Ganda Campuran Dipatok Masuk Final Indonesia Terbuka 2019

Pebulutangkis ganda campuran Indonesia dipatok untuk mencapai target minimal menjadi finalis Indonesia Terbuka 2019. Pelatih Richard Mainaky membebaskan siapa saja untuk mencapainya.

Selepas ditinggal dua pemain andalan, Liliyana Natsir dan Debby Susanto, ganda campuran Indonesia goyang. Dua pasangan yang digadang-gadang menggantikan era Tontowi Ahmad/Liliyana masih membutuhkan waktu untuk menjadi juara. Prestasi mereka paling mentok di final.

Teranyar, penampilan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti di Australia Terbuka pada 4-9 Juni. Lajunya merengkuh gelar juara dihentikan pasangan China. Sementara hasil pasangan lainnya, Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja sudah kandas sejak perempatfinal.

Setelah tampil di Australia, mereka sudah ditunggu lagi turnamen yang lebih besar, Indonesia Terbuka di Istora, 16-21 Juli. Waktu persiapan yang panjang diharapkan para pemain ganda campuran bisa menampilkan yang terbaik.

“Kalau saya tetap harus ada yang di final. Mumpung atlet saya lagi cari identitas, saya dan Nova Widianto (asisten pelatih) sudah menemukan formula baru, jadi perlu dibakar,” kata Richard di Pelatnas PBSI, Cipayung, Jakarta Timur, Rabu (19//6/2019).

“Jangan juara dulu tapi tampil ke final dulu. Tidak menutup kemungkinan Tontowi/Winny Oktavina Kandow. Owi (Tontowi Ahmad) itu masih mau mengejar, masih punya ambisi besar dengan pasangan baru, lebih konsisten malahan latihannya. Dia sebagai senior mau juara apa saja coba, tapi dengan pasangan baru ambisi masih besar. Dia bisa bagus di Indonesia Terbuka,” ujarnya menjelaskan.

“Ada Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari ya berharap ada kejutan. Saya nggak tahu kejutan apa tapi mungkin bisa mengalahkan pemain-pemain atas,” tuturnya menambahkan.

Bukan tanpa alasan kakak dari Rexy Mainaky ini mengatakan demikian. Dia menilai Praveen/Melati mempunyai perkembangan yang pesat.

“Saya lihat mereka lebih nyodok. Saya panggil Hafiz/Gloria sudah nggak bisa, harus lebih gila latihan. Kebalik sama Praveen/Melati yang lebih meroket. Sedangkan mereka cenderung stagnan. Padahal, untuk kelas mereka harus semifinal atau final, sudah jadi unggulan kok. Masih cari identitas itu apa? Ya juara. Kalau sering begitu tinggal nyodok kapan juara. Harus dapat itu dulu. Nah, ini kami belum dapat identitas,” kata Richard.

“Belum tahu (kapan juara). Tapi dengan formula yang selalu kami rencanakan, perubahan banyak nggak, tapi dengan penambahan program latihan saya mudah-mudahan,” dia mengharapkan. [detik]