Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai pertumbuhan ekonomi
digital cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir. Data dari Google, Temasek, dan Bain tahun 2024, besaran ekonomi digital di tahun 2024 mencapai USD 91 miliar dan berpotensi meningkat sebesar US$ 202 miliar di tahun 2030.
Data lainnya dari Celios tahun 2024 juga menyebutkan bahwa besaran bisnis dari perdagangan daring, transportasi daring, serta online travel mencapai Rp496,03 triliun di tahun 2025. Angka tersebut tumbuh 0,75 persen dibandingkan tahun 2024.
Untuk dapat mencapai target ataupun proyeksi tersebut dibutuhkan booster. Salah satu booster di ekonomi digital saat ini adalah kehadiran Artificial Intelligence atau AI. Dengan jumlah pengguna internet mencapai lebih dari 220 juta jiwa, potensi pemanfaatan AI di Indonesia sangat besar. AI hadir sebagai solusi yang mampu menjawab
tantangan dan mendorong pertumbuhan di berbagai sektor ekonomi digital.
Kecerdasan Buatan, atau AI tidak hanya menjadi tren teknologi, tetapi juga katalis dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi digital Indonesia. Melalui AI, berbagai sektor seperti e-commerce, fintech, logistik, dan layanan kesehatan mengalami efisiensi operasional, peningkatan produktivitas, serta inovasi layanan yang lebih inklusif.
Pemanfaatan AI dalam e-commerce contohnya, AI dapat memainkan peran penting dalam personalisasi pengalaman belanja online. Teknologi seperti machine learning dan data analytics membantu platform e-commerce memahami pola belanja konsumen dan merekomendasikan produk yang relevan. AI juga memungkinkan
manajemen inventaris yang lebih cerdas dan efisiensi dalam rantai pasok barang.
Di sektor fintech, AI membantu meningkatkan layanan, seperti verifikasi identitas menggunakan biometrik, analisis kredit berbasis data, serta mitigasi risiko penipua (fraud detection). Dengan AI, layanan keuangan digital menjadi lebih aman, cepat, dan mudah diakses oleh masyarakat. Sehingga teknologi AI bisa mempercepat inklusi keuangan.
Dalam industri kesehatan digital atau healthtech, kehadiran AI dapat memberikan dampak signifikan pada layanan kesehatan digital, terutama di daerah terpencil. Platform telemedisin yang didukung AI memungkinkan diagnosis
dini, konsultasi online, serta manajemen data pasien yang lebih efisien. Begitu juga dengan manfaat AI dalam industri ekonomi digital lainnya.
Langkah Konkrit Pemerintah
Penting-nya kehadiran AI dalam menunjang aktivitas ekonomi digital tidak bisa lepas dari kesiapan masyarakat Indonesia sendiri. Kesiapan masyarakat merupakan kunci bagi pemerintah untuk pengambilan kebijakan mengenai pengembangan AI. Kebijakan pemerintah ini yang bisa menjadikan AI sebagai game changer bagi
ekonomi digital Indonesia. Kebijakan pemerintah yang pro terhadap masyarakat banyak dan ditunjang oleh kemampuan industri, dapat membuat AI menjadi sesuatu yang besar bagi ekonomi digital di Indonesia.\
Perkembangan AI terlihat sangat pesat di dunia kerja Indonesia. Work Trend Index 2024 dari Microsoft dan LinkedIn, yang diluncurkan pada pertengahan tahun ini, menunjukkan bahwa sebanyak 92% pekerja berpengetahuan tinggi atau knowledge workers di Indonesia telah menggunakan AI generatif dalam pekerjaan mereka.
Angka ini bukan hanya melampaui rata-rata global sebesar 75%, tetapi juga lebih tinggi dibandingkan Asia Pasifik yang berada di angka 83%. Fakta ini menegaskan bahwa pekerja Indonesia memiliki tingkat adopsi yang tinggi terhadap teknologi AI. Mereka melihat AI bukan sebagai ancaman, melainkan sebagai alat yang mampu
meningkatkan produktivitas, mempermudah penyelesaian tugas kompleks, dan mendukung pengambilan keputusan yang lebih baik.
Namun, adopsi AI di Indonesia juga masih menemukan kendala, salah satunya adalah pengembangan AI dan sumber daya manusia (SDM) terkait AI terkait tidak merata. Lonjakan minat terhadap AI terlihat di seluruh Indonesia, tetapi data dari Google mengungkapkan wilayah-wilayah dengan tingkat minat tertinggi terhadap AI secara nasional.
Kalimantan Timur menjadi salah satu wilayah dengan pertumbuhan minat yang signifikan, didorong oleh perkembangan industri energi dan infrastruktur digital yang semakin maju. Jakarta, sebagai pusat ekonomi dan teknologi utama, juga mencatatkan minat tinggi terhadap AI seiring berkembangnya perusahaan
teknologi dan transformasi digital di sektor publik maupun swasta. Sementara itu, Kepulauan Riau turut menonjol dengan tingginya integrasi teknologi AI dalam industri manufaktur dan logistik, yang berperan penting dalam ekonomi wilayah tersebut.
Kemudian, ada masalah dalam kemampuan SDM Indonesia dalam memahami AI. Masih terdapat (dan cukup besar) masyarakat yang gagap teknologi AI. Sebagian dari mereka tidak terlampau akrab dengan teknologi. Kemampuan literasi digital di Indonesia masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara tetangga seperti
Malaysia, Singapura, Thailand, bahkan Vietnam. Tak ayal, skor human capital index Indonesia masih di bawah negara-negara tersebut.
Pemerintah, melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (KOMDIGI) perlu melakukan pemetaan dan pengukuran kesiapan masyarakat Indonesia dalam memanfaatkan AI. Dengan adanya dukungan dari pemerintah, baik melalui studi kebijakan penerapan AI ataupun lainnya, serta tingginya adopsi teknologi AI di dunia kerja, Indonesia berada dapat utuh pada jalur yang tepat untuk memaksimalkan potensi teknologi ini. Di saat yang sama, minat masyarakat di berbagai wilayah menunjukkan bahwa AI telah menjadi perhatian serius yang dapat mendorong inovasi lebih lanjut.
Dengan langkah-langkah yang terukur dan kolaboratif, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi salah satu pemain utama dalam ekosistem ekonomi digital global. AI, yang dulu hanya dianggap sebagai teknologi masa depan, kini telah menjadi kunci yang membuka pintu pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial di
Indonesia. Masa depan digital Indonesia kini berada di tangan teknologi, dan AI menjadi pemegang kunci yang akan membawa bangsa ini menuju era baru yang lebih cerdas, inklusif, dan berdaya saing
Nailul Huda
Direktur Ekonomi Digital CELIOS