News  

Anies Ingin Didampingi Sosok Berjiwa Muda, 2 Tokoh Ini Berpeluang Jadi Cawapresnya

Bakal calon presiden (bacapres) Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan memberikan sinyal akan memilih bakal calon wakil presiden (bacawapres) berusia muda dan berjiwa muda.

Dalam pandangan analis komunikasi politik dari Universitas Nasional (Unas), Selamat Ginting, figur pilihan Anies tersebut mengarah kepada Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Zannuba Ariffah Chafsoh atau yang dikenal dengan Yenny Wahid.

“Tafsir isyarat tersebut bisa mengarah kepada AHY (44 tahun) dan Yenny Wahid (48 tahun),” kata Selamat Ginting, dikutip Kantor Berita RMOLJakarta, Senin (17/7).

Dalam acara hari ulang tahun ke-12 Garda Pemuda Nasional Demokrat (Nasdem), Anies Baswedan yang diusung Koalisi Perubahan dan Persatuan menjawab pertanyaan wartawan dengan balik bertanya.

“Batas umurnya cawapres itu berapa ya? Pokoknya begini, yang penting semangatnya muda,” kata Anies di Jakarta, Jumat (14/7).

Menurut Selamat Ginting, pertanyaan Anies kepada wartawan tersebut, mengindikasikan akan memilih bakal cawapres berusia muda. Dari kata “batas umur”, sudah jelas yang diinginkan Anies tidak jauh dari syarat usia minimal cawapres. Di mana syarat usia capres dan cawapres Pemilu 2024 adalah minimal 40 tahun. Hal ini berdasarkan UU Pemilu Tahun 2017.

“Berdasarkan teori interaksi simbolik, manusia menjadi makhluk hidup paling misterius di dunia. Dalamnya hati manusia tidak ada yang tahu. Ia serupa dengan lautan, dalam dan misterius,” kata dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unas.

Selamat Ginting mengutip teori interaksionisme simbolik dari George Herbert Mead. Interaksi sosial yang terjadi karena penggunaan simbol-simbol yang memiliki makna. Simbol-simbol tersebut menciptakan makna yang dapat memicu adanya interaksi sosial antara individu satu dengan individu lainnya.

Adapun interaksi simbolik terdiri dari tiga konsep penting, yakni pikiran, diri, dan masyarakat. Nah, kata “muda” yang dikemukakan Anies Baswedan bisa berarti simbol dari usia muda dan bisa juga berpikiran muda. Pikiran merupakan kemampuan untuk menggunakan simbol yang memiliki kesamaan makna sosial.

Sedangkan pengertian diri dalam interaksi simbolik, lanjut Ginting, merupakan kemampuan untuk merefleksikan diri dari setiap individu melalui penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain. Maka wajar jika ada analisis bahwa Anies akan memilih bakal cawapresnya berusia muda atau berpikiran muda.

Selanjutnya mengenai sudut pandang masyarakat dari konsep penting interaksi simbolik masyarakat, kata Ginting, merupakan jejaring hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, serta dikonstruksikan oleh setiap individu di tengah masyarakat. Setiap individu terlibat aktif dalam perilaku yang dipilih.

“Mari kita lihat, siapa yang paling dominan terlibat aktif bertemu dengan Anies Baswedan dalam jejaring hubungan sosial dalam perilaku yang dipilih pada waktu terakhir ini? Jawabannya adalah AHY dan Yenny Wahid,” ungkap Ginting.

Ginting membeberkan, AHY turut mengantarkan dan menjemput Anies Baswedan berangkat dan pulang dari ibadah haji di Bandara Soekarno-Hatta. Pertemuan itu sebuah kode keras untuk bisa dipahami publik secara komunikasi politik.

Begitu juga dengan Yenny Wahid yang diusulkan Partai Nasdem, lanjut Ginting, akan saling melengkapi sebagai orang muda yang akan menjadi pendamping Anies. Belum lagi baru-baru ini, Yenny juga menyiarkan fotonya bersama Anies Baswedan.

Menurut Ginting, dari interaksi simbolik itu memiliki asumsi penting, seperti manusia akan memperlakukan orang lain berdasarkan makna yang diberikan. Sedangkan makna diciptakan dalam interaksi antarmanusia. Kemudian makna dimodifikasi melalui proses interpretatif.

Jadi, individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain. Konsep diri memberikan sebuah motif penting untuk berperilaku. Manusia dipengaruhi oleh budaya dan sosial. Struktur sosial diciptakan melalui interaksi sosial.

Sejauh ini ada lima kriteria bakal cawapres ideal versi Anies Baswedan. Pertama, punya kontribusi di dalam kemenangan. Kedua, membantu menyolidkan koalisi. Ketiga, bisa membuat kerja sama di pemerintahaan lebih efektif. Keempat, memiliki visi yang sama, sehingga dapat bekerja sama dengan arah dan agenda yang sama. Kelima, berpotensi menjadi dwitunggal, punya chemistry yang baik.(Sumber)