News  

Menkeu Sri Mulyani Tuding WFH Jadi Penyebab Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan pembatasan aktivitas pada masa pandemi COVID-19 menjadi salah satu penyebab inflasi di Indonesia. Sebab, kebijakan yang memaksa masyarakat bekerja di rumah atau Work From Home (WFH) menimbulkan dampak baru dari cara masyarakat bersikap.

Sri Mulyani mengatakan kondisi ini kerap terjadi di negara-negara maju. Perubahan sikap ini menyebabkan karyawan yang enggan untuk kembali ke pasar tenaga kerja secara normal.

“Ini menimbulkan inovasi baru seperti pertemuan yang oleh zoom sehingga dia tetap bisa berjalan. Namun ada attitude atau sikap di pasar tenaga kerja terutama di negara maju, di mana orang-orang merasa “oh ternyata saya bisa hidup di rumah tanpa ke mana-mana”.

Ini menimbulkan sikap terhadap keengganan untuk kembali ke pasar tenaga kerja secara normal,” kata Sri Mulyani dalam kuliah umum secara daring, Jumat (3/2).

Merujuk pada data pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat pada 2021, Sri Mulyani mengatakan negara tersebut telah mengalami lonjakan ekonomi setelah penyebaran vaksinasi. Namun, menurunkan sisi suplai yang tidak terpenuhi membuat komplikasi baru yang disebut inflasi.

Dia menyebut banyak pengusaha restoran dan hotel yang menjalankan usahanya lantaran kesulitan mencari tenaga kerja. Lalu, banyak pabrik yang mulai beroperasi tetapi kembali merekrut karyawan.

Selain itu, stok komoditas di Amerika Serikat juga ikut mengalami disrupsi sehingga permintaan masyarakat mulai naik, namun tidak dari segi suplainya tak terpenuhi. Salah satunya seperti barang impor yang sudah sampai di pelabuhan tetapi tidak bisa dibawa lantaran sopir truknya langka.

“Restoran dibuka tapi cari pelayan restoran sangat sulit. Pabrik dibuka tapi merekrut kembali buruh menjadi sulit. Ada barang diimpor di pelabuhan tapi tidak bisa dibawa karena sopir truk sangat langka karena orang merasa tidak perlu ke luar rumah itu tadi,” tutur Sri Mulyani.

“Itulah yang membuat 2022 lalu pemulihan ekonomi muncul komplikasi baru, yaitu inflasi,” tambahnya.
Kondisi ekonomi yang sulit di 2022, menurutnya, juga diperumit dengan situasi geopolitik perang antara rusia dan ukraina. Sebab, kedua negara tersebut sangat menentukan produksi minyak, gas, gandum, pupuk, dan minyak goreng dari bunga matahari secara global.

Perang kedua negara ini akhirnya menimbulkan hambatan dalam bentuk krisis energi dan pangan yang berpengaruh ke seluruh dunia. Harga-harga yang naik memperburuk inflasi yang sudah melonjak akibat disrupsi suplai tenaga kerja dan komoditas yang terjadi usai pandemi.

“Inilah yang harus direspons, pandeminya belum selesai, keseimbangan dan harmonisasi antar demand supply tidak terjadi, suplainya ditambah dengan masalah disrupsi yang sangat besar. Untuk indonesia, kita harus mewaspadai perkembangan pasca pandemi tersebut,” ungkap Sri Mulyani.(Sumber)