Nasdem Tower: Mimpi Besar Seorang Pemimpin Besar

Setidaknya ada 3 peran penting Aceh dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia secara utuh yang patut diketahui anak bangsa, yaitu: (1) Rakyat Aceh patungan belikan pesawat untuk perjuangan kemerdekaan, (2) Menjadi donatur Indonesia dimasa perjuangan, dan (3) Radio Rimba Raya dan Bireuen kabarkan dunia bahwa Indonesia masih ada.

Aceh menjadi satu-satunya daerah yang masih bertahan dan bebas dari gempuran penjajah saat agresi militer 2 pada tahun 1949. Karena itulah, Aceh menjadi satu-satunya tempat berlabuh untuk tetap menggerakkan roda pemerintahan Indonesia.

Di Aceh juga, pada saat itu dibangun radio untuk mengabarkan dunia bahwa Indonesia masih bertahan. Radio itu diberi nama Rimba Raya, karena letaknya di hutan belantara wilayah tengah Aceh.

Selain Radio Rimba Raya, Salah satu kota di Aceh, yaitu Bireuen, pernah menjadi ibu kota Indonesia ketiga, ketika jatuhnya Yogyakarta tahun 1948. Presiden Soekarno hijrah dari ibu kota RI kedua, yakni Yogyakarta ke Bireuen pada 18 Juni 1948.

Dilansir dari Kementerian Sosial Republik Indonesia, ada 8 pahlawan nasional dari Aceh, yaitu; Teuku Umar, Cut Nyak Dhien, Cut Nyak Meutia, Teuku Cik di Tiro, Teuku Nyak Arif, Sultan Iskandar Muda, Teuku Muhammad Hasan, dan Laksamana Malahayati.

Nama-nama pahlawan dan pejuang Aceh banyak digunakan nama jalan di Indonesia. Kita sangat familiar dengan jalan Teuku Umar di Jakarta yang merupakan tempat kediaman Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.

Tak ada yang meragukan perjuangan dan sumbangsih rakyat Aceh terhadap Indonesia. Sungguh luar biasa. Itu pula yang terjadi pada sosok Surya Paloh.

Darah pejuang yang gagah berani mengalir dalam diri Surya Paloh. Panglima Itam adalah kakek buyut dari Ketua Umum Partai NasDem, DR. (HC) H. Surya Paloh. Panglima Itam sosok pejuang nasional yang menginspirasi Surya Paloh.

Panglima Itam inilah yang menugaskan tentara terlatih ke berbagai panglima yang sedang bertempur gerilya melawan Belanda di berbagai wilayah Aceh. Di samping itu, Panglima Itam dikenal sebagai seorang pengusaha ulung dan terkaya di Aceh pada saat itu. Sebagai Kepala Pusat Intelijen Aceh semua informasi intelijen ia kuasai termasuk sektor usaha.

Panglima Itam yang menginspirasi mimpi besar seorang pemimpin besar tentang Indonesia. Satu-satunya partai politik yang memiliki pusat perkantoran partai sekelas hotel bintang tujuh hanya Partai NasDem.

Padahal usia Partai Nasional Demokrat lebih kita kenal dengan Partai NasDem 26 Juli 2023 nanti baru 12 tahun. Usianya masih belia. Tapi semangat perubahan yang digaungkan oleh Partai NasDem mengalahkan tiga partai tertua di Indonesia; Golkar, PDIP dan PPP.

NasDem Tower yang letaknya tak jauh dari Masjid Cut Nyak Dien dan Masjid Cut Meutia merupakan pusat perkantoran partai terlengkap, termegah dan termodern di Indonesia. Bahkan di dunia. Siapapun yang datang ke NasDem Tower akan terkesima dan kagum. Subhanallah!

Surya Paloh, Pendiri sekaligus Ketua Umum Partai NasDem memang luar biasa. Politisi senior asal Aceh ini sosok langka. Tak tanggung-tanggung seperti pendahulunya yang berjuang melawan penjajahan Belanda. Berani berkorban, berani melawan arus dan berani mengambil risiko seperti kita saksikan hari ini.

Demi perubahan. Demi Indonesia yang lebih baik. Partai NasDem dan Surya Paloh berani keluar dari zona nyaman. Sebuah perjuangan politik yang amat tak mudah dan penuh dengan kejutan dan tantangan. Bahkan “berdarah-darah”.

Mimpi besar Surya Paloh dapat terlihat ketika melihat NasDem Tower. Miniatur Indonesia melalui gerakan perubahan yang diresmikan oleh Presiden Jokowi pada tanggal, bulan dan tahun cantik, 22 Februari 2022 atau 2222022. Delapan bulan sebelum pencalonan Anies Rasyid Baswedan sebagai calon presiden Partai NasDem.

Seperti terlihat dalam prasasti peresmian NasDem Tower yang ditanda tangani Presiden Jokowi dan Surya Paloh, “Pembangunan NasDem Tower ini dipersembahkan sebagai pusat kegiatan dan pengembangan kerja-kerja politik Partai NasDem untuk melakukan gerakan perubahan merestorasi bangsa demi terwujudnya Indonesia yang jaya”.

Bandung, 17 Dzulhijjah 1444/6 Juli 2023
Tarmidzi Yusuf, Kolumnis