Dampak keputusan Presiden Prabowo menerapkan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12 persen mulai 1 Januari 2025, masyarakat ancang-ancang menjalankan aksi mogok belanja alias frugal living. Tentu saja ini tak menguntungkan bagi perekonomian di masa depan.
Di media sosial (medsos) X banyak berdengung ajakan frugal living. Misalnya akun @Bambangmulyono, dikutip Minggu (29/12/2024), menyematkan video ajakan boikot belanja alias frugal living pasa pengumuman kenaikan PPN 12 persen oleh Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani.
Namun begitu, frugal living punya perbedaan tipis dengan gaya hidup sederhana. Lalu, apa sih frugal living itu? Apa bedanya dengan gaya hidup sederhana? berikut penjelasannya.
1. Frugal Living
Frugal living adalah gaya hidup yang menekankan pengeluaran bijaksana dan sehemat mungkin, dengan memprioritaskan kebutuhan daripada keinginan. Tujuan frugal living untuk mengelola keuangan secara efisien, menghindari pemborosan, dan menabung lebih banyak demi masa depan lebih stabil.
Namun perlu ditekankan bahwa ketika orang menerapkan frugal living bukan berarti dia hidup tanpa apapun. Esensi dari gaya hidup ini adalah hidup hemat dengan cara memprioritaskan pengeluaran hanya untuk barang-barang penting saja.
Prinsip ini bukan sekadar tentang menghemat uang, tetapi juga menjalani hidup yang lebih sederhana dan sadar, dengan fokus pada hal-hal yang benar-benar bernilai. Misalnya saja belanja cerdas dengan memanfaatkan voucher diskon, membeli barang bekas yang kualitasnya masih bagus, masak di rumah, mengurangi biaya langganan jasa yang tidak penting, memperbaiki barang sendiri (DIY), menabung secara otomatis hingga investasi jangka panjang.
Frugal living juga lebih mengutamakan membeli barang berkualitas dengan ketahanan lama sampai bertahun-tahun. Saat ingin bersenang-senang, lebih memanfaatkan acara yang tidak perlu biaya atau harganya seminim mungkin, seperti menghadiri festival lokal, konser terbuka, pameran gratis, perpustakaan atau ke museum.
2. Gaya Hidup Sederhana
Sebelum frugal living ramai digaungkan, muncul juga ajakan untuk menjalani gaya hidup minimalis, yang tren di awal 2010.
Kedua gaya hidup ini, sebenarnya memiliki tujuan yang hampir sama. Berhemat sebisa mungkin untuk hidup lebih sejahtera. Hanya saja penerapannya berbeda.
Penerapan gaya hidup minimalis muncul sebagai alternatif terhadap konsumerisme yang telah mendominasi masyarakat.
Intinya, gaya hidup minimalis bertujuan mengembalikan esensi konsumsi, yaitu membeli barang berdasarkan fungsi. Jadi, bukan karena impulsif atau sekadar fear of missing out alias FOMOS.
Fokus utama dari gaya hidup minimalis ini, adalah menjaga keberlanjutan alam dan lingkungan.
Sebab dampak dari konsumsi berlebihan terhadap lingkungan, cukup serius. Barang-barang yang tidak dikonsumsi dengan maksimal hanya menambah sampah.
Gaya hidup minimalis menekankan kepada pengaturan keuangan yang lebih bijak. Tidak tergoda keinginan yang berlebihan.
Menjalani hidup minimalis membantu lebih fokus merencanakan dan mengelola keuangan. Hidup sederhana akan membawa kestabilan finansial dan kesejahteraan di masa depan. (***)
Initnya, frugal living fokus kepada hemat biaya dan efisiensi keuangan. Sedangkan gaya hidup minimalis fokus kepada kesederhanaan, pengurangan distraksi dari benda material dan pendekatan yang lebih ramah lingkungan. (Sumber)