News  

Respons UI Usai Biaya Kuliah Disebut BEM Memberatkan: Masa Punya Pajero, UKT Rp.500 Ribu!

Pihak kampus Universitas Indonesia merespons kritik Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI soal uang kuliah tunggal (UKT) yang memberatkan.

Kepala Biro Humas dan Keterbukaan Informasi Publik (KIP) UI Amelita Lusia mengatakan setiap mahasiswa baru akan diinformasikan tentang proses penetapan uang kuliah melalui suatu mekanisme.

Menurutnya, jika mahasiswa bisa mengajukan sanggahan jika keberatan dengan biaya yang ditetapkan. Hanya saja, imbuh Amelita, harus disertai data pendukung.

Meski demikian, Amelita menjelaskan ada juga mahasiswa yang setuju dengan besaran uang kuliah namun minta keringanan lewat cicilan.

“Kalau mereka minta keringanan, kami minta mereka memberikan data-data pendukung,” jelasnya seperti dikutip dari detik.com, Jumat (30/6).

Menurut Amelita, para mahasiswa baru akan diminta menginput datanya saat mendaftar ulang setelah dinyatakan lolos seleksi masuk. Ia mengatakan penetapan UKT dilakukan berdasarkan pertimbangan data yang diinput calon mahasiswa.

Ia mencontohkan, jika mahasiswa menginput data memiliki mobil Mitsubishi Pajero, yang harganya mencapai Rp500 juta, menurutnya mahasiswa tersebut tak pantas dikenai biaya UKT golongan rendah.

“Kalau dari data (yang diinput) ternyata mobilnya Pajero, rumahnya di mana, masa kami kasih (tarif UKT) Rp500 ribu,” ucap Amelita.

Waketum MUI Harap Kasus Panji Gumilang Bukan Sandiwara, Bisa Diadili
Ia menambahkan jika ada penjelasan dari mahasiswa bersangkutan soal kepemilikan mobil mewah itu, hal tersebut dapat menjadi pertimbangan pihak kampus. Adapun tindakannya bisa berupa penurunan golongan UKT.

“Kalau dibilang, ‘oh itu mobil om saya’. Oh ya sudah, mungkin disertakan STNK mobil atas nama omnya, kami pasti turunkan ya. Itu terjadi kok di UI. Ada yang seperti itu,” ungkap Amelita.

Ia menegaskan kampus tidak secara serta-merta dalam menentukan penetapan biaya pendidikan. Dia mengatakan di UI pun ada mahasiswa yang tidak dikenai biaya UKT jika memang hal itu sesuai data yang diunggahnya.

“Sebenarnya, kalau minta keringanan, ada kok yang zero (UKT-nya). Ada yang Rp500 ribu, dari awal kami kasih Rp500 ribu. Atau ada dia minta keringanan, kami kasih,” ujarnya.

“Cuma begini, kami menentukan itu berdasarkan apa, misal mengirimkan data-data,” imbuhnya.

BEM UI sebelumnya mengungkapkan sedikitnya tiga calon mahasiswa baru ingin mengundurkan diri karena dipatok UKT yang mahal.

Koordinator Bidang Kemahasiswaan BEM UI Juditha Danuvanya menyebut ketiga calon maba itu berasal dari jurusan yang berbeda-beda. Hal itu berdasarkan laporan yang diterima langsung oleh pihaknya.

“Kasus yang masuk ke saya, ada tiga (maba yang hendak mengundurkan diri), beda-beda jurusannya,” ucap Juditha di kampus UI, Jawa Barat, Jumat (23/6) lalu.

Juditha menyebut tiga maba itu belum resmi mengundurkan diri. Salah satu dari ketiga maba itu dipatok UKT Rp17,5 juta.

Setelah mengajukan keberatan, kata Juditha, UKT maba itu mendapat penurunan. Namun, nominalnya masih tinggi, yakni Rp15 juta.

Menurut Juditha orang tua maba itu mengaku tak mampu membayar UKT Rp15 juta, sehingga terpikir untuk mengundurkan diri.

“Terakhir UKT-nya Rp15 juta, sebelumnya Rp17,5 juta. Keluarganya menyanggupi Rp7,5 juta,” ucap Juditha.

Ia mengatakan pihak rektorat UI saat ini masih berupaya agar ketiga maba itu tidak mengundurkan diri. Namun, dia mengaku tak mengetahui upaya apa yang akan diambil oleh pihak rektorat UI.

Di sisi lain, BEM UI juga tengah berupaya agar ketiga maba itu tidak mengundurkan diri.

“Dari segi anak dan orang tua sudah sangat-sangat hopeless, baru Direktur Mahasiswa UI approach mereka karena mereka tahu anak ini mau mundur,” urai Juditha.

“Saat ini kami masih komunikasi karena katanya UI menjamin tidak akan ada mahasiswa yang drop out karena biaya pendidikan. Jadi, kami juga masih approach dia agar tidak cabut,” imbuhnya.(Sumber)