Di kawasan Roxy, SCBD Sudirman, dan Jalan Daan Mogot juga terjadi hal serupa. Banyak bangunan dan kendaraan terbakar, termasuk manusia di dalamnya. Jakarta dalam sekejap menjadi lautan api. Dan situasi mencekam ini terjadi hingga 15 Mei.
Kondisi semakin parah, kota sekitar seperti Bogor, Tangerang, dan Bekasi pun ikut lumpuh. Pusat perbelanjaan dijarah dan dibakar, ratusan orang tewas terpanggang. Asap hitam tebal membumbung tinggi di seantero kota.
Dalam buku Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando karya Letjen TNI (Purn) Sintong Pandjaitan mencatat, ada 4.939 bangunan rusak dibakar yang kerugiannya mencapai Rp2,5 triliun. Ini belum menghitung ribuan mobil dan motor yang dirusak dan dibakar, serta korban jiwa, baik itu terluka, meninggal atau mengalami kekerasan seksual.

Saat itu, terdapat dua golongan massa yang terlibat dalam aksi. Pertama, gerakan murni intelektual, serta aksi kriminalitas. Selain itu terdapat kejanggalan dalam kerusuhan ini, karena massa memiliki pola dan target serupa: menyasar etnis Tionghoa sebagai individu dan kaitannya dengan entitas bisnis mereka. Atas dasar inilah kerusuhan terpusat di beberapa kawasan yang kental dengan etnis Tionghoa, seperti Glodok, Roxy, Pluit, Senen, dan Mangga Besar.
Ujungnya rezim Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto pun runtuh pada 21 Mei 1998. Kemudian di pemerintahan selanjutnya, Presiden BJ Habibie membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) untuk kasus Kerusuhan Mei 1998.
TGPF memaparkan temuannya pada 23 Oktober 1998. Laporan TGPF mencatat, kerusuhan Mei 1998 telah merenggut nyawa 1.190 orang di Jakarta. Dari jumlah tersebut, 27 di antaranya meninggal karena senjata, sementara sisanya akibat terbakar.
Mereka yang meninggal karena senjata termasuk empat korban Tragedi Trisakti yang terjadi pada 12 Mei 1998. Selain korban tewas, terdapat korban luka mencapai 91 orang.
Penyebab Kerusuhan Mei 1998
- Faktor ekonomi menjadi pemicu utama. Krisis moneter 1997 memicu inflasi, pengangguran, dan kemiskinan yang meluas. Hal ini memicu keresahan masyarakat, terutama mahasiswa dan rakyat kecil.
- Faktor politik juga berperan penting. Pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto dikritik karena korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang merajalela. Ketidakadilan dan represi politik semakin memperburuk situasi.
- Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998 menjadi titik balik. Penembakan terhadap 4 mahasiswa Universitas Trisakti oleh aparat keamanan memicu kemarahan massa dan demonstrasi besar-besaran di berbagai kota.
- Isu SARA kemudian ditunggangi oleh pihak-pihak tertentu untuk memperkeruh suasana. Kerusuhan, penjarahan, dan pembakaran terjadi, terutama di Jakarta dan sekitarnya.
- Pengunduran diri Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998 menjadi puncak peristiwa ini. Jatuhnya Orde Baru membuka jalan bagi era reformasi di Indonesia.
Dampak Kerusuhan Mei 1998
1. Korban Jiwa dan Kerugian Materi
Kerusuhan Mei 1998 menelan ribuan korban jiwa dan menyebabkan kerugian materi yang besar. Banyak orang kehilangan nyawa, bangunan rusak, dan terjadi penjarahan serta pembakaran
2. Perubahan Politik
Baca Juga:
5 Pernyataan Kekuasaan Zaman Orba Mirip Era Jokowi
Kerusuhan ini berujung pada keruntuhan rezim otoritarian Soeharto yang telah berkuasa selama kurang lebih 32 tahun. Presiden Soeharto mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei 1998 dan kekuasaannya dialihkan kepada BJ Habibie

3. Reformasi Politik
Kerusuhan memicu terjadinya reformasi politik di Indonesia. Reformasi ini meliputi perubahan sistem politik, kebebasan pers, pemilihan umum yang lebih demokratis, dan penghapusan beberapa aspek otoritarianisme dalam pemerintahan.
4. Perubahan Sosial
Terjadi perubahan dalam pola pikir dan kesadaran masyarakat terhadap hak asasi manusia, kebebasan berpendapat, dan partisipasi politik. Masyarakat menjadi lebih kritis terhadap pemerintah dan lebih aktif dalam menyuarakan aspirasi mereka.
5. Pencarian Keadilan
Setelah peristiwa Mei 1998, dibentuklah Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) untuk menyelidiki masalah ini. Namun, hingga saat ini masih terdapat kontroversi dan ketidakjelasan mengenai penyebab dan pelaku dari peristiwa tersebut.
(Sumber)