5 Pelajaran Dari Kemenangan Chelsea Atas Barcelona di Saitama

Duel Barcelona vs Chelsea berakhir untuk kemenangan The Blues. Bermain di Saitama Stadium, Selasa (23/7/2019) kemarin di Rakuten Cup 2019, tim asuhan Frank Lampard tersebut menang dengan skor 2-1.

Chelsea dan Barcelona sama-sama tidak bisa memainkan tim terbaik mereka. Tak ada nama Lionel Messi dan Luis Suarez di skuad Blaugrana, sementara Chelsea tak bisa diperkuat oleh gelandang terbaik mereka N’Golo Kante.

Sebagai gantinya, kedua tim memainkan banyak pemain muda pada pertandingan ini. Di starting XI Barcelona, nama-nama seperti Alex Collado, Ricard Puig hingga Oriol Busquets mendapatkan kesempatan bermain dari Ernesto Valverde. Sedangkan di Chelsea ada nama Tammy Abraham, Mason Mount hingga Fikayo Tomori yang mendapatkan kepercayaan dari Frank Lampard.

Dua gol kemenangan Chelsea sendiri pada pertandingan ini dicetak oleh Tammy Abraham dan Ross Barkley. Sedangkan satu gol balasan Blaugrana dicetak Ivan Rakitic di masa injury time.

Dan berikut adalah pelajaran yang bisa diambil dari duel Barcelona vs Chelsea yang dimenangkan tim asal London. Simak di bawah ini ya Bolaneters!.

1. Riqui Puig yang Menjanjikan

Riqui Puig merupakan pemain dengan tipe-tipe gelandang La Masia. Pendek, gesit dan halus dalam pergerakannya.

Di awal-awal pertandingan, Puig memang seperti kurang menyatu dan beberapa kali kehilangan sentuhan bola terbaiknya. Namun perlahan tapi pasti ia menunjukkan bagaimana tekad tak mudah menyerah, kualitas yang dimiliki dan kemampuannya dalam membaca permainan mampu membuatnya menyatu dalam permainan.

Kelebihan lain adalah kemampuannya dalam membantu pertahanan dan juga melakukan tekel untuk menghentikan lawan. Semua itu ia tunjukkan ketika melawan Chelsea.

Dia adalah bakat yang benar-benar istimewa dan jika dia tidak mendapatkan kesempatan bermain di Barcelona musim ini, maka ada sesuatu yang akan sangat, sangat salah.

2. Waktunya Tammy Abraham

Sejarah pemain nomor 9 Chelsea akhir-akhir ini tak berjalan indah. Adalah hal yang normal untuk mengatakan bahwa sejak Jimmy Floyd Hasselbaink pergi, sesuatunya berjalan cukup buruk bagi para penerus nomor 9 The Blues. Tapi apakah Chelsea akhirnya menemukan jawaban? Penangkal kutukan nomor 9?

Tentu saja ide mengenai Tammy Abraham, pemain yang sejak berusia 7 tahun sudah berada di Chelsea, pantas dipercaya mengenakan jersey nomor 9 Chelsea adalah sesuatu yang idealis. Namun melihat bagaimana performanya ketika melawan Barca, ini mungkin bisa jadi realistis.

Tammy Abraham menunjukkan pada pertandingan itu bahwa ia memiliki permainan yang dibutuhkan Chelsea-nya Lampard. Bermain terus menekan, bukan hanya menjadi ujung tombak, tapi juga menjadi pemain pertama dalam mengganggu pemain Barca membangun permainan mereka.

Meskipun memiliki beberapa peluang yang gagal dimaksimalkan, namun finishing yang ia tunjukkan ketika melewati Marc-Andre Ter Stegen dan menceploskan bola menunjukkan kadar kepercayaan dirinya. Ini adalah gol pertamanya dan ada banyak suara yang meminta dirinya menjadi penerus nomor 9 dan menjadi obat atas kutukannya. Sebelumnya ada yang sudah mencoba dan gagal, tapi ini adalah waktunya Tammy sekarang.

