News  

Wow! Grup Salim Kucurkan Dana Rp. 4,28 Triliun Akuisisi Tambang Emas dan Tembaga di Australia

Gurita bisnis Grup Salim, konglomerasi yang dipimpin Anthoni Salim, terus memperluas genggamannya.

Teranyar, Grup Salim mengakuisisi perusahaan tambang tembaga Australia, Rex Minerals Limited. Pada Selasa (9/7/2024), entitas bisnis Salim, MACH Metals Australia Pty Ltd, mengumumkan nilai akuisisi yang dikabarkan mencapai AUD393 juta atau setara Rp4,31 triliun (kurs Rp10.969 per dolar Australia).

Tak hanya tambang tembaga, di Australia, melansir dari buku The Rise of International Capital: Indonesian Conglomerates in ASEAN (2019), Salim masuk ke industri tambang Australia sejak 2014 lalu.

Grup ini mengakuisisi perusahaan tambang logam dasar mulia Robust Resources senilai USD70,5 juta melalui Droxford International Limited (Droxford) yang salah satu produksinya adalah vanadium.

Asal tahu saja, vanadium merupakan logam yang bermanfaat bagi industri manufaktur. Vanadium dapat digunakan untuk membuat baja paduan, untuk digunakan dalam wahana luar angkasa, reaktor nuklir dan kapal induk, dan lain sebagainya.

Dalam tiga tahun terakhir, Grup Salim memang cukup aktif mengakuisisi sejumlah bisnis yang berfokus pada pertambangan energi dan mineral. Sebut saja, mengakuisi PT Bumi Resources Tbk (BUMI) pada 2022 dan anak usahanya PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) pada 2023.

Grup Salim juga menancapkan tentakel bisnisnya pada emiten tambang mineral yang berfokus pada emas dan tambang PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) di 2023.

Dalam pengumumannya, Rex Minerals mengumumkan telah menandatangani scheme implementation deed (SID) dengan pemegang saham utama MACH.

Dalam skema ini, MACH akan mengakuisisi seluruh saham Rex yang belum dimilikinya dengan harga AUD0,47 per saham secara tunai.

Dalam pengumuman tersebut, Managing Director MACH Ferdian Purnamasidi menyampaikan pihaknya antusias dalam proses akuisisi yang sedang berlangsung.

Menurutnya, upaya ini sejalan dengan strategi kami untuk mendiversifikasi portofolio aset MACH.

“Fokus kami yang kuat pada tembaga sangat penting bagi proses transisi energi,” kata Ferdian.

Proses ini berfokus pada pendanaan AUD854 juta dan jalur pengembangan selanjutnya untuk Proyek Tembaga-Emas Hillside yang berlokasi di Australia Selatan.

Logam tembaga memang tengah mendapatkan momentum di sepanjang 2024. Prospek bisnis tembaga cukup menjanjikan ditengah booming kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI).

Harga tembaga sempat mencapai level tertinggi sepanjang tahun ini pada 20 Mei 2024. Logam merah mencapai titik tertinggi baru sepanjang masa sekitar USD10.900 per ton, memecahkan rekor sebelumnya sebesar USD10.845 per ton yang dicapai pada Maret 2022.

Selain permintaan untuk AI, peran tembaga juga masih sangat besar untuk kebutuhan transisi energi yang digadang banyak dibutuhkan di masa depan.

Agresif di Sejumlah Bisnis Tambang

Tak hanya akuisisi Rex Minerals, Grup Salim secara agresif melakukan ekspansi ke bisnis pertambangan dan mineral sejak 2022.

Tercermin dari keterlibatan Grup Salim pada saham BUMI melalui MACH Energy (Hong Kong) Limited. Diketahui, MACH adalah entitas bisnis Grup Salim di mana anak usahanya juga ada di emiten tambang batu bara BUMI yakni MACH Energy (Hong Kong) Limited.

