tahun Partai Golkar ke-58, minggu lalu, Presiden Jokowi mengingatkan Partai Golkar untuk tidak salah memilih calon presiden dan calon wakil presiden untuk ikut kontestasi pada Pilpres 2024.

“Tidak mudah untuk memimpin sebuah bangsa yang besar seperti Indonesia,” tegas Presiden Jokowi. “Apalagi ke depan di prediksi dunia akan gelap akibat krisis ekonomi global ini.”

Karenanya, Presiden yang dibutuhkan 2024 mendatang adalah tipe pemimpinan yang tidak sekedar melanjutkan yang baik dari pemerintahan sebelumnya, tapi juga memiliki jam terbang yang tinggi dalam tata kelola pemerintahan. Jadi sintesa dari kepemimpinan sebelumnya.

Terlebih, ancaman Indonesia di tahun-tahun mendatang adalah persoalan ekonomi dan keamanan. Presiden Jokowi menjelaskan, bahwa saat ini sudah ada 14 negara yang menjadi “pasien” IMF. Dan ada 28 negara lagi yang sudah antre di depan pintu IMF menunggu giliran mendapatkan bantuan.

Resesi ekonomi dunia dipicu oleh inflasi yang tinggi akibat melesatnya harga pangan dan energi di sejumlah negara, khususnya Eropa dan AS. Kenaikan harga pangan dan energi dipicu oleh perang Rusia-Ukraina yang hingga saat ini jelas akapan akan berakhirnya. Kedua negara tersebut adalah pemasok pangan dan energi dunia dalam jumlah yang signifikan.

Ancaman dan tantangan ekonomi global di tahun mendatang kian pelik. Konon, wujudnya lebih besar dari krisis di 1998. Bencana ini bila mengutip istilah The Economist disebut Perfect storm. Krisis paripurna. Tentu ini menjadi sinyal pentingnya sosok calon pemimpin yang tidak hanya piawai di politik, tapi juga nyetel dengan sistem perekonomian nasional dan global.

Dan Presiden Jokowi memuji Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto sebagai pemimpin yang memiliki jam terbang yang tinggi. Lebih lanjut Presiden Jokowi mengatakan, sosok seperti Ailangga yang dibutuhkan oleh Indonesia untuk menghadapi kondisi ekonomi global saat ini. Istimewa bukan. Ini kode keras buat Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto.

Sintesa

Partai Golkar sejak awal mendorong Airlangga Hartarto sebagai capres 2024. Sosok yang dinilai tepat melanjutkan kepemimpinan Presiden Jokowi, juga mumpuni dalam menangani persoalan ekonomi yang diprediksi bakal menghantam Indonesia.

Sebagai pembantu utama Presiden Jokowi, Airlangga yang menjabat Menko Perekonomian bersama Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menjadi aktor penting dibalik kesuksesan Indonesia dalam penanganan Covid-19.

IMF sampai memuji pemerintah Indonesia berhasil menjaga stabilitas ekonomi dan sektor keuangan di tengah pandemi. Indonesia dinilai mampu mengendalikan pandemi lebih baik dibanding negara-negara lain, dan pemulihan ekonominya diprediksi semakin cepat.

Kesuksesan ini berkat kinerja makro ekonomi RI yang kuat, disertai respon kebijakan yang tegas dan menyeluruh. Diantaranya paket kebijakan yang digawangi Menko Airlangga, seperti dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), kebijakan moneter yang akomodatif, dan upaya peningkatan perluasan akses pembiayaan untuk mendorong kredit UMKM.

Belum lagi penanganan masalah kemiskinan, pengendalian inflasi-harga kebutuhan pokok, penyesuaian harga BBM, pemberdayaan UMKM hingga komoditas pertanian, semua di bawah kendali Menko Airlangga Hartarto.

Sampai sini, cukup alasan Airlangga Hartarto pantas didapuk sebagai suksesor Presiden Jokowi. Portofolionya lengkap. Menteri Koordinator bidang perekonomian, memimpin partai dengan perolehan kursi terbesar kedua di DPR RI, punya jam terbang tinggi di politik, dan dikenal moderat.

Airlangga sosok yang berkomitmen pada politik kesejahteraan dan kebangsaan. Dalam sambutannya di depan Presiden Jokowi yang bisa disebut sebagai “janji politik”-nya akan melanjutkan seluruh program pembangunan pemerintahan di era Presiden Jokowi.

“Karena Partai Golkar tahu bagaimana melanjutkan arah pembangunan Pak Presiden,” tegas Airlangga Hartarto disambut tepuk tangan hadirin, termasuk Presiden Jokowi.

Jadi, Airlangga Hartarto itu adalah sintesa Jokowi.(Sumber)