Isu ‘perkawinan’ politik antara poros Prabowo Subianto dan poros Ganjar Pranowo membuat pupus harapan Partai Golkar untuk mendapat posisi bakal calon RI-1 maupun calon RI-2.
Bersatunya Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo baik paket Prabowo-Ganjar maupun Ganjar-Prabowo menutup peluang Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto menjadi kontestan Pilpres 2024.
Bila ini terjadi. Partai Golkar akan kembali seperti Pilpres 2014 dan 2019. Kedua Pilpres ini, Partai Golkar selain kalah juga gagal menempatkan kadernya sebagai calon orang nomor satu dan dua di negeri yang berpenduduk 278,69 juta jiwa per pertengahan tahun ini.
Demikian pula andai Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan permohonan batas usia minimum dan maksimum calon presiden dan calon wakil presiden. Minimum 35 tahun membuka peluang anak Jokowi, Gibran Rakabuming menjadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto dengan syarat MK tidak mengutak-atik batasan maksimum calon presiden menjadi 70 tahun.
Bila duet Prabowo-Gibran terjadi, kemungkinan besar akan ada tiga pasangan calon presiden dan calon wakil presiden. Anies-Muhaimin, Prabowo-Gibran, dan Ganjar yang belum punya pasangan sampai hari ini.
Terjadinya tiga atau dua poros politik, kans Airlangga Hartarto kecil seandainya MK mengabulkan gugatan batas usia calon presiden dan calon wakil presiden 35 tahun.
Peluang hengkangnya Partai Golkar dari Koalisi Indonesia Maju menjadi terbuka bila Prabowo Subianto jadi cawapresnya Ganjar Pranowo dan tetap bertahan di Koalisi Indonesia Maju bila Prabowo-Gibran atau Prabowo-Ganjar.
Kemana Partai Golkar akan berlabuh? Bertahan di Koalisi Indonesia Maju mendukung duet Prabowo-Gibran atau Prabowo-Ganjar atau malah hengkang bila Prabowo Subianto menjadi cawapresnya Ganjar Pranowo?
Akankah Partai Golkar membuat kejutan baru? Misalnya ada harapan Airlangga Hartarto diambil jadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto atau mendukung pasangan calon lain?
Wallahua’lam bish-shawab
Bandung, 9 Rabiul Awwal 1445/25 September 2023
Tarmidzi Yusuf, Kolumnis