Di BUMI, MACH Energy menjadi pengendali bersama (joint controller) dengan Bakrie dengan kepemilikan saham mencapai 45,78 persen per 28 Juni 2024.

Berdasarkan keterbukaan informasi, pada 19 Oktober 2022, terdapat 200 miliar saham Seri C yang diterbitkan BUMI dalam private placement dan diserap dua entitas usaha yakni MACH Energy (Hong Kong) Limited dan Treasure Global Investments Limited (TGIL).

Dalam private placement tersebut, MACH Energy mengambil 85 persen dari 200 saham baru yang diterbitkan BUMI di harga Rp120 per saham, sedang TGIL bakal menyerap 15 persen sisanya.

Dari komposisi tersebut, porsi kepemilikan antara Grup Bakrie dan Grup Salim menjadi seimbang dengan Anthoni Salim saat itu menggenggam 28,38 persen saham BUMI, sedang Grup Bakrie sebesar 28,32 persen.

Selain BUMI, Salim juga menggenggam sejumlah saham di anak usaha BUMI, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS). Grup Salim diduga masuk di 18 Januari 2022 melalui Emirates Tarian Global Ventures.

Keterbukaan informasi BEI mencatat, Emirates Tarian aktif membeli saham BRMS sejak Desember 2021, yakni sebanyak 4,78 miliar sehingga total kepemilikannya menjadi 23,04 persen kala itu.

Kemudian, secara perlahan Emirates Tarian menambah kepemilikannya di BRMS hingga menjadi 34,8 miliar saham atau 24,55 persen dari total saham BRMS per 18 Januari 2022. Hingga 30 Juni 2024, Salim menggenggam 25,1 persen saham BRMS.

Ekspansi berlanjut, Salim kemudian masuk ke saham pertambangan emas dan tembaga AMMN saat melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) di 2023 lalu pada 7 Juli 2023.

Saham AMMN dihargai Rp1.695 per saham saat IPO. Kini, harga saham AMMN di level Rp11.350 per saham alias sudah naik 569,62 persen per 10 Juli 2024.

AMMN juga menjadi saham pertambangan yang terafiliasi dengan Grup Salim dengan total aset terbesar. (Lihat tabel di bawah ini.)

 

Genggaman Salim terhadap saham AMMN disinyalir melalui Agoes Projosasmito, eks bankir yang dekat dengan Anthoni Salim yang menjadi pengendali AMMN.

Agoes Projo diketahui dekat dengan Salim, khususnya setelah pensiun dari karier di industri keuangan dan fokus ke sektor padar modal dan bisnis pertambangan.

Kepemilikan saham tidak langsung Agus di AMMN mencapai 15,45 persen di posisi ketiga lewat perusahaan AP Investment per 31 Mei 2024. Grup Salim sendiri menjadi penguasa di AMNN melalui PT Sumber Gemilang Persada (SGP) yang menjadi pemegang saham terbesar mencapai 32,2 persen.

Di posisi kedua, baru MEDC menguasai saham AMMN dengan presentase 20,92 persen pada periode yang sama.

Anthoni Salim juga dikenal memiliki pengaruh pada MEDC melalui Diamond Bridge Pte. Ltd. yang disebut terafiliasi dengan Grup Salim dan merupakan pemegang saham terbesar kedua MEDC sebanyak 21,46 persen per 30 Juni 2024.

Tak berhenti di sini, cengkraman Grup Salim pada AMMN lewat PT Pesona Sukses Cemerlang (PSC) yang dimiliki oleh bos emiten pengelola KFC di Indonesia (FAST) dan Edie Herjadi yang disebut memiliki relasi dengan Grup Salim. Jumlah saham yang digenggam di AMMN sebesar 6,52 persen.

Sebagai informasi FAST juga ikut dimiliki Grup Salim, dengan Anthoni menjadi sebagai komisaris utama perusahaan. (Sumber)