News  

Jalan Politik Budiman Sudjatmiko: Pasang Badan Untuk PDIP di Kudatuli, Kini Dipecat Megawati

Budiman Sudjatmiko akhirnya dipecat oleh PDIP. Pemecatan ini merupakan buntut dari sikap politiknya mendeklarasikan dukungan terhadap Prabowo Subianto sebagai capres.

Ini tentu berseberangan dengan pilihan PDIP yang mengajukan Ganjar Pranowo sebagai capres.
Lalu, bagaimana perjalanan aktivis mahasiswa era Orba itu sampai akhirnya berkiprah dengan PDIP dan berakhir pemecatan?

Budiman Sudjatmiko merupakan pria kelahiran 10 Maret 1970 ini tumbuh besar di Cilacap, Bogor, dan Yogyakarta. Budiman di website pribadinya, menyebut sudah aktif terlibat dalam diskusi politik bahkan sejak SMP.

Pengalaman itu terus ia pupuk sampai ia berkuliah di Fakultas Ekonomi UGM. Selama aktif sebagai mahasiswa ia tergabung dalam sebuah komunitas yang bergerak dalam proses pemberdayaan politik, pengembangan petani, buruh, dan perkebunan, di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Budiman tidak bisa menyelesaikan pendidikannya di UGM. Tidak lama setelah mendeklarasikan Partai Rakyat Demokratik (PRD), pada tahun 1996, ia dituduh mendalangi gerakan menentang Orde Baru dan divonis hukuman penjara 13 tahun.

Budiman dituduh sebagai dalang penyerbuan kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia–yang sekarang PDIP pada 27 Juli 1996.

Saat itu, kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro, Jakpus, dikuasai massa Megawati — yang terpilih sebagai Ketum PDI hasil kongres 1993. Massa PDI Soerjadi — yang direstui Orba — kemudian mencoba mengambil alih kantor PDI.
Insiden ini pun dikenal sebagai Sabtu Kelabu atau peristiwa Kerusuhan 27 Juli atau Kudatuli.

Namun di tahun 1999, Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur) memutuskan untuk memberikan amnesti sehingga Budiman hanya menjalani hukuman penjara selama 3,5 tahun.

Setelah bebas, Budiman melanjutkan pendidikannya ke Ilmu Politik Universitas London dan Master Hubungan Internasional di Universitas Cambridge, Inggris.

Berpolitik Bersama PDIP

Setelah menamatkan pendidikannya, Budiman kembali ke Indonesia dan bergabung dengan PDIP pada 2004. Ia membentuk organisasi sayap partai yang bernama Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem) bersama 50 aktivis lainnya.

PDIP berhasil mengantarkannya menuju Senayan. Budiman menjadi anggota DPR RI dari PDI Perjuangan daerah pemilihan Jawa Tengah VIII. Ia bergabung dalam Komisi II yang membidangi pemerintahan dalam negeri, otonomi daerah, aparatur negara, dan agraria.

Selama menjadi anggota dewan, ia aktif menyuarakan pembentukan UU Desa hingga akhirnya Presiden SBY mengeluarkan amanat presiden (Ampres) RUU Desa pada Januari 2012.

Budiman juga cukup aktif di media sosial untuk menyuarakan pendapatnya. Ketika menjadi oposisi Prabowo dalam Pilpres 2019 lalu, ia pernah menyebut Prabowo adalah produk gagal manusia Indonesia.

Pada Pemilu kali ini, Budiman Sudjatmiko melabuhkan dukungan ke Prabowo Subianto. Dia bahkan sudah membentuk relawan Prabu yang merupakan singkatan dari Prabowo-Budiman.

Deklarasi ini membuat PDIP mendidih. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyuarakan sanksi berat bagi Budiman, yakni pemecatan. Akhirnya, pemecatan itu terealisasi.

Surat pemecatan sudah diterima Budiman tanpa melalui undangan klarifikasi dari Mahkamah Partai. Budiman tak mau banyak berkomentar soal pemecatan itu.

“Tak ada komentar. Saya cuma mau bilang bahwa saya sudah menerima suratnya dan terima kasih untuk semuanya,” kata Budiman.Sumber