Yuddy Chrisnandi Ungkap Tugas Penting Dewan Pakar di Partai Golkar

Nama Yuddy Chrisnandi tentu sudah tak asing lagi bagi khalayak politik tanah air, utamanya Partai Golkar. Ia dikenal sebagai salah seorang politisi Partai Golkar yang telah banyak memberikan kontribusi positif bagi partai. Menjadi kader sejak era 1990-an, Yuddy Chrisnandi menjelma sebagai salah satu politisi dan kader terbaik Partai Golkar hingga saat ini.

Hanya saja, di tahun 2000-an, Yuddy Chrisnandi sempat berpindah partai, dari Partai Golkar menjadi kader Partai Hanura. Tentu melepas kenangan dan proses kehidupan yang telah ia jalani selama puluhan tahun di Partai Golkar tak mudah untuk dirinya. Kepada redaksi Golkarpedia.com secara khusus, Yuddy Chrisnandi menceritakan proses kepindahannya ini yang tentu kini tak bisa lepas dari perjalanan politiknya.

“Saya pindah partai setelah Munas Partai Golkar di Pekanbaru tahun 2009, setelah saya menjadi calon ketua umum Partai Golkar yang kalah. Saat itu Caketum Partai Golkar ada 4, ada Pak Aburizal Bakrie, Surya Paloh, Tommy Soeharto dan saya sendiri. Saya hanya berpikir apa lagi yang tertinggi selain calon Ketua Umum Partai Golkar. Jadi saya memutuskan rehat dulu dari segala aktivitas Partai Golkar,” tutur Yuddy Chrisnandi.

Sosok Yuddy Chrisnandi yang piawai tak hanya dalam politik, membuat banyak pihak kepincut untuk menggunakan tenaga dan pikirannya. Layaknya seorang aktivis dan akademisi, pikiran Yuddy Chrisnandi memang tak bisa dipaksa berdiam diri. Di tahun 2010, ia menerima pinangan Ketua Umum Partai Hanura, Wiranto yang juga merupakan alumni Partai Golkar.

“Pada tahun 2010, saya diminta Pak Wiranto untuk membantu Partai Hanura dan diberikan amanah sebagai Ketua Bidang Pemenangan Pemilu sekaligus Ketua Bappilu Partai Hanura. Di tahun 2014 saya terpilih jadi menteri di kabinet kerja yang pertama,” ungkap guru besar Universitas Nasional ini.

Namun sepertinya Partai Golkar adalah rumah besar yang tak pernah benar-benar bisa ditinggalkan oleh seorang Yuddy Chrisnandi. Kemanapun ia melanglang buana, berpindah rumah kos untuk mengenyam perspektif lain dari kancah perpolitikan nasional, Partai Golkar tetap di hatinya. Terbukti, hasil Munaslub Partai Golkar 2016 membuat Yuddy Chrisnandi memutuskan kembali ke partai yang telah membesarkan namanya ini.

“Dalam perjalanan, Partai Golkar menyelenggarakan Munaslub di tahun 2016, di mana Pak Airlangga Hartarto terpilih sebagai ketua umum. Sebelum keterpilihan beliau, saya sempat berkomunikasi. Saya katakan, kalau Pak Airlangga terpilih jadi ketua umum, saya janji akan kembali ke Partai Golkar,” papar Wakil Ketua Dewan Pakar DPP Partai Golkar ini.

Kepindahan Yuddy Chrisnandi ke Partai Golkar tak bisa dilepaskan dari figur Airlangga Hartarto. Wajar adanya, Airlangga Hartarto memang menjadi magnet bagi banyak kalangan. Bahkan belakangan, sosok Ridwan Kamil, Ilham Arief Sirajuddin (IAS), Pakde Karwo dan tokoh lainnya masuk Partai Golkar dengan alasan serupa seperti yang dikemukakan oleh Yuddy Chrisnandi.

“Singkat cerita, Pak Airlangga Hartarto benar-benar terpilih sebagai ketua umum. Pada saat itu saya telah selesaikan tugas saya sebagai Menpan RB dan diberikan tugas sebagai duta besar di Ukraina. Saya menyempatkan diri kembali ke Indonesia untuk secara khusus menemui Pak Airlangga. Dan beliau menerima dengan baik, saya kemudian diberikan tugas sebagai Wakil Ketua Dewan Pakar,” jelas Bacaleg DPR RI Partai Golkar dari Dapil Jabar VIII ini.

Dalam kesempatan ini, Yuddy Chrisnandi juga menceritakan mengenai kesibukannya di Dewan Pakar DPP Partai Golkar. Dewan Pakar DPP Partai Golkar memiliki peran penting bagi keberlangsungan organisasi. Melalui Dewan Pakar, masukkan dan saran atas pengelolaan partai dilakukan.

“Dewan Pakar Partai Golkar merupakan instrumen kelembagaan di tingkat pusat. Dipimpin oleh Ketua Pak Agung Laksono. Tugas Dewan Pakar sendiri melakukan simulasi perkiraan keadaan Sospolekbudhankam yang akan berikan pengaruh pada kebijakan Partai Golkar. Masukan Dewan Pakar kemudian menjadi rujukan bagi kelembagaan Partai Golkar di bawah koordinasi langsung ketua umum,” pungkas Yuddy Chrisnandi mengakhiri. {golkarpedia}