KISAH Rio Haryanto yang harus lewati jalan penuh liku demi jadi pembalap F1 pertama Indonesia, akan dibahas Okezone. Sebab, lelaki kelahiran Solo itu mencatatkan sejarah pada 2016.
Kecintaan Rio pada dunia balap menurun dari ayahnya, Sinyo Haryanto, yang merupakan mantan pembalap nasional. Tak hanya putra bungsunya itu, putra pertama Roy dan ketiga yakni Ryan, juga terjun di dunia balap.
Rio Haryanto melaju pada balapan F1 GP Eropa 2016 di Sirkuit Jalan Raya Kota Baku, Azerbaijan (Foto: EPA Images/Diego Azubel)
Sama seperti pembalap pada umumnya, karier Rio diawali dengan lomba gokart pada 2002. Ia sukses menjadi juara nasional gokart di kelas kadet. Perlahan-lahan kariernya meningkat hingga ke balap single seater formula.
Pada 2008, Rio mengikuti Formula Renault Asia. Setahun kemudian, pria kelahiran 22 Januari 1993 itu menjadi juara Formula BMW Pasifik 2009.
Keberhasilan itu memberi Rio kesempatan tampil pada balapan Formula BMW Eropa 2009 di Sirkuit Autodromo Nazionale di Monza, Monza, Italia. Sayangnya, pria berdarah Tionghoa itu gagal tampil impresif.
Hal itu tidak sampai menghalangi langkah Rio. Pada 2010, bungsu dari empat bersaudara itu turun di ajang GP3 atau sekarang Formula 3 bersama tim Marussia Manor Racing. Ia sanggup meraih kemenangan di Sirkuit Intercity Istanbul Park pada seri Turki dan finis di posisi lima klasemen akhir.
Rio bertahan di tim tersebut pada GP3 2011 (Formula 3 2011). Kali ini, dua kemenangan mampu diraihnya di Jerman (Sirkuit Nurburgring) dan Hungaria (Sirkuit Hungaroring). Di musim itu, ia harus bersaing dengan salah satu pembalap yang kemudian mentas di F1 yakni Valtteri Bottas.
Sayangnya, Rio harus finis di posisi tujuh pada klasemen akhir GP3 2011. Namun, ia justru mendapat kesempatan untuk tampil pada seri terakhir GP2 (Formula 2) 2011 di Sirkuit Yas Marina, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), bersama tim DAMS.
Penampilannya mencuri perhatian. Ia kemudian direkrut oleh Carlin yang juga didukung Marussia untuk GP2 2012 (Formula 2 2012). Rio menyamai catatan Ananda Mikola pada 2000 sebagai orang Indonesia dengan kelas balap tertinggi yang ketika itu dikenal sebagai Formula 3000 International.
Kendati prestasinya biasa-biasa saja di F2 2012, Rio mendapat kesempatan berharga. Ia menjajal mobil F1 tim Marussia sebanyak 79 putaran dalam sesi uji coba di Sirkuit Silverstone, Inggris.
ejarah lainnya tercipta usai uji coba itu. Rio menjadi orang Indonesia pertama yang mendapatkan FIA Super License atau izin mengemudi tertinggi keluaran federasi balap mobil internasional untuk memenuhi syarat membalap di F1.
Pada 2013, Rio pindah ke Addax tetapi tim tersebut tak mampu memberinya mobil yang kompetitif. Kecewa, ia lalu hijrah ke Caterham pada F2 2014. Kembali, peruntungannya tak membaik.
Sampai akhirnya, Rio bergabung dengan Campos Racing pada F2 2015. Nasibnya berubah total di tim milik Adrian Campos itu. Ia merebut podium dengan finis kedua pada Feature Race F2 GP Bahrain 2015 di Sirkuit Internasional Bahrain, Sakhir.
Indonesia Raya lalu dikumandangkan Rio pada Sprint Race F2 GP Bahrain 2015! Ia merebut kemenangan perdananya di F2. Performa impresif lalu dilanjutkan di beberapa seri kemudian.
Rio memenangi Sprint Race F2 GP Austria 2015 dengan kondisi sayap depan mobil patah dan harus berjuang menahan gempuran dari Stoffel Vandoorne sepanjang lomba. Kemenangan ketiga pada Sprint Race diraihnya di GP Inggris 2015 di Sirkuit Silverstone.
Secara keseluruhan, Rio finis di posisi empat klasemen akhir F2 2015. Performa impresif itu membuatnya dilirik tim F1 Manor Racing untuk musim balap 2016.
Sayangnya, ia harus menjadi ‘pay driver’ yakni membayar atau mendatangkan sponsor senilai 15 juta Euro (setara Rp259 miliar) demi kursi di tim tersebut. Penggemar Rio bahkan sampai harus membuka donasi untuk membiayai sang idola ke F1.
(Sumber)