Bamsoet: Indonesia Harus Terus Bangun SDM Unggul

Ketua DPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) menegaskan bangsa Indonesia harus terus membangun sumber daya manusia yang unggul dalam sikap dan mental di usia ke-74 tahun kemerdekaan. Selain adaptif terhadap perkembangan ilmu teknologi, Bamsoet ingin bangsa ini tidak mengabaikan kearifan budaya nasional.

“Kita patut bersyukur tak perlu menunggu waktu lama untuk mengibarkan bendera Merah Putih. Tidak seperti para pejuang dan founding fathers yang butuh waktu ratusan tahun menghadapi penjajah. Rasa syukur itu harus diwujudkan dalam karya nyata. Salah satunya dengan menjadi manusia yang berbudaya dan beradab, unggul, berkualitas,” ujar Bamsoet setelah mengikuti upacara Proklamasi 17 Agustus di Istana, Jakarta, Sabtu (17/8/2019).

Bamsoet bersyukur Bangsa Indonesia memiliki ideologi Pancasila. Selama 74 tahun merdeka, Pancasila terbukti mampu menangkal gejolak perang saudara ataupun perpecahan mendalam di antara sesama anak bangsa.

“Bahkan pada Pemilu 2019 lalu, di tengah gejolak dan serangan ideologi transnasional, Pancasila mampu menyelamatkan anak bangsa dari pertikaian yang berkepanjangan. Nilai-nilai Pancasila inilah yang harus kembali disebarluaskan serta ditanamkan dalam diri seluruh rakyat Indonesia,” tutur Bamsoet.

Bamsoet menjelaskan, bagi Indonesia, manusia adalah aset yang tidak ternilai harganya. Tak seperti Jepang ataupun negara lainnya yang saat ini tengah menghadapi krisis demografi. Kata Bamsoet, Indonesia justru diuntungkan oleh bonus demografi yang semakin meningkat.

“Kita berikan apresiasi terhadap visi Presiden Joko Widodo dalam pembangunan sumber daya manusia. Sangat relevan dengan kondisi Indonesia yang akan menghadapi bonus demografi pada periode awal 2020-2030, dilanjutkan 2030-2040. Yakni jumlah penduduk produktif berusia 15-64 tahun lebih besar, diprediksi sekitar 52 persen, dibanding usia nonproduktif di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun,” papar Bamsoet.

Dia mengingatkan besarnya jumlah penduduk usia produktif harus dibekali kemampuan SDM yang mumpuni. Jika tidak, bonus demografi bukan menjadi berkah, tapi malah bisa menjadi bencana.

“Persiapannya harus dimulai sejak saat ini. Mengingat bonus demografi tersebut diprediksi akan berakhir pada akhir 2040, di mana jumlah penduduk lansia Indonesia akan bertambah 19 persen hingga 2045,” tutur Bamsoet.

Melalui persiapan matang yang dilakukan sejak dini, di usia ke-100 tahun kemerdekaan Indonesia pada 2045, Bamsoet yakin seluruh penduduk Indonesia sudah menjadi warga yang sejahtera. Dia yakin tidak ada lagi ketakutan ataupun kekhawatiran karena ketidakmampuan memenuhi urusan mendasar manusia seperti, sandang, pangan, papan, kesehatan, dan pendidikan.

“Karena itu, dalam pembahasan APBN 2020, DPR RI dan pemerintah sepakat memangkas belanja barang agar anggaran yang ada bisa dimanfaatkan sebesarnya untuk pembangunan manusia. Targetnya, bisa menurunkan kemiskinan mencapai 8,9 persen, indeks pembangunan manusia 72,5 persen, gini ratio 0,75-0,78 persen, dan tingkat pengangguran terbuka 4,8-5,1 persen,” pungkas Bamsoet. [detik]