Nasdem Dipaksa, Nasdem Melawan

Tak kurang dari dua pekan. Pertemuan Surya Paloh dan Luhut Binsar Panjaitan di Wisma Nusantara menelan “korban”. Sekretaris Jenderal NasDem sekaligus Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G Plate “korban” pilihan politik.

Pertemuan SP dan LBP di Wisma Nusantara, 5 Mei 2023 kabarnya sangat panas dan menegangkan. Tak seperti yang diberitakan oleh media mainstream. Pemicunya SP dan LBP berbeda pilihan politik di Pilpres 2024. Sebuah pilihan politik yang harus dibayar mahal oleh NasDem. Hilangnya persahabatan.

Anda bisa bayangkan bila dua “singa” Sumatera bertemu. Pertemuan sepakat untuk tak sepakat. Tanpa basa-basi. Semuanya kukuh dengan pendirian masing-masing.

SP dan NasDem teguh dan bulat dengan pendiriannya di Pilpres 2024. Mencalonkan Anies Rasyid Baswedan sebagai calon presiden. Sebuah pilihan politik yang membuat SP dan NasDem dikucilkan dari partai koalisi pemerintah.

Menurut rumor yang beredar, SP “ditekan”. Konsekuensinya Menkominfo, Johnny G Plate ditersangkakan dan 2 menteri dari NasDem lainnya, Syahrul Yasin Limpo dan Siti Nurbaya bakal terdepak dari kabinet Jokowi-Ma’ruf.

Hubungan SP dan Presiden Jokowi memanas. Padahal sebelumnya hubungan keduanya antara Presiden Jokowi dan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh sangat akrab.

Kini keduanya tak lagi bicara. Persahabatan yang terbangun lebih dari satu dasawarsa putus akibat perbedaan pilihan politik menuju Pilpres 2024.

Tentu kita masih ingat kala Pilpres 2014 yang lalu. Jokowi adalah Kita. Kita adalah Jokowi. Tagline NasDem tersebut sangat akrab ditelinga dan menjadi pusat pemberitaan kala itu. Jalan-jalan di Indonesia dipenuhi billboard dan baliho, Jokowi adalah Kita, Kita adalah Jokowi. Bahkan sempat difilmkan.

Partai NasDem pula partai pertama yang mengusung Jokowi di Pilpres 2014. Jauh sebelum PDIP menugaskan Jokowi sebagai petugas partai untuk berkompetisi di Pilpres 2014 melawan Prabowo Subianto.

Kemesraan itu telah berlalu. Masa-masa indah SP bersama Jokowi telah mencapai titik nadir. Perbedaan pilihan politik keduanya akan memasuki masa-masa menegangkan menuju tahun politik 2024.

NasDem oposisi. Sebuah konsekuensi politik yang bakal ditanggung. Tidak saja bagi NasDem tapi juga bagi Jokowi. Jokowi tanpa NasDem sebelum dan sesudah 2024. Konsekuensi amat berat bagi Jokowi.

Wait and see! Waktu akan membuktikan keduanya. Jokowi “memaksa”, NasDem “melawan!”.

Bandung, 27 Syawal 1444/18 Mei 2023
Tarmidzi Yusuf, Kolumnis