Chief Executive Officer (CEO) Intel, Patrick Paul Gelsinger atau akrab disapa Pat Gelsinger, pensiun dari perusahaan semikondutor asal Amerika Serikat yang membesarkan namanya.
Pengumuman pensiunnya Gelsinger diumumkan secara resmi oleh Intel dalam blog perusahaan, dan efektif mulai 1 Desember 2024. Pria kelahiran tahun 1961 itu telah berkarir di Intel selama empat dekade lebih.
Menurut laporan Bloomberg, Pat sebenarnya tidak pensiun atas kemauan sendiri, dewan direksi Intel dilaporkan menawarkan pilihan bagi Gelsinger untuk pensiun atau diberhentikan.
“Memimpin Intel merupakan kehormatan seumur hidup saya, orang-orang di Intel merupakan yang terbaik dalam bisnis ini,” kata Gelsinger dalam sebuah pernyataan.
“Perusahaan ini telah menjadi bagian terbesar dari perjalanan karir saya. Saya bangga dengan apa yang sudah kami capai bersama. Ini merupakan tahun yang penuh tantangan bagi kami karena telah membuat keputusan yang sulit, tetapi perlu untuk memposisikan Intel dalam dinamika pasar saat ini,” lanjut dia.
Anggota dewan direksi independen Intel, Frank Yeary mengatakan, “Atas nama dewan, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Pat atas pengabdian dan dedikasinya selama bertahun-tahun kepada Intel di sepanjang kariernya yang panjang di bidang kepemimpinan teknologi.”
“Pat menghabiskan tahun-tahun formatifnya di Intel, kemudian kembali pada saat yang kritis bagi perusahaan pada tahun 2021. Sebagai seorang pemimpin, Pat membantu meluncurkan dan merevitalisasi manufaktur proses dengan berinvestasi dalam manufaktur semikonduktor yang canggih, sembari bekerja tanpa lelah untuk mendorong inovasi di seluruh perusahaan,” kata Yeary.
Intel kini sedang mencari orang pengganti tetap Gelsinger. Adapun pucuk kepemimpinan perusahaan, diisi sementara oleh David Zinsner dan Michelle Johnston Holthaus sebagai co-CEO. Zinsner merupakan CFO Intel, sedangkan Holthaus adalah GM dari grup komputasi klien Intel.
Holthaus juga ditetapkan sebagai CEO Intel Products, yaitu divisi Intel yang fokus pada konsumen, bisnis data center, kecerdasan buatan hingga jaringan.
Selama masa transisi, Intel juga menunjuk ketua dewan Intel, Frank Yeary, sebagai ketua eksekutif sementara. Adapun kepemimpinan di Intel Foundry, divisi desain dan manufaktur chip, tidak mengalami perubahan.
Pernah jadi VP termuda Intel
Gelsinger sendiri bergabung dengan Intel saat dia berusia 18 tahun. Dia menjadi arsitek utama prosesor 80486 generasi ke-4 yang diperkenalkan Intel pada tahun 1989.
Saat usianya menginjak 32 tahun, Gelsinger dinobatkan sebagai Vice President dan menjadi VP termuda dalam sejarah Intel.
Pada tahun 2001, Gelsinger ditunjuk menjadi Chief Technology Officer (CTO) Intel, memimpin pengembangan teknologi termasuk WiFi, USB, hingga chip dari lini Intel Core dan Xeon.
Pada tahun 2009, Gelsinger sempat keluar dari perusahaan semikonduktor ini dan berkarir di EMC sebagai presiden dan CFO hingga diangkan menjadi CEO VMware pada tahun 2012.
Namun pada tahun 2021, Gelsinger kembali ke Intel dan ditunjuk menjadi CEO perusahaan. Saat itu, Intel menghadapi tekanan dari investor untuk melakukan reorganisasi.
Dia menjanjikan program perbaikan perusahaan selama lima tahun, salah satunya dengan membangun pabrik chip besar di AS dan luar negeri agar bersaing dengan raksasa chip seperti TSMC dan Samsung.
Gelsinger juga mendorong Kongres AS untuk memberikan subsidi pabrik chip dalam negeri hingga akhirnya Departemen Perdagangan AS memberikan 7,86 miliar dollar AS (sekitar Rp 125 triliun) untuk mendukung upaya manufaktur chip Intel di Arizona, New Mexico, Ohio dan Oregon.
Sayangnya langkah yang ditempuh Gelsinger tak selalu mulus. Dia juga pernah menyinggung TSMC dengan mengkritik hubungan Taiwan yang kurang ayem dengan China, sehingga membuat Intel kehilangan diskon dari perusahaan semikondutor asal Taiwan tersebut.
Inisiatif Gelsinger untuk mengubah Intel sebagai produsen chip juga menemui masalah teknis. Walhasil, pendapatan Intel menurun. Pada awal tahun 2022, pendapatan Intel dari chip PC turun 25 persen.
Pendapatan Intel juga menyusut pada tahun lalu menjadi sekitar 54 miliar dollar AS (sekitar Rp 859 triliun). Jumlahnya turun sekitar sepertiga dari pendapatan tahun 2021 atau saat Gelsinger menjadi CEO pertama kali.
Intel juga membukukan kerugian kuartalan 16,6 miliar dollar AS pada Oktober 2024 lalu. Jumlah ini menjadi kerugian terbesar dalam sejarah perusahaan.
Adapun setelah pengumuman Gelsinger dipublikasikan, saham Intel justru naik 2,66 persen, dihimpun KompasTekno dari TechCrunch, Selasa (3/12/2024).(Sumber)