News  

Dari Dosen Bohong hingga Bukti Gagal, Roy Suryo Bongkar Semua: Ini Berkat Pertolongan Allah

Roy Suryo (IST)

Pakar Telematika, Roy Suryo, kembali memberikan komentarnya terkait polemik keabsahan ijazah Presiden ke-7 Indonesia, Jokowi.

Ia meminta aparat penegak hukum, khususnya Polri, untuk segera mengklarifikasi sejumlah nama yang menurutnya memiliki keterkaitan langsung dalam persoalan ini.

“Secara tak diduga, sekali lagi ini mungkin berkat pertolongan Allah SWT,” ujar Roy kepada fajar.co.id, Rabu (25/6/2025).

Ia merespons munculnya sejumlah informasi baru yang menurutnya memperkuat dugaan adanya kejanggalan dalam kasus ijazah tersebut.

Roy kemudian menyinggung pernyataan Wakil Rektor I Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Wening Udasmoro, yang menyebut Jokowi sebagai lulusan Fakultas Kedokteran.

Ia menyebut pernyataan itu sebagai semacam keseleo lidah yang patut diperiksa lebih jauh karena berpotensi menimbulkan kebingungan publik.

Tak hanya itu, Roy juga merujuk pada kesaksian Ir. Kasmudjo, yang menurutnya secara jujur dan tegas membantah pernyataan Jokowi dalam wawancara 19 Desember 2017 lalu.

Kala itu, Jokowi menyebut bahwa Kasmudjo adalah dosen pembimbing skripsi maupun dosen pembimbing akademiknya.

Namun, dalam pengakuannya, Kasmudjo membantah pernah menjadi dosen pembimbing dalam bentuk apapun.

Lebih lanjut, Roy menilai bahwa terdapat sejumlah kesalahan fatal dalam alat-alat bukti yang dipaparkan oleh Bareskrim Polri dalam konferensi pers pada 22 Mei 2025 lalu.

Ia mempertanyakan kredibilitas bukti-bukti tersebut, serta mendorong dilakukan audit forensik secara independen.

Roy juga menyinggung pernyataan Wakil Ketua relawan Jokowi Mania (JoMan), Andi Azwan (AA), yang hadir dalam acara “Apa Kabar Indonesia Malam” pada Selasa (24/6/2025).

Dalam acara itu, kata Roy, Andi secara tidak sadar menyampaikan bahwa ia memiliki kedekatan pribadi dengan Widodo, nama yang sebelumnya juga disebut-sebut Beathor Suryadi.

“Bahkan di menit ke-10, AA mengatakan, ‘Baru kemarin saya makan siang bareng’,” ungkap Roy, mengutip pernyataan Andi di acara tersebut.

Namun, ketika ditanya lebih lanjut soal isi pembicaraan dalam makan siang tersebut, menurut Roy, Andi justru menghindar.

“Ketika dikejar pertanyaan ‘Apa yang dibahas ketika makan siang bareng?’, AA sadar dan ngeles seperti Bajaj, ‘Ah, itu tidak usah dibahas,’ katanya,” tambah Roy.

Menurut Roy, keterkaitan antara pernyataan-pernyataan tersebut menunjukkan adanya benang merah yang tak bisa diabaikan.

Karena itu, ia mendesak Polri untuk bergerak cepat dan tidak hanya fokus pada pelapor yang menurutnya tidak memiliki legal standing yang jelas.

“Kesimpulannya, seharusnya Polri gerak cepat memeriksa, minimal mengklarifikasi nama-nama yang disebut Beathor Suryadi dan Sri Rahardja Chandra (SRC),” tegas Roy.

Ia menyebut nama-nama seperti Prof Paiman Rahardjo Dwidjonegoro, Widodo, dan Andi Azwan sebagai pihak-pihak yang keterangannya saling terkait dan konsisten dengan data yang telah dipublikasikan.

Roy juga mengkritik arah penyidikan yang menurutnya mulai menyimpang. Ia menilai upaya mengklarifikasi tokoh-tokoh tertentu berdasarkan permintaan pelapor yang mengacu pada Pasal 160 KUHP (Penghasutan) dan Pasal 28 UU ITE adalah bentuk pengalihan isu.

“Padahal sudah jelas ada Putusan MK yang menegasikan pasal-pasal tersebut dalam kasus ini,” katanya.

Lebih lanjut, Roy tetap menegaskan bahwa fokus utama seharusnya adalah pada penegakan kebenaran secara menyeluruh.

“Meski bagaimanapun, tetap utamakan adili Jokowi dan makzulkan Fufufafa,” kuncinya. (Sumber)