Tarif promo sebesar Rp 5.000 flat sudah berakhir. Kini, tarif yang berlaku yakni minimal Rp 3.000 danmaksimal Rp 20.000 berlaku sampai Februari 2024.
Penumpang pun mengeluhkan tarif maksimal Rp 20.000 tersebut, apalagi bagi penumpang yang biasanya naik dari stasiun terjauh, baik itu Stasiun Jatimulya maupun Harjamukti menuju Dukuh Atas.
Salah satu penumpang LRT Jabodebek yang ditemui kumparan, Senin (2/10), mengatakan dirinya keberatan atas tarif maksimal Rp 20.000 tersebut karena dinilai kemahalan, lebih baik naik motor pribadi.
“Keberatan lah, maksimal Rp 10 ribu saja jangan banyak-banyak. Mending naik motor daripada ini,” keluh penumpang yang tidak ingin disebutkan namanya saat ditemui kumparan.
Untuk mengakali biaya transportasinya dari Bekasi, dia harus menggunakan KRL terlebih dahulu menuju Stasiun Sudirman, kemudian naik LRT Jabodebek dari Stasiun Dukuh Atas menuju kawasan Cawang.
“Dari Bekasi saya paling ujung, Jatimulya. Mending naik motor bolak-balik, Bensin Rp 20 ribu udah bisa berapa hari,” pungkasnya.
Sementara itu, penumpang LRT Jabodebek lain bernama Atik mengaku tidak keberatan dengan berakhirnya promo tarif flat Rp 5.000 jika sebanding dengan kualitas layanan dan kebutuhan mobilitasnya.
“Kalau saya sih memang karena lokasi LRT dekat kantor saya sebenarnya mau enggak mau akhirnya tetap menggunakan alternatif ini karena kan tidak nyambung-nyambung lagi dengan online atau feeder bus lain,” jelasnya.
Atik biasanya berangkat dari Stasiun Dukuh Atas menuju Stasiun Cawang. Sebelum ada LRT Jabodebek, dia harus menggunakan KRL dan transit terlebih dahulu di Stasiun Manggarai.
“Misal memang lebih mudah aksesnya, dengan harga yang agak mahal kali ya menurut saya enggak masalah selama itu kualitasnya baik dan kenyamanannya dari LRT ini tetap terjaga,” lanjutnya.
Senada, salah satu penumpang lain bernama Christine juga menilai tarif maksimal Rp 20.000 juga tidak mengurangi minatnya naik LRT Jabodebek. Menurutnya, ini lebih murah daripada harus transit yang memakan biaya lebih mahal.
“Kalau saya sih enggak keberatan soalnya daripada pindah-pindah kendaraan malah jadi lebih mahal, apalagi Bekasi,” kata dia.
Christine juga menyebutkan, saat ini animo masyarakat juga masih tinggi menggunakan LRT Jabodebek, terlepas tarifnya sudah tidak lagi Rp 5.000 flat.
“Iya enggak menurunkan minat. Tadi banyak yang turun dari kereta ini, penuh tadi keretanya. Ini sepi karena ke arah Bekasi, kalau tadi ramai yang pada mau kerja di Sudirman Thamrin,” tandasnya.(Sumber)