Prabowo Dalam Bayang-bayang Jokowi

Tinggal hitungan hari. Impian 08 sebutan Prabowo Subianto dilantik sebagai Presiden RI ke-8 bakal terwujud. Sebuah impian yang telah PS singkatan Prabowo Subianto sejak tahun 2009 yang lalu. Meski niat PS menjadi Presiden, penulis yakin sudah ada sebelum ia mencalonkan sebagai wakil presiden di tahun 2009.

Perjuangan politik PS selama 15 tahun kini membuahkan hasil. Di Pilpres tahun 2024 yang penuh dengan misteri dan kontroversi itu, PS berhasil “menang”.

Disebut penuh misteri dan kontroversi lantaran keterlibatan negara melalui campur tangan Presiden Jokowi untuk memenangkan Prabowo-Gibran. Hal ini terkonfirmasi melalui 3 Hakim Konstitusi yang dissenting opinion.

Investasi politik melalui Presiden Jokowi terhadap kemenangan Prabowo-Gibran telah menjadi perbincangan publik 2 hari terakhir ini sejak pemanggilan lebih dari 100 calon menteri, wakil menteri dan kepala badan ke Kertanegara IV, Jakarta Selatan, kediaman pribadi PS.

Dari 100 lebih calon menteri, calon wakil menteri dan kepala badan lebih dari setengahnya berasal menteri Jokowi. Tak heran bila publik menyebutnya Kabinet Prabowo rasa Jokowi.

Tak sampai disitu saja, publik mencium aroma Kabinet Prabowo dalam bayang-bayang Jokowi. Setidaknya ada tiga indikator untuk menilai apakah Prabowo dalam bayang-bayang Jokowi.

Pertama, Komposisi Kabinet. Lebih dari setengah calon menteri berasal dari stock lama. Stock menteri Jokowi. Bahkan diprediksi loyalis Jokowi masih memegang posisi strategis di Kabinet Prabowo.

Misalnya saja posisi Kapolri yang kini dijabat Listyo Sigit Prabowo (LSP). Kabarnya berhembus isu LSP akan menjabat Kapolri hingga tahun 2027. Semua tahu kalau LSP termasuk loyalis Jokowi.

Loyalis Jokowi lainnya adalah Pratikno, Bahlil Lahadalia, Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi dan loyalis Jokowi lainnya yang dipanggil menjadi menteri/wakil menterinya Prabowo.

Mirisnya lagi, ada calon menteri yang namanya disebut-sebut dalam kasus Pembantaian KM 50 ikut dipanggil ke Kertanegara, Jakarta Selatan. Belum jelas posisi strategis apa yang bakal ia emban. Setidaknya publik pesimis peristiwa KM 50 dapat terungkap.

Banyaknya loyalis Jokowi di Kabinet Prabowo menimbulkan spekulasi kuat bila Jokowi pasca 20 Oktober 2024 masih memegang pengaruh kuat di Pemerintahan Prabowo. Ibaratnya kepala dilepas, kaki diikat.

Hal ini menimbulkan kecurigaan publik. Jokowi punya skenario. Bahkan sudah ramai diperbincangkan sebelum Pilpres 2024. Skenario Prabowo berhenti ditengah jalan diganti oleh putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka.

Meski skenario ini terbantahkan oleh isu Prabowo akan melakukan reshuffle kabinet di tahun 2025. Menyingkirkan menteri dan pejabat setingkat menteri era Jokowi dengan loyalis Prabowo.

Kedua, Posisi Jokowi pasca 20 Oktober 2024. Beredar kabar Jokowi akan menempati posisi Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) yang sempat akan berubah nama jadi Dewan Pertimbangan Agung (DPA).

Melalui posisi ini bila benar, penulis meyakini Jokowi akan tetap punya pengaruh untuk mengontrol Pemerintahan Prabowo melalui loyalis Jokowi yang menjadi menteri dan anaknya yang menjadi Wakil Presiden.

Jokowi berupaya mengamankan diri dari jeratan hukum dan mengamankan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang banyak menggusur tanah rakyat seperti PIK 2 dan Pulau Rempang melalui loyalis Jokowi dan Wakil Presiden dalam ‘Pemerintahan Bayangan’ Jokowi.

Ketiga, Prabowo tanpa oposisi. Bergabungnya PDIP dalam barisan koalisi Prabowo membuat posisi Prabowo menjadi kuat dan mengancam demokrasi. Dengan bergabungnya PDIP otomatis 8 partai politik pemiliki kursi di DPR posisi Prabowo makin kuat dan bisa mengancam demokrasi.

Prabowo tanpa oposisi menjadi positif bila keinginan Prabowo untuk keluar dari bayang-bayang Jokowi. Dan itu akan dibuktikan bila ada reshuffle kabinet, pergantian Kapolri dan keberanian Prabowo untuk mengusut tuntas akun Fufufafa, menangkap dan mengadili aktor intelektual kasus pembantaian KM 50. Termasuk mengungkap dugaan korupsi Jokowi, keluarga dan kroni-kroninya serta menghentikan PSN yang merugikan rakyat pribumi.

Beranikah Prabowo? Wallahua’lam bish-shawab

Bandung, 14 Rabiul Akhir 1446/17 Oktober 2024
Tarmidzi Yusuf, Kolumnis