Sosok Kartini Hebat Partai Golkar: Danny Soedarsono

Peran Danny Soedarsono sebagai Ketua Umum Organisasi yang didirikan Partai Golkar, Himpunan Wanita Karya sangat sentral. Danny Soedarsono adalah pilar utama dari gerak langkah Himpunan Wanita Karya dewasa ini. Apalagi HWK menjadi salah satu tulang punggung Partai Golkar dalam melakukan pembinaan serta pembibitan kader perempuan.

Sosok Danny Soedarsono tak bisa tergantikan di pucuk pimpinan HWK. Meski namanya sebagai Ketua Umum HWK mungkin jarang terdengar. Tetapi ia adalah pewaris secara ideologis dan biologis HWK. Danny Soedarsono adalah anak kedua dari pendiri sekaligus eks Ketua Umum HWK, Nani Soedarsono.

Siapa lagi yang paling memahami arah ideologi organisasi jika bukan kader ideologis atau kader biologis? Danny Soedarsono memiliki keduanya. Ia mewariskan ideologi dan di saat bersamaan sebagai kader biologis Nani Soedarsono. Di pundaknya lah cita-cita besar Nani Soedarsono terhadap HWK bakal terwujud.

Nama Nani Soedarsono sendiri sangat termahsyur di era Orde Baru. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Sosial pada Kabinet Pembangunan IV masa pemerintahan Presiden Soeharto. Dalam kapasitas sebagai aktivis keperempuanan, Nani Soedarsono pernah menjabat sebagai Sekjen DPP Kongres Wanita Indonesia (Kowani) pada tahun 1974-1978.

Hingga kemudian Nani Soedarsono mendirikan HWK pada 28 Februari 1981. Saat itu gagasan kelahiran HWK berangkat dari para tokoh wanita Golongan Karya (Golkar) yang melihat sebagian besar wanita secara fungsional telah tertampung dalam lembaga-lembaga kewanitaan yang ada.

Sementara para wanita profesional yang terjun sebagai wanita karir maupun ibu rumah tangga tidak tertampung pada lembaga-lembaga kewanitaan yang ada. Tokoh-tokoh wanita, termasuk Nani Soedarsono lantas bersepakat untuk mendirikan wadah khusus yang menjadi bagian penting dalam gerakan perempuan dan perlindungan anak Golkar.

Dari sana, berdirilah HWK sebagai ormas wanita yang mandiri. Karakter mandiri yang dimiliki oleh HKW diteruskan oleh Danny Soedarsono sebagai generasi kedua dari pendiri organisasi. Dengan memegang teguh ‘Nawa Satya Bhakti’ Danny Soedarsono memimpin proses pematangan kader perempuan di HWK.

Seperti pada awal kelahirannya, HWK ingin merekatkan kaum pejuang wanita dalam satu pintalan benang yang sama. Tentu dengan tujuan agar mereka lebih menyadari tentang pentingnya upaya penyatuan pikiran, sikap dan gerak langkah. Peran wanita yang terpinggirkan tidak bisa dihadapi sendiri-sendiri. Kebersamaan lebih mampu memaksimalkan pencapaian tujuan.

Menjawab tantangan zaman, kala menerima tongkat kepemimpinan untuk meneruskan mimpi sang ibu terhadap kaum perempuan, Danny Soedarsono berusaha semaksimal mungkin untuk mentransformasikan HWK sesuai khittah perjuangannya tanpa terlihat tertinggal dengan laju kemajuan zaman.

Oleh karenanya, Danny senantiasa menekankan pentingnya kader HWK memiliki karakter berintegritas, berdedikasi, kredibel dan tak gagap dengan teknologi dalam setiap kiprahnya. Dengan karakter yang dimiliki, kader HWK diharapkan dapat berkontribusi aktif terhadap pembangunan bangsa Indonesia yang berdaulat, adil dan makmur.

Untuk memiliki karakter berkarakter, berintegritas, berdedikasi, kredibel, dan tak gagap teknologi, Danny mengusung program memajukan, mendidik, serta mencerdaskan perempuan Indonesia dengan memanfaatkan segala sumber daya yang ada termasuk potensi teknologi

Pada spektrum politik, Danny Soedarsono melihat bahwa kesempatan kaum perempuan dan para ibu sangat terbuka luas dewasa ini. Hanya saja, partisipasi politik kaum perempuan masih rendah. Persoalan ini ditekankan oleh Danny Soedarsono sebagai tanggung jawab HWK dan organisasi keperempuanan di seluruh Indonesia.

Merujuk pada keinginan para pendirinya, HWK haruslah jadi pemintal, perajut, pemersatu dari kehendak kaum perempuan dan ibu di Indonesia. Persatuan yang coba digagas oleh HWK ini tak bisa dilaksanakan apabila spirit soliditas dan kebersamaan tidak digaungkan. Apalagi perempuan Indonesia saat ini masih belum bisa terlepas dari perspektif patrilinealisme di masyarakat.

Budaya patriarki itu tak mesti mendapatkan perlawanan dari para kaum perempuan, tetapi harus diadopsi sebagai penguat peran perempuan pada sektor-sektor publik. Hingga perempuan tak terkungkung hanya pada persoalan rumah tangga yang bersifat privat. Kesadaran seperti ini haruslah dibangun secara kolektif. Danny Soedarsono ingin HWK turut aktif untuk mengisi peran ini.

Peringatan hari Kartini pada 21 April 2024 menjadi tonggak kesadaran baru bagi Danny Soedarsono dan segenap pengurus DPP HWK bahwa spirit kolektivitas dan kebersamaan harus menjadi fundamental gerak organisasi. Sebagai seorang yang berpikiran progresif, Danny Soedarsono siap mewujudkan HWK sebagai wadah transformasi guna menjawab tantangan zaman bagi seorang perempuan. {golkarpedia}