3. Ross Barkley Kembali

Ross Barkley mencetak gol yang pada akhirnya menjadi gol kemenangan untuk Chelsea dengan 10 menit pertandingan tersisa. Gol itu menunjukkan kemampuannya dan fokus yang ia miliki sertu tentu saja sesuatu yang semua pendukung Chelsea ingin lihat dari mantan gelandang Everton ini. Sebelum gabung Chelsea, Barkley memang dikenal sebagai pemain dengan kemampuan melepas tembakan jarak jauh yang bagus, sesuatu yang mungkin hilang di tubuh Chelsea sejak ditinggalkan oleh Frank Lampard.

Saat gol itu tercipta, Barkley menerima umpan balik dari Marcos Alonso untuk kemudian melepas tembakan kaki kiri. Frenkie De Jong dan Nelson Semedo mencoba untuk membendungnya, namun terlambat. Begitu juga reaksi dari Neto juga sedikit terlambat karena pandangannya terhalang pemain Barca hingga akhirnya bola melaju ke sisi kiri gawang Neto dan masuk gawang dengan sempurna.

Itu adalah gol yang indah, ilustrasi yang pas kenapa Barkley selalu layak mendapatkan kepercayaan. Ya, pada suatu waktu memang ia bisa membuat frustrasi, tapi dia adalah bakat yang benar-benar spesial. Dan cara menghadapi para pemain dengan bakat seperti ini adalah terus memberi kepercayaan, bukan memberi hukuman.

Untungnya, Frank Lampard sepertinya merupakan pelatih yang tepat untuk membuat Barkley kembali bersinar.

4. Rekrutan Baru Barcelona Sudah Menyatu

Saat Anda merekrut pemain baru, selalu ada kekhawatiran bahwa mereka akan membutuhkan waktu untuk bisa menyatu di klub. Ini adalah masalah yang bahkan lebih besar bagi Barcelona, yang gaya permainannya begitu intens dan spesifik sehingga seringkali butuh waktu banyak untuk bisa dipahami. Eric Abidal tidak dapat disangkal adalah pemain yang tak begitu bersinar di dua musim pertamanya di bawah Pep Guardiola, tetapi pada musim ketiganya ia diubah menjadi salah satu pemain terbaik tim.

Betapa beruntungnya Barcelona, Antoine Griezmann bermain di babak pertama dan langsung terlihat nyaman dengan gaya umpan pendek dan tajam dari Blaugrana. Gerakannya luwes dan koneksinya dengan rekan-rekan setim barunya, khususnya rekan senegaranya Ousmane Dembele, sangat menjanjikan.

Sementara itu pemain baru lainnya, Frenkie de Jong bermain di babak kedua dan begitu dominan di lini tengah sejak itu. Sentuhannya tajam dan kesadarannya dalam permainan begitu berkualitas. Dia secara konstan membuat keputusan-keputusan tepat ketika menguasai bola dan seakan menunjukkan bahwa ia siap menjadi gelandang Barcelona.

5. Wajah Baru Chelsea

Chelsea berada di Liga Champions musim ini, tapi ini akan butuh keajaiban sepuluh kali lipat lebih besar dari tahun 2012 bagi mereka untuk bisa mengangkat trofi ini lagi. Bahkan, the Blues mungkin akan bisa disebut beruntung andai di akhir musim nanti berada di empat besar Premier League. Ini bukanlah tim yang bisa dengan mudah bertransisi setelah kehilangan Eden Hazard.

Ini jelas bahwa Lampard tak akan mencari opsi mencari pengganti untuk jangka pendek sebagai solusi. Pasalnya, Chelsea juga mendapatkan sanksi larangan aktif di bursa transfer pemain sehingga ini akan menjadi alasan tepat Lampard untuk membangun tim Chelsea yang baru.

Saat melawan Barcelona, Lampard begitu percaya diri memainkan para pemain mudanya. Tammy Abraham mengenakan jersey nomor 9 dan memimpin lini serang, Mason Mount memainkan ‘peran Lampard’ sebagai motor serangan bernomor 10 di formasi 4-2-3-1. Andreas Christensen beraa di jantung pertahanan dan mampu menunjukkan kualitasnya. Para pemain muda ini bisa disebut adalah pondasi dari era baru Chelsea. [bola]