Reliji  

Mengingat Kematian, Menyiapkan Bekal Sebelum Ajal Menjemput

 Mengingat kematian merupakan salah satu akhlak yang mulia dan baik dalam Islam. Meski begitu, mengingat kematian bukan sekedar ingat dan tidak melupakan, namun mengingat kematian juga berarti menyiapkan bekal sebelum kematian.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah ditanya oleh para sahabat tentang siapa “orang-orang yang beruntung.” Maka Rasul menjawab, “Orang yang paling banyak ingat mati, paling baik dalam persiapan menyambut kematian. Merekalah orang-orang yang beruntung, dimana mereka pergi (meninggal) dengan membawa kemuliaan di dunia dan akhirat.” (HR. Ibnu Majah)

Allah Ta’ala berfirman :

قُلْ إِنَّ ٱلْمَوْتَ ٱلَّذِى تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُۥ مُلَٰقِيكُمْ ۖ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

“Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu.” (QS. Al-Jumu`ah : 8)

Dirangkum dari berbagai sumber, ada banyak cara dan kiat untuk membuat kita selalu ingat mati. Beberapa di antaranya:

1. Lihat kematian orang lain

Misalnya, saat kita berjalan kemudian berpapasan dengan rombongan yang memanggul keranda jenazah, di saat itulah kita berusaha mengingat kematian. Atau saat tetangga kanan-kiri kita ada yang meninggal, kita juga berusaha mengingat kematian dengan mengatakan dalam diri kita, “Hari ini tetanggaku telah meninggal, mungkin esok, lusa, atau beberapa hari lagi aku yang akan dipanggil oleh Allah SWT.”

Hal demikian jika kita lakukan dengan sungguh-sungguh, akan membuat kita terhindar dari pembicaraan yang tidak berguna kala bertakziah kepada keluaraga yang ditinggal mati kerabatnya seperti yang sering kita perhatikan atau bahkan kita sendiri melakukannya.

2. Bayangkan bagaimana sepi dan sunyinya alam kubur

Di alam kubur tidak ada yang menemani. Suami atau istri yang paling cinta sekalipun tidak ada yang sanggup menemani jika kita telah wafat, terkubur dalam tumpukan debu dan tanah.

Kesendirian dan sepi senyapnya alam kubur dapat berubah menjadi kebahagiaan atau kesengsaraan, tergantung amal selama hidup di dunia. Kuburan dapat menjadi lumbung kebahagiaan atau menjadi sumber siksa dan sengsara. “Kubur itu bisa merupakan salah satu kebun surga atau salah satu parit neraka,” sabda Nabi SAW. (HR. Turmudzi)

3. Berziarah ke kubur

Ziara kubur merupakah perkara yang disunnahkan dan sangat direkomendasikan oleh Rasulullah. Lewat kegiatan ziarah , kita mengambil pelajaran dan hikmah tentang keadaan alam kubur, dan apa yang terjadi di dalamnya, serta kehidupan yang akan dilewati usai dari alam kubur nantinya.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

“Aku pernah melarang kalian untuk berziarah kubur, namun sekarang berziaralah sebab ia dapat mengingatkan akan kehidupan akhirat dan menjauhi kemewahan dunia.” (HR. Muslim)

Sesungguhnya kematian merupakan langkah yang sudah pasti, kita hanyalah menunggu gilirannya.

Wallahu A’lam