Tinggal 2 Pilihan Cawapres Prabowo Subianto: Ketua Umum Partai Golkar Atau Menko Perekonomian RI

Prabowo Subianto memang tak memiliki banyak pilihan untuk menggandeng figur tokoh sebagai Calon Wakil Presiden (Cawapres) pendampingnya di Pilpres 2024. Ia perlu figur loyal yang bisa menyeimbangkan kekuatan politik di belakangnya. Bukan hal mudah menyeimbangkan Parpol pendukung, apalagi sedari awal, dukungan kepada Prabowo cukup gemuk menyusul masuknya Partai Demokrat.

Kini Koalisi Indonesia Maju yang menjadi pendukung Capres Prabowo Subianto total memiliki jumlah dukungan sebesar 261 Kursi DPR, yang terdiri dari Partai Golkar 85 kursi, Gerindra 78 kursi, Demokrat 54 kursi, dan PAN 44 kursi. Jumlah presidential threshold atau ambang batas pencalonan presiden dari koalisi ini tembus 40,28% (dengan PBB) atau 39,49% (tanpa PBB) dari suara sah nasional. Sementara perolehan kursi DPR sebanyak 45,38% kursi (tanpa PBB).

Menimbang dukungan politik yang begitu besar ini, Prabowo perlu partner kerja strategis sebagai Cawapres yang juga memiliki kekuatan besar secara dukungan kepartaian. Sokongan Partai Golkar dengan kursi parlemen terbesar pertama di koalisi ini menjadi begitu sentral. Pada praktiknya nanti, jika pun menilik pada pemerintahan ke depan, Partai Golkar diprediksi masih akan berada di posisi tiga besar untuk raihan kursi parlemen.

Bukan mengesampingkan peran partai lain dalam koalisi, tetapi Prabowo agaknya perlu mempertimbangkan masalah matematika politik yang begitu sederhana ini. Apalagi figur yang ditawarkan oleh Partai Golkar bukanlah tokoh sembarangan. Ia adalah kader terbaik Partai Golkar, Airlangga Hartarto. Orang yang telah selama dua periode masa pemerintahan Jokowi, selalu mengambil peran penting dari progresifitas industri dan ekonomi RI.

Anggaplah Prabowo tak mempertimbangkan bandul keseimbangan politik dan ia lebih memilih figur lain. Bukan tak mungkin nasib serupa seperti di Pemilu 2014 akan menimpanya kembali. Berbeda cerita jika Airlangga Hartarto menjadi Cawapres pendamping Prabowo, dengan segala kapasitas dan kapabilitas yang ada pada dirinya tentu akan menjamin konsolidasi suara terwujud bagi pemenangan Prabowo di Pilpres 2024.

Pengalaman memimpin Partai Golkar selama dua periode masa kepemimpinan, berhasil meredam segala riak konflik yang biasa terjadi di tubuh partai ini menjelang Pemilu, serta mempersatukan berbagai elemen kepentingan di Partai Golkar untuk terus mendukungnya sebagai Capres atau Cawapres tentu bukanlah kemampuan dari sembarang orang. Airlangga Hartarto mampu melakukan itu semua.

PR besar Prabowo yang mesti dituntaskan nanti bukan hanya soal keberlanjutan pembangunan pasca Presiden Jokowi, tetapi juga menjaga persatuan dan rekonsiliasi politik pasca Pemilu. Untuk persoalan rekonsiliasi, Airlangga Hartarto adalah jagonya.

Ia mampu menjadi penengah, sosoknya juga diterima oleh semua lapisan elit politik, serta tak miliki batasan untuk dirinya bisa berkomunikasi secara strategis dengan mitra politik adalah keunggulan Airlangga Hartarto. Sebagai seorang politisi, Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto adalah pilihan terbaik bagi Prabowo Subianto jika ingin mewujudkan hal tersebut.

Selanjutnya mengenai simbol keberlanjutan pembangunan. Siapa lagi sosok yang bisa menjawab betul masalah keberlanjutan pembangunan ini selain Airlangga Hartarto? Dua periode dipercaya Presiden Jokowi sebagai menteri di bidang yang strategis membuat Airlangga Hartarto teruji matang di pemerintahan. Ia berhasil membawa Indonesia keluar dari jurang krisis ekonomi di masa Pandemi dengan berbagai kebijakan.

Figurnya yang tak ‘genit’, lebih menyukai bekerja dibanding berbicara juga menjadi keunggulan tersendiri. Airlangga Hartarto memang tak terlalu pandai memoles diri di depan kamera para pewarta, tetapi sesungguhnya di balik itu semua, Prabowo yang kini juga berada dalam pemerintahan tentu bisa melihat siapa yang bekerja sungguh-sungguh dan siapa yang hanya ingin bersolek di layar-layar ATM untuk capai popularitas?

Jadilah Airlangga Hartarto sebagai Menko Perekonomian yang paling pantas menjadi simbol dari keberlanjutan pembangunan Presiden Jokowi. Sebab di pundak dan kepalanya, seluruh kebijakan ekonomi, Proyek Strategis Nasional (PSN), serta rumusan ekonomi nasional untuk mencapai Indonesia Emas 2045 terpatri.

Persoalan elektabilitas tak lagi menjadi penting, segala tingkat keterpilihan itu sudah tersemat di figur utama Calon Presiden. Ingat bagaimana SBY bisa menang dengan mengambil Boediono sebagai Cawapres? Atau Jokowi yang tetap unggul ketika dipasangkan dengan KH. Ma’ruf Amin? Ini setidaknya menjadi bukti bahwa dalam proses pemilihan, figur Cawapres tak terlalu menopang elektabilitas Capres.

Baik sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar ataupun Menko Perekonomian RI, Airlangga Hartarto menunjukkan kapasitasnya. Ia adalah politisi teknokrat yang lengkap, mampu mengorganisir kepentingan partai sekaligus memberikan formulasi bagaimana sebuah tata kelola ekonomi di suatu pemerintahan dapat berjalan. Prabowo tak lagi memiliki pilihan, kecuali mengambil Airlangga Hartarto sebagai Cawapres mendampinginya di Pilpres 2024.

Oleh Rezha Nata Suhandi
Pemred Golkarpedia