News  

Safari Politik Dijegal Sana-Sini, Takut Banget Ya Sama Anies Baswedan?

Tahun 2024 masih jauh, Anies Baswedan sudah memulai safari politiknya sebagai capres yang diusungoleh Partai NasDem.

Meski begitu, safari politik Anies menghadapi berbagai kendala, termasuk soal pencabutan perizinan saat akan menggunakan tempat yang sudah dipesan sebelumnya.

Misalnya di Aceh, izin tempat penyelenggaraan acara dicabut oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

Lalu di Riau, tempat penyelenggaraan acara terpaksa dipindahkan karena saat bersamaan akan digunakan pemerintah daerah.

Menanggapi ini, relawan Indonesia Milenial (IM) Anies, Omar Hegaro heran Sebagai negara demokrasi, semestinya takada persoalan semacam ini.

“Kalau alibi larangan karena kampanye, kampanye apa? Belum ada aturannya dan belum masuk tahapan. Mas Anies keliling sama kayak pejabat lainnya juga berkeliling,” kata Oemar kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Dikatakan, safari Anies di ber­bagai daerah tidak bisa dianggap sebelah mata oleh lawan politik. Sebab, sambutan masyarakat, tua-muda, emak-emak, anak muda, tokoh masyarakat, amat luar biasa.

Di tengah ekonomi yang sulit, orang mau berbondong-bondong menemui tokoh idolanya, sem­bari membawa harapan agar Indonesia menjadi lebih baik.

Jika safari dan kondisi ini ber­lanjut sampai 2024 atau minimal sampai kampanye resmi, Oemar yakin, Anies bakal jadi presiden.

Karenanya, dia menilai wajar jika ada pihak yang gerah denganagenda safari kebangsaan Anies. Apalagi, Anies sudah mulai tancap gas.

Sementara kontestan lain yang masih merapikan basis kekompakan koalisi, calon yang mau diusung, izin dari partai.

“Atau bahkan menimbang untuk masuk ke Koalisi Perubahan, pengusung Anies Baswedan,” sindirnya.

Dia pun tak khawatir dengan berbagai kendala ini. Sebab, publik akan sadar dan justru malah menaikkan popularitas dan elektabilitas Anies.

Relawan Anies dari Gerakan Persaudaraan Muslim Indonesia (GPMI) Syarief Hidayatullah menyayangkan jika benar ada yang sengaja menghalangi safari politik jagoannya.

“Kenapa takut sekali? Mungkin sadar dukungan kepada Anies di berbagai daerah mulai membesar. Survei juga semakin meningkat. Bahkan, dinyatakan head to head tipis sama Ganjar,” kata Syarief kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Untuk diketahui, hasil survei teranyar Lembaga Indikator Politik Indonesia menyebutkan, dalam simulasi tiga nama Capres, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo meraih angka 33,9 persen. Anies Baswedan 32,2 persen, sedangkan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto 23,9 persen.

Padahal pada September lalu, Anies meraih angka 25,7 persen masih di bawah Prabowo yang menca­pai 29,1 persen. Sementara Ganjar paling teratas 36,2 persen.

Meski tanpa kehadiran Anies, seluruh simpul relawan, khu­susnya GPMI, terus bergerak menjual mantan Gubernur DKI Jakarta ini.

Diakuinya, jualan dan sosialisasi Anies lebih mudah. Hampir seluruh kegiatan relawan dihadiri antusiasme warga.

Menanggapi ini, Sekjen Partai NasDem Johnny Plate meminta, Pemerintah Daerah tidak mem­persulit orang untuk berdemokrasi.

Untuk kepentingan demokrasi tentu pemerintah daerah perlu juga membantu untuk kelancaran program peningkatan kualitas demokrasi Indonesia,” kata Plate kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, kemarin.

Dia berharap, baik di pusat maupun daerah, pemerintah membantu komunikasi antara masyarakat dengan tokoh-tokoh dan calon pemimpin nasional.

Yang penting, selalu sejalan dengan aturan yang ada. “Semoga koordinasinya lebih baik ke depan,” tuturnya.(Sumber)